6 research outputs found

    Continuing outcomes relevant to Evista:Breast cancer incidence in postmenopausal osteoporotic women in a randomized trial of Raloxifene

    Get PDF

    Perancangan tokoh manusia dan tikus pada film animasi “panawa”

    Get PDF
    Sebuah film dapat dinikmati bila film tersebut dapat menyampaikan makna danpesan dengan jelas, salah satu caranya adalah menciptakan tokoh yang informatif. Seperti yang dikatakan Beiman (2013), desain tokoh yang baik dapat memberikan informasi kepada penontonnya sehingga penontondapat menangkap cerita yang diintepretasikan. Diperlukan arahan yang jelas agar penonton mengerti informasi penting yang disampaikan.Karena itu,Beiman(2013) mengatakan bahwa dalam perkembangannya, cerita dan tokoh haruslah diberikan batasan sehingga hasil yang terbentuk tetap berada di jalurnya dan efektif.Berdasarkan pernyataan Egri (2007),untuk menciptakan tokoh yang dapat menghidupkan sebuah cerita, proses tidak berhenti pada desain yang menarik. Seperti manusia, tokoh perlu memiliki latar belakang yaitu Three Dimensional Character, meliputi dimensi psikologis, sosiologis, dan fisiologis sehingga memberikan kesan tokoh yang hidupagar penonton dapat berempati terhadap tokoh di dalam cerita. Pengaruh yang sangat besar yang disebabkan oleh desain tokoh menarik penulis untuk membahas topik ini.Pada laporan ini penulis membahas perancangan tokoh dimulai dengan menciptakan tokoh berdasarkan latar belakangnya dan dilanjutkan dengan visual yang memperhatikan makna dari setiap elemen visual.Setelah itu, tokoh yang telah dibuat akan dilanjutkan ke tahap analisis dengan membandingkan penggunaan tiap elemen dalam menyampaikan makna yang menggambarkan three dimensional character dari tokoh tersebut dengan teori desain tokoh, serta referensi dan observasi yang telah dilakukan

    PROSES PERNIKAHAN PASANGAN BEDA AGAMA ( STUDI KASUS DI DESA BANDUNGREJO, KEC. MRANGGEN, KAB. DEMAK )

    Get PDF
    Pernikahan Beda Agama merupakan fenomena yang masih diperdebatkan hingga sekarang. Pernikahan beda agama merupakan pernikahan yang dilakukan sepasang kekasih dengan dilandadi perbedaan agama. pernikahan beda agama ini di Indonesia masih banyak sekali dijumpai, baik kalangan artis hingga masyarakat biasa. Pokok permasalahan dari penelitian ini adalah mengapa terdapat perbedaan proses pernikahannya yang dilakukan pasangan beda agama serta alasan pemilihan proses tersebut pada pasangan beda agama di Desa Bandungrejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Penelitian ini dilakukan secara lansgung terjun ke lokasi di Desa Bandungrejo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak atau biasa disebut Penelitian Lapangan (Field Research), penulis dalam penelitian ini menggunakan Case Study Methode. Penelitian ini juga dalam penulisannya menggunakan Teori Agensi Sosial dan Teori yang dikembangkan oleh Anthony Giddeens. Dalam hasil penelitian ini, maka diketahui bahwa terdapat empat proses pernikahan oleh pasangan beda agama di Desa Bandungrejo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak yaitu, Pertama pernikahan melalui Kantor Urusan Agama. Kedua, pernikahan melalui Pemberkatan atau pengukuhan Gereja. Ketiga, Pernikahan melalui dua cara, Pengukuhan Gereja dan KUA. Keempat, pernikahan melalui Kantor Catatan Sipil. Pemilihan proses tersebut dilakukann oleh pasangan dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, yaitu Pertama, kurangnya pengetahuan tentang hukum perkawinan. Kedua, terjadinya perjanjian sebelum menikah bahwa salah satu harus mengalah untuk menikah dengan cara salah satu pasangan. Ketiga, proses yang lebih singkat dan tidak memakan waktu

    Measurement of the tbartt bar{t} Production Cross Section in pbarpp bar{p} collisions at sqrtssqrt{s} = 1.96-TeV using Lepton + Jets Events with Jet Probability bb^- tagging

    No full text

    Observation of Gravitational Waves from a Binary Black Hole Merger

    No full text

    Transverse momentum spectra of charged particles in proton-proton collisions at 1as=900 GeV with ALICE at the LHC

    No full text
    The inclusive charged particle transverse momentum distribution is measured in proton-proton collisions at s=900 GeV at the LHC using the ALICE detector. The measurement is performed in the central pseudorapidity region (|\u3b7|<0.8) over the transverse momentum range 0.15<10 GeV/c. The correlation between transverse momentum and particle multiplicity is also studied. Results are presented for inelastic (INEL) and non-single-diffractive (NSD) events. The average transverse momentum for |\u3b7|<0.8 is \u3008pT\u3009INEL=0.483\ub10.001 (stat.)\ub10.007 (syst.) GeV/c and \u3008pT\u3009NSD=0.489\ub10.001 (stat.)\ub10.007 (syst.) GeV/c, respectively. The data exhibit a slightly larger \u3008pT\u3009 than measurements in wider pseudorapidity intervals. The results are compared to simulations with the Monte Carlo event generators PYTHIA and PHOJET. \ua9 2010
    corecore