12 research outputs found

    Ibm Pelatihan Asuhan Spiritual Bagi Perawat di Rsi Siti Hajar Mataram Tahun 2016

    Get PDF
    Pentingnya Spiritualitas dalam kesehatan dapat dilihat dari batasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1984 yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Bila sebelumnya pada tahun 1947, Sehubungan dengan pentingnya dimensi agama dalam kesehatan, maka pada tahun 1984 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menambahkan, dimensi agama sebagai salah satu dari empat pilar kesehatan ; yaitu kesehatan manusia seutuhnya meliputi : sehat jasmani/fisik (biologi), sehat secara kejiwaan (psikiatrik/psikologi),sehat secara sosial, dan sehat secara spiritual (kerohanian/agama). Dengan kata lain manusia yang sehat seutuhnya adalah manusia yang beragama dan hal ini sesuai dengan fitrah manusia (Clinebell dalam Hawari, 2002).Aspek spiritual harus diperhatikan dalam perawatan selain aspek fisik dan psikososial karena menurut beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan spiritual berpengaruh terhadap kesehatan dan perawatan, diantaranya ; penelitian Stoll dalam Carpenito (2000), berdoa sendiri atau dengan orang terdekat dilaporkan sebagai strategi koping yang baik/positif. Melalui doa orang dapat mengekspresikan perasaan, harapan dan kepercayaanya kepada Tuhan. Perawatan spiritual yang dirasakan dapat langsung mempengaruhi kualitas penyembuhan seseorang, atau kualitas individu dan pengalaman kematian keluarga Individu dengan tingkat spiritual yang tinggi dan baik cenderung mengalami ansietas pada tingkat yang rendah, dan beberapa pasien dengan penyakit terminal yang dipersiapkan spiritualnya dengan baik, meninggal dunia dalam keadaan damai dan tenang. Aspek pertama yang harus diperhatikan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien adalah peningkatan pengetahuan perawat tentang perawatan spiritual pasien dan manfaatnya, sebab sikap positif atau negatif seseorang terhadap suatu obyek, sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan seseorang terhadap manfaat obyek tersebut (Ancok Jamaludin dalam Notoatmodjo,1997)

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Banjaran Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk melihat derajat partisipasi atau kekuasaan yang dimiliki masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dalam Musrenbangdes di Desa Banjaran dan juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan pembangunann desa melalui Musrenbangdes. Metode yang digunakan ialah kuantitaif eksplanasi untuk menguji dan menjelaskan hubungan keaktifan masyarakat berpartisipasi dalam Musrenbangdes dengan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan melalui Musrenbangdes di Desa Banjaran masih sampai pada anak tangga Penentraman yaitu tangga ke lima dari delapan anak tangga partisipasi masyarakat Arnstein atau masih dalam derajat Pertanda Partisipasi (Degrees of Tokenism). Dari beberapa faktor internal dan eksternal yang diuji menunjukkan hanya usia, tingkat pendidikan,jenis pekerjaan, komunikasi dan kepemimpinan yang mempunyai hubungan, sedangkan tingkat penghasilan dan lamanya tinggal dalam desa tidak mempunyai hubungan yang berarti. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa melalui Musrenbangdes bila di lihat dari tingkat pendidikan, tingkat komunikasi, usia, jenis pekerjaan dan tingkat kepemimpinan. Sedangkan untuk tingkat penghasilan dan lamanya tinggal masyarakat dalam desa menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan

    Large expert-curated database for benchmarking document similarity detection in biomedical literature search

    Get PDF
    Document recommendation systems for locating relevant literature have mostly relied on methods developed a decade ago. This is largely due to the lack of a large offline gold-standard benchmark of relevant documents that cover a variety of research fields such that newly developed literature search techniques can be compared, improved and translated into practice. To overcome this bottleneck, we have established the RElevant LIterature SearcH consortium consisting of more than 1500 scientists from 84 countries, who have collectively annotated the relevance of over 180 000 PubMed-listed articles with regard to their respective seed (input) article/s. The majority of annotations were contributed by highly experienced, original authors of the seed articles. The collected data cover 76% of all unique PubMed Medical Subject Headings descriptors. No systematic biases were observed across different experience levels, research fields or time spent on annotations. More importantly, annotations of the same document pairs contributed by different scientists were highly concordant. We further show that the three representative baseline methods used to generate recommended articles for evaluation (Okapi Best Matching 25, Term Frequency-Inverse Document Frequency and PubMed Related Articles) had similar overall performances. Additionally, we found that these methods each tend to produce distinct collections of recommended articles, suggesting that a hybrid method may be required to completely capture all relevant articles. The established database server located at https://relishdb.ict.griffith.edu.au is freely available for the downloading of annotation data and the blind testing of new methods. We expect that this benchmark will be useful for stimulating the development of new powerful techniques for title and title/abstract-based search engines for relevant articles in biomedical research.Peer reviewe

    Pendampingan Keluarga Melalui Metode Peer Teaching dalam Penanggulangan Pneumoni pada Balita di Desa Sesela Nusa Tenggara Barat

    No full text
    Kualitas hidup di Indonesia sangat tergantung pada upaya pemeliharaan lingkungan. Penduduk rentang usia sangat muda atau sangat tua memiliki kemampuan pertahanan tubuh yang lemah. Salah satu goal MDG’s adalah penurunan angka kematian pada bayi dan balita. Penyebab terbanyak adalah gangguan sistem saluran pernafasan yaitu pneumoni. Baik secara international maupun nasional, angka kejadian pneumoni masih menduduki peringkat teratas penyebab kematian balita. Pemerintah Nusa Tenggara Barat, khususnya oleh Puskesmas Gunung Sari di Desa Sesela berupaya menekan angka kejadian pneumoni dengan melakukan program penyuluhan namun belum mencapai hasil maksimal. Metode tersebut menghasilkan pengetahuan yang tidak menetap dan tidak komprehensif serta holistik mempengaruhi perilaku masyarakat. Permasalahan lingkungan yang kotor, dengan ventilasi yang tidak memadai karena sempitnya lahan perumahan, pendidikan rendah dan pekerjaan dengan ekonomi menengah ke bawah menjadikan permasalahan ini semakin tidak berkesudahan. Oleh karena itu upaya pendampingan keluarga dengan sasaran Ibu Rumah Tangga sebagai Objek pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat bekerjasama dengan kader puskesmas sangat diperlukan dengan tujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman terkait pencegahan pneumoni dan penatalaksanaan balita yang terkena pneumoni melalui metode peer teaching. Dengan adanya kelompok ibu rumah tangga yang sadar akan pentingnya pencegahan dan tanggap kasus pneumoni pada balita diharapkan proses transfer knowledge berbasis komunitas dapat terlaksana secara continue dan menurunkan angka kejadian pneumoni pada balita di Desa Sesela, Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat

    Pelatihan Konseling Dengan Pendekatan Motivational Interviewing pada Perawat Pelaksana di Lombok Utara

    No full text
    Bencana alam berupa Gempa yang terjadi di Lombok , Nusa tenggara barat mengakibatkan terjadinya trauma psikologis yang dirasakan setelah terjadinya bencana tersebut. Gempa bumi yang dirasakan di Nusa Tenggara Barat menyebabkan gangguan secara psikologis, permasalahan fisik, emosional, ekonomi dan psikososial yang melebihi kapasitas koping masyarakat sehingga berakibat kepada terjadinya Depresi paska gempa. Data menunjukkan terdapat 560 meninggal dunia, 2.821 Luka berat dan 396.329 pengungsi. Untuk mengurangi terjadinya Depresi paska gempa tersebut dibutuhkan pendekatan yang efektif dan terbaru. Motivational interveiwing merupakan terapi konseling untuk meningkatkan motivasi dan kualitas hidup penderita paska gempa. Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat ini untuk meningkatakn kemampuan perawat dan kader dalam melakukan konseling dengan pendekatan motivational intervewing terhadap Penderita Depresi paska gempa di Kabupaten lombok utara. Metode pelaksanaan dilakukan dengan tiga tahapan yaitu pertama melakukan focus group discussion dengan kepala puskesmas, perawat pelaksana dan kader kesehatan di wilayah puskesmas tanjung dan pemenang, tahap kedua melakukan pelatihan konseling dengan pendekatan motivational intervewing kepada perawat dan kader kesehatan di wilayah puksesmas pemenang dan tanjung dan tahap ketiga adalah monitoring dan evaluasi pencapain kegatan dan output pelatihan.Hasil kegiatan didapatkan bahwa terdapat 15 perawat pelaksana telah mengikuti pelatihan secara aktif dan 25 kader kesehatan dari masing-masing wilayah Puskesmas tanjung dan pemenang. Luaran yang dihasilkan adalah modul konseling dan publikasi ilmiah. Rekomendasi diharapkan perlu adanya integrasi kegiatan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan lain dalam melakukan intervensi konseling dan dapat ditindak lanjuti dengan dinas kesehatan dan rumah sakit jiwa jika membutuhkan perawatan yang lebih intensif

    Desain Konseptual dan Pola Operasi Fasilitas Kesehatan Apung di Wilayah Kepulauan: Studi Kasus Kepulauan Karimunjawa

    Full text link
    Layanan kesehatan di wilayah Kepulauan Karimunjawa masih belum merata sebab lokasi puskesmas utama yang berada di pusat kepulauan membuat masyarakat harus berlayar menuju pulau karimunjawa untuk mendapat layanan. Dalam seminggu hanya terdapat satu kapal menuju pulau karimunjawa yang berlayar sesuai dengan jam buka puskesmas. Hal ini mengakibatkan masyarakat luar pulau karimunjawa harus mengeluarkan biaya untuk menyewa kapal apabila sakit diluar jadwal tersebut. Untuk pemerataan layanan kesehatan, dibutuhkan analisis terhadap perencanaan layanan kesehatan. Pengadaan layanan kesehatan apung dianggap paling sesuai dengan kondisi geografis Kepulauan Karimunjawa. Studi ini bertujuan merencanakan desain konseptual layanan kesehatan apung dan menganalisis pola operasi optimal untuk wilayah Kepulauan Karimunjawa. Terdapat 2 skenario yang dikembangkan untuk layanan kesehatan, yaitu layanan kesehatan apung keliling pada skenario 1 serta layanan kesehatan apung diam pada skenario 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa layanan kesehatan keliling pada skenario 1 menghasilkan total biaya minimal sebesar Rp 1.849 juta per tahun untuk 1 layanan kesehatan apung keliling, dengan frekuensi sebanyak 69 kali/tahun dan total jarak tempuh 52,35 nm. Kapal yang dipakai merupakan kapal LCT dengan ukuran panjang (Lpp) 25,43 m, lebar (B) 6,82 m, tinggi (H) 2,73 m, dan sarat (T) 1,36 m

    KOMUNIKASI KESEHATAN

    Full text link
    Komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi antar individu untuk melakukan sosialisasi dalam hal menyampaikan informasi yang dapat mempengaruhi kehidupan individu dan masyarakat. Komunikasi juga dilakukan oleh tenaga professional yang bergelut di bidang kesehatan dalam memberikan pelayanan di fasilitas kesehatan. Tenaga kesehatan dituntut memiliki keahlian dalam berkomunikasi selama melakukan praktek sesuai profesinya, agar pesan medis yang telah disampaikan dapat diterima baik oleh pasien dan outcome therapy dapat tercapai. Selain itu, komunikasi dalam bidang kesehatan juga dapat berperan dalam konteks menyebarluaskan informasi tentang kesehatan kepada masyarakat. Hal ini dapat berupa upaya menciptakan kesadaran, perilaku, dan sikap, serta memberikan motivasi untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk melengkapi pembahasan, buku ini diawali dengan pembahasan tentang pengertian, fungsi dan ruang lingkup komunikasi; model-model komunikasi; kemudian dilanjutkan tujuan dan peran strategis komunikasi kesehatan; revolusi budaya dan pelayanan kesehatan; memahami perilaku pasien; kelompok risiko dan masyarakat; sejarah perkembangan komunikasi kesehatan; peran komunikator dalam bidang kesehatan; serta memilih media, pesan di dalam komunikasi kesehatan; Selanjutnya akan dibahas juga mengenai audiens dalam komunikasi kesehatan; komunikasi efektif dalam peningkatan kualitas pelayanan; strategi interpersonal efektif dalam komunikasi kesehatan; perencanaan komunikasi kesehatan yang efektif; serta iklan dan komunikasi kesehatan
    corecore