9 research outputs found

    Gorillas in the crossfire: population dynamics of the Virunga mountain gorillas over the past three decades

    Get PDF
    Small populations are particularly susceptible to disturbance. Routine censusing to monitor changes is important for understanding both population dynamics and the effectiveness of conservation strategies. Mountain gorillas Gorilla beringei beringei in the Virunga Volcanoes region of Rwanda, Uganda and the Democratic Republic of Congo have been censused five times since 1970. However, due to war and political unrest in the region since 1990, no census had been conducted since 1989, when the population was thought to number 324 gorillas. In 2000 we estimated population size using repeated observations of 17 habituated groups and information on 15 unhabituated groups obtained during patrols. The minimum population was 359 gorillas, and a best-case scenario correcting for groups that might not have been counted was 395. Using the minimum population and best-case scenario respectively, this represents a 0.9% or 1.8% annual growth rate over the last decade and 1.0% or 1.3% annual growth rate since 1972. This is lower than growth estimates made in several population viability analyses, but approximately 5% of the 1989 population is known to have died due to military activity over the last decade. Different subsets of the population exhibited different responses to disturbance caused by war. We discuss conservation strategies that are likely to have contributed to an increase in the gorilla population during this time of turmoil. While the population has grown, the results should be viewed with caution, not only because all known growth during the last decade can be attributed to one subset of the population, but also because the region is still plagued by political unrest

    Perancangan Komunikasi Visual “Beras Muncul" Cilamaya Kerawang

    No full text
    Minimnya kesadaran sebuah merek yang dimiliki masyarakat Cilamaya, membuat pemasaran Beras Muncul tidak berkembang. Rangkaian distribusi Beras Muncul memberikan dampak pada penghasilan para petani Cilamaya dan bakul Cilamaya yang tidak terlalu memberikan untung besar. Selain itu, Beras Muncul Cilamaya tidak mempunyai citra di benak konsumen yang selama ini menikmati beras asli Cilamaya. Konsumen hanya mengenal merek produsen yang mereka beli di toko beras, minimarket ataupun supermarket. Fenomena ini menjadi dasar dalam pembuatan komunikasi visual untuk mengembalikan citra Karawang sebagai “Kota Padi" kembali. Proses perancangan ini dimulai dengan mendesain logo Beras Muncul sebagai awal pembentukan image, kemudian merancang desain kemasan Beras Muncul sebagai media utama. Media yang digunakan pada perancangan ini merupakan strategi untuk memperkuat brand positioning, dengan menciptakan brand awareness. Perancangan komunikasi visual Beras Muncul disampaikan dengan menggunakan pendekatan personifikasi bahwa Beras Muncul merupakan “Beras Jujur”. Kekuatan serta pengelolaan brand yang baik dan tepat pada Beras Muncul Cilamaya dengan gaya visual yang menyesuaikan zaman serta dikombinasikan dengan media promosi yang tepat, dapat menciptakan sebuah brand identity yang kuat, jelas dan terarah. Pembentukan brand positioning dan brand awareness Beras Muncul Cilamaya yang kuat di benak target audience, sehingga dapat mencapai ke tahap top of mind. Maka, tercipta ingatan yang kuat di benak audience identitas visual Beras Muncul sebagai beras asli Cilamaya

    Perancangan Komunikasi Visual “Beras Muncul" Cilamaya Kerawang

    Get PDF
    Minimnya kesadaran sebuah merek yang dimiliki masyarakat Cilamaya, membuat pemasaran Beras Muncul tidak berkembang. Rangkaian distribusi Beras Muncul memberikan dampak pada penghasilan para petani Cilamaya dan bakul Cilamaya yang tidak terlalu memberikan untung besar. Selain itu, Beras Muncul Cilamaya tidak mempunyai citra di benak konsumen yang selama ini menikmati beras asli Cilamaya. Konsumen hanya mengenal merek produsen yang mereka beli di toko beras, minimarket ataupun supermarket. Fenomena ini menjadi dasar dalam pembuatan komunikasi visual untuk mengembalikan citra Karawang sebagai “Kota Padi" kembali. Proses perancangan ini dimulai dengan mendesain logo Beras Muncul sebagai awal pembentukan image, kemudian merancang desain kemasan Beras Muncul sebagai media utama. Media yang digunakan pada perancangan ini merupakan strategi untuk memperkuat brand positioning, dengan menciptakan brand awareness. Perancangan komunikasi visual Beras Muncul disampaikan dengan menggunakan pendekatan personifikasi bahwa Beras Muncul merupakan “Beras Jujur”. Kekuatan serta pengelolaan brand yang baik dan tepat pada Beras Muncul Cilamaya dengan gaya visual yang menyesuaikan zaman serta dikombinasikan dengan media promosi yang tepat, dapat menciptakan sebuah brand identity yang kuat, jelas dan terarah. Pembentukan brand positioning dan brand awareness Beras Muncul Cilamaya yang kuat di benak target audience, sehingga dapat mencapai ke tahap top of mind. Maka, tercipta ingatan yang kuat di benak audience identitas visual Beras Muncul sebagai beras asli Cilamaya

    Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) digital berbasis Experiential Learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada materi gelombang bunyi

    Get PDF
    Keterampilan abad ke-21 menuntut peserta didik memiliki keterampilan berpikir kritis. Hasil studi lapangan menunjukkan keterampilan berpikir kritis peserta didik masih tergolong rendah dan guru belum memanfaatkan bahan ajar berupa LKPD digital untuk melatih keterampilan berpikir kritis. Penelitian pengembangan LKPD digital berbasis experiential learning bertujuan untuk mengetahui 1) Validitas LKPD digital berbasis experiential learning, 2) Keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan LKPD digital berbasis experiential learning, dan 3) Peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas XI MIA SMA Negeri 1 Bojongsoang pada materi gelombang bunyi. Subjek penelitian uji coba produk berjumlah 13 orang peserta didik. Hasil penelitian meliputi: 1) Pengembangan LKPD digital berbasis experiential learning menggunakan langkah dari metode penelitian 4D (define, design, development, dan dissemination) memperoleh hasil validasi kelayakan sangat baik dengan persentase sebesar 82,43%, 2) Keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan LKPD digital berbasis experiential learning berada dalam kategori baik dan efektif dengan persentase 71,85%, serta 3) Penggunaan LKPD digital berbasis experiential learning pada materi gelombang bunyi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dengan rata-rata skor n-gain 0,72 dengan interpretasi tinggi. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan ialah LKPD digital berbasis experiential learning mampu diterapkan dalam proses pembelajaran fisika untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada materi gelombang bunyi

    A summary of research in science education—1981

    No full text
    corecore