Indonesian Institute of the Arts Yogyakarta
Indonesian Institute of the Art YogyakartaNot a member yet
14571 research outputs found
Sort by
Digital Compositing Pada Visual Parfum Orchard Dalam Fotografi Iklan
Parfum atau minyak wangi adalah wewangian yang dihasilkan dari proses ekstraksi bahan-bahan aromatik yang digunakan untuk memberikan aroma wangi bagi tubuh, obyek benda ataupun ruangan. Dalam upaya untuk memenangkan persaingan di pasar yang tergolong kompetitif, brand dari tiap industri parfum perlu mengembangkan strategi pemasaran yang efektif, salah satunya melalui fotografi iklan. Salah satu aspek yang sangat penting dalam strategi pemasaran adalah memvisualkan produk yang menarik untuk disajikan kepada para konsumen. Orchard sebagai salah satu brand yang baru saja dikenal di pasar ingin terus meningkatkan citranya dan meningkatkan kesadaran konsumen tentang produknya melalui fotografi iklan. Tujuan penciptaan karya fotografi ini adalah menciptakan serangkaian foto produk Orchard yang memiliki kualitas estetika dan teknis yang tinggi untuk berbagai varian produk yang ditawarkan. Metode dalam penciptaan karya ini adalah studi pustaka, observasi data Orchard Parfum, serta bereksperimentasi dalam perwujudannya melalui teknik digital compositing. Hasil akhir penciptaan karya fotografi ini adalah visual produk Orchard menggunakan teknik digital compositing yang nantinya digunakan sebagai iklan untuk memasrakan produk. Simpulan dalam penciptaan karya fotografi ini adalah eksperimentasi konsep berdasarkan data yang kemudian diterapkan pada eksplorasi pemanfaatan property, arah cahaya serta komposisi yang diproses secara digital agar dapat berpengaruh terhadap hasil akhir visualnya. Selain itu, penggabungan antara manfaat produk serta segmentasi pasar yang dituju oleh brand dapat mewujudkan visual yang sesuai dengan apa yang telah dirancang
Pengaruh Konflik Terhadap Perubahan Komponen Karakter Tokoh Utama sebagai Representasi Penyintas Kekerasan Seksual dalam Film "Penyalin Cahaya"
Film Penyalin Cahaya bercerita tentang seorang mahasiswi yang kehilangan beasiswanya karena foto – foto mabuk di pesta perayaan tersebar di media sosial. Keinginan untuk menguak fakta diiringi dengan lika-liku konflik yang terus bermunculan. Penelitian yang berjudul Pengaruh Konflik Terhadap Perubahan Komponen Karakter Tokoh Utama Sebagai Representasi Penyintas Kekerasan Seksual Dalam Film “Penyalin Cahaya” ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konflik dapat mempengaruhi karakter tokoh utama pada film ini. Penelitian ini menggunakan teori Kubler Roos tentang lima tahapan kehilangan dan teori tentang perubahan karakter oleh Lajos Egri untuk menganalisa data secara lebih detail.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif dengan fokus pada perubahan komponen karakter tokoh utama. Dilihat dari aspek konflik, apakah mampu membuktikan adanya perubahan komponen karakter yang terjadi pada tokoh utama atau tidak sama sekali. Lalu, perubahan komponen tersebut dielaborasikan dengan aspek tahapan kehilangan untuk menunjukkan perubahan komponen terdapat dalam aspek tahapan yang mana.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa konflik mempengaruhi perubahan komponen karakter tokoh utama dan dapat merepresentasikan tahapan – tahapan yang akan dilalui oleh seorang penyintas kekerasan seksual sampai mampu kembali menerima dirinya sendiri dan menjalani kehidupannya
Bangunan Kota Tishri Dari Novel Bumi Karya Tere Liye Pada Penciptaan Wadah Toiletries Keramik
Produk perlengkapan mandi atau toiletries telah menjadi kebutuhan higienisitas bagi kehidupan manusia. Seringkali, produk toiletries dapat ditemukan di dalam kamar mandi rumah, hotel, vila, apartemen, dan lain-lain. Wadah produk toiletries keramik dipilih sebagai karya penciptaan karena didasari dari ketertarikan terhadap produk yang tidak hanya fungsional namun juga mampu menambah nilai estetika dari interior kamar mandi. Penciptaan karya wadah toiletries keramik ini juga didukung dari segi keselarasan konsep karya dengan mengangkat tema dari novel Bumi karya Tere Liye dan berfokus pada bentuk gedung dari Kota Tishri di Klan Bulan. Penulis mengangkat tema dari novel Bumi karya Tere Liye karena ketika membaca novel ini, imajinasi Penulis langsung terbentuk dan menginspirasi Penulis dalam menciptakan karya.
Metode penciptaan dalam pembuatan karya ini menggunakan teori “Tiga Tahap Enam Langkah Proses Penciptaan Karya Kriya” oleh S.P. Gustami. Teori ini dijabarkan menjadi 3 tahap, yaitu 1.) Tahap Eksplorasi, 2.) Tahap Perancangan, dan 3.) Tahap Perwujudan. Tujuan dari penciptaan karya ini adalah mendeskripsikan konsep, menjelaskan proses, dan menghasilkan karya wadah toiletries keramik dengan ide penciptaan bentuk bangunan Kota Tishri dari novel Bumi karya Tere Liye. Guna mendukung elemen-elemen visual dan kenyamanan pada karya, penciptaan ini menggunakan Metode Pendekatan Estetika menurut Dharsono dan Ergonomi menurut Bram Palgunadi.
Tugas Akhir Kriya karya Penulis menghasilkan 4 set karya wadah toiletries keramik yang terdiri dari 6 jenis wadah dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu 1.) Wadah sabun cair, 2.) Wadah sabun batang, 3.) Wadah sikat gigi dan pasta gigi, 4.) Gelas kumur, 5.) Wadah lilin aromaterapi, dan 6.) Tungku aromaterapi. Teknik pembuatan karya dilakukan secara manual dengan teknik putar menggunakan electric throwing wheel (alat putar elektrik)
Perancangan Film Animasi 2D sebagai Media Pengenalan Gejala Post-Traumatic Stress Disorder pada Remaja
Pengetahuan dan pemahaman masyarakat di Indonesia terhadap posttraumatic stress disorder (PTSD) yang terjadi pada remaja masih rendah, sementara pengenalan terhadap ciri-ciri perilaku dan gejala penderita dapat menjadi langkah awal yang penting. Untuk mengatasi kekurangan ini, penulis bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan dengan merancang media pengenalan menggunakan visualisasi film animasi 2d. Metode analisis 5W+1H digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan perancangan. Hasil akhir dari perancangan ini adalah sebuah film animasi 2d. sebagai produk utama yang dapat diakses kapan pun dan di mana pun, sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap PTSD pada remaja. Inisiatif ini mengakui kebutuhan mendesak akan peningkatan kesadaran dan pemahaman yang luas terkait PTSD pada remaja di masyarakat Indonesia. Penggunaan metode analisis 5W+1H memastikan eksplorasi yang komprehensif terhadap kebutuhan perancangan, memfasilitasi pendekatan yang nuansa dan efektif dalam mengatasi kesenjangan pengetahuan yang diidentifikasi. Hasil akhir dari upaya perancangan ini adalah film animasi 2d
Pengkajian Desain Karakter Mobile Game Arknights
Penelitian kali ini akan mengeksplorasi mengenai konstruksi desain karakter mobile game Arknights dan bagaimana persepsi pemain terhadap desain karakter tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk kedua rumusan permasalahan. Dalam mengkaji desain karakter akan menggunakan pendekatan desain karakter Manga Matrix oleh Hiroyoshi Tsukamoto yang terdiri dari Form Matrix, Costume Matrix, dan Personality Matrix. Begitu juga dengan mendapatkan data mengenai persepsi akan menggunakan teknik pengumpulan data secara wawancara dan menggunakan pendekatan faktor persepsi oleh Robbins & Judge yang terdiri dari Sikap, Pengalaman, Ketertarikan, Motivasi, Ekspektasi.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah berbagai macam interface pada mobile game Arknights mengakomondasikan modal interaksi antara pemain terhadap karakter. Temuan pada konstruksi desain karakter tersebut terdiri dari: 1) aspek anthropomorphis di hampir semua karakter, 2) aspek karakter yang sama, berulang-ulang pada suatu faction, 3) aspek karakter yang berbeda dari kelompok faction-nya namun disengaja untuk kepentingan pengembangan permainan, 4) aspek karakter yang membawa objek kultural dan sejarah.
Terdapat hasil penemuan bagaimana persepsi pemain terhadap desain karakter ini yaitu: 1) terdapatnya steriotipe fokus pemain dalam mempersepsikan karakter, 2) desain karakter yang menjadi pembahasan disikapi dengan rasa penuh apresiasi, 3) walaupun ada persepsi dengan rasa membingungkan ada ada hambatan pribadi, pemain akan belajar atau mengubah persepsinya, 4) faktor pengalaman menjadi landasan terbesar dalam membangun persepsi, 5) teknik-teknik perancangan karakter yang dapat memikat persepsi pemain, 6) pemain menaruh ekspektasi yang kecil, namun tetap termotivasi dalam mempersepsikan karakter, 7) adanya perbedaan persepsi dalam situasi permainan yang berbeda server, 8) persepsi dapat berubah sewaktu-waktu
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation pada Materi Musik Ansambel Sejenis di SMP Negeri 3 Pleret Bantul
Proses pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam ruang lingkup pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri 3 Pleret Bantul, siswa tidak dapat mengembangkan daya kreativitas, tidak mampu untuk menyelesaikan masalah secara kerja sama dan diskusi. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat dan pendekatan pembelajaran masih berpusat kepada guru atau teacher centered learning, di mana pendekatan ini sudah tidak disarankan lagi untuk digunakan. Tujuan dari penelitian ini yaitu, mendeskripsikan implementasi model pembelajaran group investigation pada materi musik ansambel sejenis di SMP Negeri 3 Pleret Bantul.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu untuk mendeskripsikan proses pembelajaran materi musik ansambel sejenis di SMP Negeri 3 Pleret, Bantul dengan fokus pembahasan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Proses validasi data menggunakan triangulasi teknik dengan membandingkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Pelaksanaan model pembelajaran model pembelajaran group investigation pada materi musik ansambel sejenis dari tahapan pertama hingga terakhir, membuat siswa lebih aktif, partisipatif, kreatif, dan tanggung jawab dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran group investigation mempunyai dampak positif terhadap cara mengajar guru seni budaya
Naga dalam Sengkalan Keraton Yogyakarta sebagai Motif Batik Busana Malam
Naga dalam dunia mitologi merupakan hewan besar bersisik seperti kadal, menyemburkan api dan dapat terbang. Di berbagai negara penggambaran naga dan wataknya berbeda-beda, terdapat perbedaan yang signifikan antara budaya Barat dan budaya Timur. Datangnya Cina ke Indonesia membawa kurang lebih pengaruh pada lingkungan. Kebudayaan Jawa merupakan kebudayaan di Indonesia yang paling banyak menggunakan motif naga dalam artefaknya. Di beberapa sudut Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat terdapat ukiran naga Jawa, yang paling besar terdapat di regol Gadungmlati dan regol Kamegangan, yaitu Dwi Naga Rasa Tunggal dan Dwi Naga Rasa Wani. Naga-naga tersebut merupakan Sengkalan Keraton Yogyakarta. Naga keraton inilah yang menjadi inspirasi dalam penciptaan karya kali ini dan akan dibuat menjadi motif batik untuk direalisasikan dalam busana evening yang terinspirasi dari kebaya kutubaru.
Metode penciptaan dalam TA ini meliputi, eksplorasi, perancangan karya, dan pewujudan karya. Penerapan metode penciptaan digunakan untuk memperkuat konsep mulai dari pengumpulan data hingga pewujudan karya.Teknik pengerjaan yang dilakukan menggunakan teknik menggambar, batik tulis, batik kuas, batik cap, pewarnaan, pembuatan pola, jahit, dan finishing
Tugas akhir ini berhasil membuat enam buah karya dari dua belas buah desain. Keseluruhan karya memiliki judul yang sama dengan penggambaran sederhana dari Dwi Naga Rasa Tunggal dan Dwi Naga Rasa Wani tetapi setiap karya memiliki bentuk dan karaktersitik yang berbeda-beda
Perancangan Zine Kampanye Edukasi Anti Pelecehan Seksual pada Lembaga Pendidikan Tinggi di Yogyakarta
Pelecehan seksual di lingkungan kampus menjadi perhatian serius saat ini. Perguruan Tinggi seharusnya aman bagi semua individu, namun karena aturan terkait pelecehan seksual masih minim menyebabkan mayoritas korban enggan melapor karena kurangnya aturan yang menghukum pelaku, stigma negatif, dan ketidakpahaman terhadap prosedur pelaporan. Kampanye "Speak Up! Stand Up!" dirancang sebagai bentuk respons terhadap fenomena ini, dengan tujuan meningkatkan kesadaran, mendorong individu untuk berbicara, dan mendukung para korban. Penulis melakukan riset menggunakan metode fenomenologis dengan pendekatan zine ini mengikuti konsep SMCR David K. Berlo. Tahapan analisis data menggunakan 5W + 1H. Media yang digunakan menggunakan zine dan mencakup platform digital dan cetak dalam penyebarannya dengan strategi kampanye yang mengikuti teori Moriarty, Mitchells & Wells (2011). Hasil perancangan ini berupa zine dalam bentuk cetak maupun digital yang disebarkan melalui media penunjang berupa instagram dan media pendukung berupa poster, kaos, dan stiker. Kendala muncul dalam memperoleh informasi konkret dari penyintas pelecehan seksual di kampus. Solusi dilakukan dengan menambahkan pendekatan pengumpulan data melalui kuesioner terbuka di Instagram. Melalui kampanye ini diharapkan memberikan manfaat untuk penelitian masa depan sekaligus mendorong implementasi kebijakan yang lebih efektif dari pihak kampus dan pemerintah dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan responsif bagi semua individu
Pelaku Seni Dalam Mempertahankan Kesenian Tradisional Di Banjarnegara Pada Film Dokumenter "Enggreng" Dengan Bentuk Partisipatori
Kesenian Enggreng menghadapi ancaman kepunahan serius. Penurunan minat dan partisipasi dari masyarakat terutama anak muda telah menyebabkan berkurangnya pertunjukan dan pelestarian tradisi ini. Tidak adanya penampilan yang signifikan sejak tahun 2000-an menunjukkan bahwa kesenian ini telah mengalami penurunan drastis dalam popularitasnya. Ini juga mengindikasikan hilangnya jaringan pertunjukan yang dapat mempertahankan tradisi ini. Skripsi karya seni berjudul “Pelaku Seni Dalam Mempertahankan Kesenian Tradisional Di Banjarnegara Pada Film Dokumenter “Enggreng” Dengan Bentuk Partisipatori” sutradara berupaya menghidupkan kesenian Enggreng kembali. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, para pelaku seni memiliki keinginan yang kuat untuk menjaga kesenian Enggreng, namun para pelaku seni ini mempunyai keterbatasan dalam hal pengetahuan dan usia yang sudah berusia lanjut. Melalui partisipasi sutradara diharapkan dapat menarik minat masyarakat, terutama generasi muda untuk melestarikan kesenian Enggreng kembali. Penggunaan pendekatan bentuk partisipatori dari sutradara ternyata mampu memberikan pengaruh kepada para pelaku seni maupun masyarakat terutama anak muda untuk kembali menghidupkan kesenian Enggreng yang terancam punah. Walaupun dalam prosesnya mengalami kendala pendanaan yang sulit di dapatkan untuk kelompok seni Enggreng yang baru dibentuk lagi. Penerapan bentuk partisipatori dalam film “Enggreng” berhasil diterapkan oleh sutradara. Dibuktikan dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh sutradara dalam membantu para pelaku seni menghidupkan kembali kesenian Enggreng. Sutradara memberikan dampak kepada para pelaku seni untuk kembali menghidupkan kesenian Enggreng dengan cara melakukan pelatihan rutin kepada anak muda.
Kata kunci : Dokumenter, Kesenian Enggreng, Partisipator
Analisis Semiotika Roland Barthes Karya Wimo Ambala Bayang Dalam Pameran An Invitation to Put Yourself in My Shoes
Pengkajian ini bertujuan untuk menganalisis mitos dalam seni fotografi, yaitu bagaimana penanda dan petanda dalam seni fotografi dimanfaatkan sebagai salah satu cara penciptaan seni. Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis teks visual. Metode ini fokus pada interpretasi makna dan subjek yang diteliti, serta memperhatikan konteks sosial, budaya, dan historis yang melingkupi fenomena. Data yang terkumpul dianalisis secara induktif untuk mengidentifikasi pola, tema, dan konsep yang muncul. Ketujuh karya fotografi Wimo Ambala Bayang di pameran An Invitation to Put Yourself in My Shoes menghadirkan pesan terjadinya keraguan, kekecewaan, kesedihan, ketidakberdayaan, dan objektivikasi. Pesan ini tersirat dalam sosok kuda yang aneh, hadir di tempat-tempat asing dengan adegan-adegan tak lazim. Pemilihan objek, latar, pose, pencahayaan, warna, adegan, dan judul menjadi kunci untuk menguak makna. Hasil analisis mitos dari penanda dan petanda yang ada menunjukkan bahwa karya-karya memiliki mitos kondisi krisis yang dialami