11 research outputs found

    KAJIAN ANALISIS DORMANSI PADA TUMBUHAN

    Get PDF
    ABSTRAK KAJIAN ANALISIS DORMANSI PADA TUMBUHAN Oleh : Devi Nata Ismiati 1711060019 Fisiologi atau ilmu faal meruapakan salah satu cabang biologi yang mempelajari berlangsugnya sistem kehidupan. Fisiologi memiliki beberapa subbidang. Fisiologi tumbuhan mengkaji tentang bagaimana proses metabolisme pada tumbuhan terjadi, salah satunya adalah Dormansi. Dormansi adalah masa istirahat atau keadaan benih pada fase istirahat namun masih melangsungkan proses metabolisme seperti respirasi. Benih dapat dikatakan dorman apabila benih tersebut tidak berkecambah waupun sudah berada pada lingkungan yang mendukung atau ideal untuk perkecambahan. Sasaran pada penelitian ini yaitu mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung khusunya pada prodi pendidikan biologi. Sehingga tujuan dari penulisan Modul ini untuk mengetahui Dormansi pada tumbuhan. Dormansi adalah masa istirahat atau keadaan benih pada fase istirahat namun masih melangsungkan proses metabolisme seperti respirasi. Benih dapat dikatakan dorman apabila benih tersebut tidak berkecambah waupun sudah berada pada lingkungan yang mendukung atau ideal untuk perkecambahan. Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan dormansinya. Dormansi juga merupakan suatu prinsip kerja dari biji tanaman untuk mempertahankan terhadap suhu yang rendah pada musim dingin, bahkan pada suhu yang lebih panas. Proses pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum diberi suatu perlakuan khusus terhadap benih. Kata kunci: Analisis. Dormansi, Biji ABSTRACT DORMANCY ANALYSIS STUDY IN PLANTS By : Devi Nata Ismiati 1711060019 Physiology or physiology is a branch of biology that studies the functioning of living systems. Physiology has several subfields. Plant physiology examines how metabolic processes occur in plants, one of which is Dormancy. Dormancy is the resting period or the state of the seed in the resting phase but still carrying out metabolic processes such as respiration. Seeds can be said to be dormant if the seeds do not germinate even though they are already in an environment that supports or is ideal for germination. The targets of this study were students of the Tarbiyah and Teacher Training Faculty of UIN Raden Intan Lampung, especially in biology education study programs. So the purpose of writing this module to determine dormancy in plants. Dormancy is the resting period or the state of the seed in the resting phase but still carrying out metabolic processes such as respiration. Seeds can be said to be dormant if the seeds do not germinate even though they are already in an environment that supports or is ideal for germination. Dormancy in seeds can last for several days, a season, even up to several years depending on the type of plant and its dormancy. Dormancy is also a working principle of plant seeds to defend against low temperatures in winter, even at hotter temperatures. The growth process will not occur as long as the seeds have not gone through their dormancy period, or before being given a special treatment for the seeds. Keywords: Analysis. Dormancy, Seed

    Pengembangan Usaha Mikro Berbasis Pengelolaan Usaha yang Baik di Desa Banjar Kemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo

    Get PDF
    Usaha mikro adalah sebuah usaha yang berskala kecil, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- per tahun tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Umumnya dimiliki secara perseorangan maupun kelompok. Usaha mikro adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Usaha mikro di Indonesia sangat penting bagi ekonomi karena menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga kerja. Program pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk membantu masyarakat pelaku usaha mikro di Desa Banjar Kemuning untuk mengelola usahanya dengan baik yang berbasis pada pengelolaan manajemen yang benar, melalui edukasi dan penyuluhan. Adapun metode yang digunakan terbagi dalam tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi program. Hasil pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini yaitu program yang dilaksanakan melalui penyuluhan dan edukasi pengelolaan keuangan dan permodalan usaha mikro beserta pemberian bantuan iventaris toko sangat cocok untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, bahkan mampu meningkatkan stabilitas pengembangan usaha menjadi lebih meningkat.

    Hydrogel Films Derived Water Hyacinth Stems And Banana Peels Pectin: Tensile Performance And Swelling Ability

    Get PDF
    Abstract: Hydrogel films are sheet materials that form a 3D network structure and can be fabricated from one or more constituent materials. A combination of two natural polymers, namely carboxymethyl cellulose (CMC) derived from water hyacinth stems (WHS) and banana peel pectin, constructs these hydrogel films that are used as coating materials for food packaging. Citric acid replenishment to stabilize the cross-linking of the hydrogel films. This study is intended to determine the effect of WHSCMC, pectin, and citric acid on the swelling abilities and tensile performances of hydrogel films. CMC synthesis begins with harvesting water hyacinth stems obtained from the Gambut area waters in South Kalimantan, Indonesia. Then carried out the extraction and bleaching processes of cellulose. Cellulose extract powder was processed in two stages, videlicet alkalization and carboxymethylation, to obtain cellulose derivatives in the form of CMC. The results of WHSCMC were analyzed using FT-IR (Fourier Transform Infra-Red) and compared with commercial CMC. Giving results with significant similarity at the peaks of 998 cm-1 and 1015 cm-1, specifically the ether glycosidic group. Fabrication of hydrogel films combines WHSCMC and banana peel pectin with various compositions (100:0, 90:10, 70:30, and 50:50 wt.%) with added citric acid as an aid for crosslinking at various concentrations (5, 10, and 15 wt.%). Hydrogel films sample 70:30, 5 wt.% (CPc-5) gave optimum results from the characterization of hydrogel films related to food packaging application coatings in the form of swelling ability of 6,647 g/g, tensile strength of 11,770 MPa, and elongation test of 11,896%. FT-IR analysis of CPc-5 indicates that there are carboxyl groups (COO-) and hydroxyl groups (-OH), which play a role in the formation of cross-links and hydrophilic properties.Abstrak: Film hidrogel merupakan material lembaran yang membentuk struktur jaringan 3D dan dapat dibuat dari satu atau lebih bahan penyusun. Kombinasi dua polimer alami, yaitu karboksimetil selulosa (CMC) yang berasal dari batang eceng gondok (BEG) dan pektin kulit pisang membentuk film hidrogel yang digunakan sebagai bahan pelapis kemasan makanan. Penambahan asam sitrat untuk menstabilkan ikatan silang film hidrogel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh CMC BEG, pektin, dan asam sitrat terhadap kemampuan pembengkakan dan kinerja kekuatan tarik film hidrogel. Sintesis CMC diawali dengan pemanenan batang eceng gondok yang diperoleh dari perairan daerah Gambut, Kalimantan Selatan-Indonesia. Kemudian dilakukan proses ekstraksi dan pemutihan selulosa. Serbuk ekstrak selulosa diproses dalam dua tahap yaitu alkalisasi dan karboksimetilasi untuk mendapatkan turunan selulosa berupa CMC. Hasil CMC BEG dianalisis menggunakan FT-IR (Fourier Transform Infra-Red) dan dibandingkan dengan CMC komersial. Hasil yang diperoleh adalah adanya kemiripan pada puncak 998 cm-1 dan 1015 cm-1, yaitu gugus eter glikosidik. Pembuatan film hidrogel mengkombinasikan CMC BEG dan pektin kulit pisang dengan berbagai komposisi (100:0, 90:10, 70:30, dan 50:50 % berat) dengan penambahan asam sitrat sebagai pengikat silang dengan berbagai konsentrasi (5, 10, dan 15 % berat). Sampel film hidrogel 70:30, 5% (CPc-5) memberikan hasil optimum dari karakterisasi film hidrogel terkait pelapis aplikasi kemasan makanan berupa uji kemampuan pembengkakan sebesar 6,647 g/g, kuat tarik 11,770 MPa, dan elongasi sebesar 11,896%. Analisis FT-IR terhadap CPc-5 menunjukkan adanya gugus karboksil (COO-) dan gugus hidroksil (-OH) yang berperan dalam pembentukan ikatan silang dan sifat hidrofilik

    STUDI SIFAT KEKUATAN DAN SIFAT OPTIK LEMBARAN PULP SULFAT Amomum maximum Auct DAN Amomum walang BL.Val

    No full text
    Saat ini industri pulp dan kertas dihadapkan pada tiga permasalahan yaitu kekurangan bahan baku, bahan kimia pemasak yang mahal dan pencemaran lingkungan yang ditimbulkannya. Salah satu untuk memenuhi kekurangan bahan baku pulp dan kertas yakni perlu dicari alternatif bahan baku lain yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku pulp dan kertas dan upaya penelitian dalam pengembangan teknologi kertas berbahan baku non kayu. Puar adalah salah satu tumbuhan hasil hutan hutan non kayu yang sangat berpotensi sebagai bahan baku pulp dan kertas. Puar berasal dari family Zingiberaceae yang terdiri dari beberapa genus seperti Alpinia, Amomum, Nicolaia, Renealmia, Riedeliua, Achasm dan beberapa genus lainnya. Berdasarkan pengamatan tumbuhan puar jenis Amomum maximum Auct dan Amomum walang BL.Val banyak tumbuh secara alami di Bengkulu. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kedua jenis puar tersebut memiliki dimensi dan nilai turunan dimensi serat yang baik sebagai bahan baku pulp dan kertas sehingga akan menghasilkan sifat kekuatan pulp dan kertas yang baik, sedangkan komponen kimia puar berkaitan dengan sifat optik pulp dan kertas, karena belum ada informasi sifat lembaran pulp dan kertas yang meliputi sifat kekuatan dan optiknya dari kedua spesies puar tersebut, maka di rasa perlu meneliti sifat kekuatan dan optik lembaran pulp dan kertas kedua jenis puar tersebut. Sifat kekuatan dan optik lembaran pulp yang diteliti merupakan pulp yang telah diputihkan, karena yang diteliti adalah pulp putih maka pulp yang dihasilkan harus diputihkan. Penelitian ini memilih zat pemutih tanpa khlorin. Dasar pemilihan zat pemutih bebas khlorin karena khlorin menghasilkan limbah cair yang mengandung chlorinated organic compounds yang bersifat bioacumulate dan penyebab sub lethal effect. Untuk mengatasi masalah tersebut dikembangkan teknologi bleaching yang lebih aman terhadap lingkungan, antara lain teknologi bleaching dengan konsep ECF (elementally chlorine free) dan TCF (totally chlorine free) serta penerapan bio- bleaching. Tujuan penelitian adalah mengetahui sifat kekuatan (indeks tarik, indeks sobek, indeks retak dan ketahanan lipat) dan sifat optik lembaran pulp (opasitas dan derajat putih) puar Amomum maximum Auct dan puar Amomum walang BL.Val dan menilai kelayakan sifat lembaran pulp puar A. maximum Auct dan A. walang BL.Val sebagai bahan baku pulp dan kertas berdasarkan spesifikasi pemasakan pulp dengan metode sulfat SNI 14-0698-1989. Penelitian ini terdiri dari dua tahap pengujian, yaitu pengujian sifat kekuatan dan pengujian sifat optik lembaran pulp masing-masing jenis puar. Pada uji sifat kekuatan lembaran pulp terdapat empat variabel, yaitu indeks tarik, indeks sobek, indeks retak dan ketahanan lipat masing-masing dengan dua kali ulangan. Pada uji sifat optik lembaran pulp terdapat dua variabel, yaitu derajat putih dan opasitas masing-masing juga dengan dua kali ulangan. Kedua tahap pengujian dilaksanakan di BBPK (Balai Besar pulp dan Kertas) Provinsi Jawa Barat, mulai bulan Juli sampai dengan September 2008. Hasil uji sifat kekuatan lembaran pulp puar Amomum maximum untuk indeks tarik berkisar antara 66,95 sampai dengan 68,23 Nm/g, indeks retak berkisar antara 3,70 sampai dengan 3,91 KPa m2/g, indeks sobek berkisar antara 8,23 sampai dengan 9,41 mNm2/g dan ketahanan lipat berkisar antara 136 sampai dengan 162 DF sedangkan sifat optiknya untuk derajat putih berkisar antara 19,1 sampai dengan 19,7 0GE dan opasitas berkisar antara 99,4 sampai dengan 99,5 %. Sifat kekuatan lembaran pulp puar Amomum walang untuk indeks tarik berkisar antara 74,93 sampai dengan 76,08 Nm/g , indeks retak berkisar antara 4,17 sampai dengan 4,26 Kpa m2/g, indeks sobek berkisar antara 7,84 sampai dengan 7,98 mNm2/g dan ketahanan lipat berkisar antara 152 sampai dengan 158 DF sedangkan sifat optiknya untuk derajat putih sebesar 30.5 0GE dan opasitas berkisar antara 96,2 sampai dengan 96,6 %. Berdasarkan spesifikasi pemasakan pulp dengan metode sulfat SNI 14-0698- 1989 puar A. maximum Auct dan puar A. walang BL.Val memenuhi nilai kelayakan panjang serat, derajat giling, indeks tarik, indeks sobek dan indeks retak tetapi derajat putih yang dihasilkan puar A.maximum dan A.walang pada penelitian ini belum layak

    Proceedings of the 3rd International Conference on Community Engagement and Education for Sustainable Development

    No full text
    This proceeding contains articles on the various ideas of the academic community presented at The 3rd International Conference on Community Engagement and Education for Sustainable Development (ICCEESD 2022) organized by the Universitas Gadjah Mada, Indonesia on 7th-8th December 2022.  ICCEESD is a biannual forum for sharing, benchmarking, and discussing HEI’s activities in developing Education for Sustainable Development towards community engagement. Education for Sustainability as a teaching strategy for resolving community challenges through formal, informal, or non-formal education is expected to benefit from various community service best practices by academics, researchers, and students. The 3rd ICCEESD has “Strengthening Education for Sustainability Towards Better Community Engagement” as its theme this year. It is expected that the 3rd ICCEESD will provide a forum for the presenters and participants to exchange best practices, policies, and conceptual implementation of Education for Sustainability towards better community engagement and explore ideas to address community needs.  Conference Title: 3rd International Conference on Community Engagement and Education for Sustainable DevelopmentConference Theme: Strengthening Education for Sustainability Towards Better Community EngagementConference Acronyms: ICCEESD 2022Conference Date: 7th-8th December 2022Conference Location: Grand Rohan Jogja Yogyakarta, IndonesiaConference Organizer: Universitas Gadjah Mada, Indonesi
    corecore