9 research outputs found

    ISOLASI, EFEKTIVITAS, DAN KARAKTERISASI BAKTERIOFAG LITIK Salmonella enterica SEBAGAI BIOKONTROL PENYAKIT GASTROENTERITIS

    Get PDF
    Salmonella enterica merupakan salah satu bakteri patogen penyebab gastroenteritis yang ditransmisikan melalui air dan makanan terkontaminasi yang sering terjadi pada negara berkembang. Beberapa strain Salmonella enterica multi-resisten terhadap berbagai antibiotika. Bakteriofag litik pada famili Siphoviridae dapat menjadi solusi alternatif dalam mengurangi kejadian gastroenteritis oleh Salmonella enterica. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi, mengetahui kemampuan bakteriofag litik Lytic Bacteriophage 1 (LB1) dalam melisis inangnya yaitu Salmonella enterica penyebab gastroenteritis, serta mengetahui karakterisasi bakteriofag litik LB 1 sebagai biokontrol penyakit gastroenteritis. Bakteriofag litik diisolasi dari pembuangan limbah domestik menggunakan teknik double layer plaque. Bakteriofag litik diidentifikasi berdasarkan morfologi plak, struktur litik, inang, aktivitas lisis sel bakteri Salmonella enterica, stabilitas dalam kondisi buffer yang berbeda dan karakterisasi protein. Bakteriofag litik LB1 hanya menginfeksi sel Salmonella enterica. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM), bakteriofag litik LB1 termasuk ke dalam famili Siphoviridae. Morfologi kepala hexagonal-icosahedral berdiameter 72.7 nm, dengan ekor non-kontraktil berdiameter 17.3 nm dan panjang 100 nm. Bakteriofag litik LB1 memiliki stabilitas terbaik dalam buffer Ringers suhu 4 oC yang ditunjukkan dengan penurunan plak sebesar 28% setelah 3 minggu penyimpanan. Hasil pengujian efektivitas menunjukkan bahwa bakteriofag litik LB1 dapat mengurangi populasi sel Salmonella sebanyak 67,12% setelah 8 jam inkubasi. Bakteriofag litik LB1 memiliki 8 protein yang berbeda dengan berat molekul yang beragam 11.4 kDa, 19.6 kDa, 23 kDa, 33 kDa, 58.3 kDa, 77 kDa, 94.5 kDa, 133 kDa. Studi ini menunjukkan bahwa bakteriofag litik LB1 yang diisolasi pembuangan limbah domestik dapat secara efektif mengurangi Salmonella enterica dengan cara melisis sel bakteri. Bakteriofag litik LB1 berpeluang dapat digunakan sebagai biokontrol penyakit gastroenteritis yang disebabkan oleh Salmonella enterica. Stabilitas terbaik bakteriofag litik LB1 pada penyimpanan dalam buffer Ringer di suhu dingin (4oC), memiliki karakterisasi famili Siphoviridae, dapat mengurangi Salmonella enterica sebanyak 67.12% setelah 8 jam inkubasi, dan memiliki berat molekul 11.4-133 kDa.     Salmonella enterica is one of pathogenic bacteria causing gastroenteritis transmitted by water and food contamination which commonly occur in developing country.  Some study reported that Salmonella serovar enterica strains were multi-resistant to various of antibiotics. Lytic bacteriophage in Siphoviridae family offered a good solution to reduce gastroenterytis disease caused by Salmonella enterica. This  reseach aim was to isolate, effectivity test of LB 1 and to characterize lytic bacteriophage as biocontrol of gastroenterytis. Methodology and results were LB1 lytic bacteriophage was isolated from domestic waste using double layer plaque technique, was determined by the plaque morphology, the structure, the host range, the activity to lyse bacterial host cells, the stability of phage on different buffer conditions, and the protein characterization. The results showed that LB1 only infects Salmonella enterica. Based on Electron Microscope Observation showed that LB1 is grouped into Siphoviridae. It has hexagonal-icosahedral head with 72.7 nm in diameter and long-non contractile tail with 100 nm in diameter. LB1 had a good storage stability in Ringers buffer at low temperature (40C), with viability of bacteriophage decreased by 28% after 3 weeks of storage. The effectiveness showed that LB1 could reduce Salmonella enterica by 67.12% after 8 hours of incubation. LB 1 has different proteins with molecular weights: 11.4 kDa, 19.6 kDa, 23 kDa, 33 kDa, 58.3 kDa, 77 kDa, 94.5 kDa, and 133 kDa. The conclusion was LB1 was isolated from sewage water were identified to reduces Salmonella enterica effectively with concentration of 8.2x108 CFU/mL. LB 1 can be used as a biocontrol of gastroenterytis caused by Salmonella enterica, LB 1 has the best stability in buffer ringers in cold temperatures (4oC) and proven as Siphoviridae family, reduced Salmonella enterica by 67.12% after 8 hours of incubation, and has protein molecule with molecular weight 11.4 to 133 kDa

    UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH

    Get PDF
    Escherichia coli merupakan bakteri flora normal intestinal yang paling sering menyebabkan ISK dan infeksi nosokomial. Resistensi E. coli terhadap berbagai antibiotik telah banyak dilaporkan, sehingga menimbulkan kesulitan dilakukannya terapi pada penderita ISK. Penelitian ini bertujuan untuk memengetahui sensitivitas E. coli pada urin pasien ISK terhadap beberapa antibiotik. Antibiotik yang digunakan adalah ciprofloxacin, gentamicin, ampicillin, dan cefixime. Sampel bakteri diperoleh dari hasil isolasi terhadap pasien penderita ISK dengan menggunakan media selektif ENDo Agar, E. coli yang tumbuh kemudian dilakukan uji sensitivitas dengan metode difusi pada media Mueller Hinton Agar pada suhu 37 0C selama 24 jam untuk diamati dan diukur zona hambat yang terbentuk. Penelitian ini merupakan deskriptif laboratorik dengan rancangan acak lengkap (RAL), data dianalisis menggunakan uji kruskal-wallis dan dilanjutkan dengan post hoc. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian ISK terbanyak pada perempuan yaitu 60%, sedangkan laki-laki sebesar 40%. E. coli yang diujikan diperoleh hasil bahwa antibiotik yang sensitif terhadap E. coli adalah gentamicin sebesar 100%, dan ciprofloxacin sebesar 60%. Sedangkan pada antibiotik ampicillin dan cefixime bersifat resisten. Uji sensitivitas antibiotik membuktikan bahwa uji ini tidak hanya digunakan untuk mengatasi fenomena resistensi bakteri terhadap antibiotik, tetapi juga dapat sebagai tambahan informasi dalam mengevaluasi hasil dari pengobatan

    POLA KEPEKAAN Escherichia coli PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH TERHADAP ANTIBIOTIK

    Get PDF
    Escherichia coli merupakan bakteri flora normal intestinal yang paling sering menyebabkan Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan infeksi nosokomial. Resistensi E. coli terhadap berbagai antibiotik telah banyak ditemukan, sehingga menimbulkan kesulitan dilakukannya terapi pada penderita ISK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas bakteri E. coli penyebab ISK terhadap beberapa antibiotik. Antibiotik yang digunakan adalah ciprofloxacin, gentamicin, ampicillin, dan cefixime. Sampel bakteri E. coli diperoleh dari hasil isolasi terhadap pasien penderita ISK dengan menggunakan media selektif ENDo Agar, E. coli yang tumbuh kemudian dilakukan uji sensitivitas dengan metode disc diffusion pada media Mueller Hinton Agar pada suhu 37 0C selama 24 jam untuk diamati dan diukur zona hambat yang terbentuk. Penelitian ini merupakan deskriptif laboratorik dengan rancangan acak lengkap (RAL), data dianalisis menggunakan uji kruskal-wallis dan dilanjutkan dengan post hoc. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian ISK terbanyak pada perempuan yaitu 60%, sedangkan laki-laki sebesar 40%. E. coli yang diujikan diperoleh hasil bahwa antibiotik yang sensitif terhadap E. coli adalah gentamicin sebesar 100%, dan ciprofloxacin sebesar 60%. Sedangkan pada antibiotik ampicillin dan cefixime bersifat resisten. Uji sensitivitas antibiotik membuktikan bahwa uji ini tidak hanya digunakan untuk mengatasi fenomena resistensi bakteri terhadap antibiotik, tetapi juga dapat sebagai tambahan informasi dalam mengevaluasi hasil dari pengobatan

    PENGARUH TEKANAN OSMOTIK PH, DAN SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI

    Get PDF
    Latar belakang : Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan keberadaan mikroorganisme dalam urin apabila jumlah bakteri signifikan pada mistream urine yaitu >105 CFU/mL. ISK banyak disebabkan oleh bakteri Escherichia coli sebesar 19% dan sangat penting untuk mengetahui pertumbuhan bakteri E. coli berdasarkan tekanan osmotik, pH, dan suhu pertumbuhan. Tujuan : untuk mengetahui pertumbuhan optimal bakteri E. coli berdasarkan pengaruh tekanan osmotik, pH, dan suhu dalam pertumbuhannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimental Laboratorik dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel yang digunakan berupa bakteri E. coli. Metode Penelitian : Untuk melihat pengaruh tekanan osmotik, bakteri E. coli ditumbuhkan pada media Nutrien Broth (NB) yang diberi variasi konsentrasi NaCl masing-masing sebesar 0%, 0.5%, 0.8%, dan 1.5%. Untuk uji pengaruh pH, bakteri E. coli masing-masing ditumbuhkan pada media NB pada pH sebesar 3, 5, 7, dan 9. Untuk melihat suhu pertumbuhan optimal, masing-masing bakteri E.coli ditumbuhkan pada media NB dan diinkubasi pada suhu 10 0C, 27 0C, 37 0C, dan 50 0C. Untuk mengukur tingkat pertumbuhanE. colipada masing-masing perlakuan, dilakukan dengan menghitung tingkat kekeruhan pada media pertumbuhan menggunakan spektrofotometer dengan λ640 nm. Hasil penelitian : Terdapat perbedaan nilai tekanan osmotik, pH, dan suhu terhadap pertumbuhan bakteri E. coli berdasarkan nilai absorbansi pada pada masing-masing setiap perlakuan. Berdasarkan pengaruh tekanan osmotik,bakteri E. colimemiliki pertumbuhan optimal pada tekanan osmotik sebesar 0.5% dengan nilai absorbansi sebesar 0.486 nm. Pada perlakuan perbedaan pH, E. coli paling optimal ditumbuhkan pada pH 7 dengan nilai absorbansi sebesar 0.42 nm. Sedangkan pada perlakuan perbedaan suhu, pertumbuhan E. coli paling optimal ditumbuhkan pada suhu 37 0C dengan nilai absorbansi sebesar 0.227 nm.Nilai absorbansi mengindikasikan tingkat kekeruhan media terhadap pertumbuhan E. coli. Semakin tinggi nilai absorbansi berarti semakin keruh media pertumbuhan yang berarti semakin banyak pertumbuhan bakteri dalam media tersebut

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN PENGOBATAN PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018

    Get PDF
    Penemuan kasus baru TB BTA (+), seluruh kasus TB, dan Case Notification Rate (CNR) per 100.000 penduduk di Provinsi Lampung pada tahun 2017 sebesar 4.195 kasus terdiri dari 2.587 kasus pada laki-laki dan 1.608 kasus pada perempuan, dan CNR seluruh kasus TB sebesar 51%. Hasil survei di wilayah Puskesmas Kota Bandar Lampung ditemukan peningkatan kasus TB paru pada tahun 2015,2016,2017, dan 2018 dengan hasil masing–masing 125,138,142, dan 157 kasus yang terdiagnosa TB paru. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pengobatan pasien TB paru di Puskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2018. Jenis penelitian kuantitatif, rancangan survey analitik dengan pendekatan case control. Populasi seluruh pasien TB parugagal pengobatan sebanyak 63 pasien dengan teknik total sampling. Pengambilan data menggunakan lembar kuesioner. Teknik analisis data menggunakan uji statistik Chi Square. Ada hubungan merokok dengan kegagalan pengobatan pasien TB paru ( p-value 0,000 <α 0,05). OR: 4,180. Ada hubungan perilaku pencegahan dengan kegagalan pengobatan pasien TB paru ( p-value 0,000 < α 0,05).OR: 4,267. Ada hubungan pengawas minum obat dengan kegagalan pengobatan pasien TB paru ( p-value 0,011 < α 0,05). OR: 2,750. Ada hubungan lingkungan dengan kegagalan pengobatan pasien TB paru, diperoleh ( p-value 0,004 <α 0,05). OR: 3,088. Ada hubungan merokok, perilaku pencegahan, pengawas minum obat dan lingkungan dengan kegagalan pengobatan TB paru

    ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI DARI TOMBOL LIFT

    No full text
    ISOLATION AND IDENTIFICATION OF BACTERIA IN KEYS OF LIFTLift is a set of tools that are used to transport people or goods vertically by using a set of mechanical devices either with automatic or manual tool. Especially finger can be a mediator to transfer bacteria. Aims of this study was to isolate and identify of bacteria in keys of lift. This study was laboratory experiment. Bacteria isolated from keys of lift. It uses swab technique and incubated overnight at 37 oC. Identification of bacteria were tested to several media i.e Blood Agar, Triple Sugar Iron Agar, Salmonella Shigella Agar, and Endo Agar. The bacteria showed that A1 and A2 circular milk colonies, flats, rod shaped cells, gram negatives, β-hemolysis, glucose, lactose and sucrose unfermented, A3; circular milk colony, convex, Cocci in pairs, chains,gram positive, β-hemolysis, lactose and sucrose unfermented. A4; circular milk colony, convex, cocci in grapelike clusters, gram positive, γ- hemolysis, lactose and sucrose fermented. The results were obtained positive and negative gram bacteria there were assumed Pseudomonas (A1 and A2), Streptococcus (A3)and Staphylococcus(A4). Keywords:   bacterial isolation, bacterial identification, gram staining. Lift merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang secara vertikal dengan menggunakan seperangkat alat mekanik baik disertai alat otomatis ataupun manual. Tangan khususnya jari merupakan media transfer beragam mikroorganisme.Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jenis bakteri pada tombol Lift sebagai alat transportasi vertical.Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium, isolasi bakteridilakukan menggunakan teknik swab pada tombol Lift yang diinkubasi dalam media Nutrient Broth (NB) selama 24 jam pada suhu 37 oC. kemudian dilakukan identifikasi menggunakan media Lempeng Agar Darah (LAD), Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Salmonella Shigella Agar (SSA) dan Endo Agar, selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram.Diperoleh hasil 4 isolat bakteri dengan ciri-ciri: A1 dan A2 koloni bulat berwarna putih susu,elevasi rata, sel berbentuk batang, gram negatif, bersifat β-hemolisis, tidak terjadi proses fermentasi dari laktosa, sukrosa  dan  glukosa.  A3; koloni tidak beraturan berwarna putih susu, elevasi cembung, kokus berantai, gram positif, β hemolisis, hanya terjadi proses fermentasi glukosa, pengecatan gram positif kokus berderet. A4;koloni bulat berwarna putih susu, γ hemolisis, terjadi proses fermentasi dari laktosa atau sukrosa pada lereng dan glukosa pada dasar tabung, pengecatan gram positif kokus bergerombol. Hasil identifikasididapatkan  bakteri  Gram  negatif  seperti bakteri Pseudomonas sedangkan Gram positif  yaitu bakteriStreptococcus dan Staphylococcus, pada tombol Lift. Kata kunci:    Isolasi bakteri, identifikasi bakteri, pengecatan gra

    hubungan paritas dan usia

    No full text
    TRANSOVARIAL TRANSMISSION OF DENV IN AEDES AEGYPTI Background: Transovarial transmission of dengue virus in Aedes aegypti mosquitoes is a vertical transmission of dengue virus infection in female Ae. aegypti mosquitoes to the offspring. The phenomenon of transovarial dengue virus transmission in Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) vectors has been proven by laboratory and nature, which indicates the transovarial transmission of dengue virus has an important role in maintaining the dengue epidemic. DHF vector control especially Ae. aegypti mosquitoes is an effective method of stopping transmission and expansion of dengue cases.Purpose: This scientific article aims to understand the spread of dengue virus transovarially in dengue mosquito vectors, and its relation to the prediction of outbreak dengue cases as information on DHF vector surveillance so that it can make the appropriate control program.Methods: Collecting several scientific articles to obtain information on the studies that have been done and summarizing the results of the study.Results: Several result of study are proving that transovarial transmission of dengue virus in Aedes spp. mosquitoes  can predict dengue outbreaks case by monitoring the stadium immature Aedes sp., but it need further comprehension statistically about occurrence of dengue outbreaks and the increasing of dengue virus infections in immature stadium of mosquitoes.Discussion: Transovarial transmission rates from Ae. aegypti mosquito sample obtained from nature may be lower than in the laboratory, because laboratory condition can be controlled in accordande with the development of viruses in mosquito bodies. The dengue virus is proven to be able to spread between stages from eggs, larvae, pupae to imago and Ae. aegypti mosquitoes can act as reservoirs for  dengue virus until the 7th progeni.Conclusion: Dispersion dengue virus through transovarial in Ae. aegypti mosquito playing important role in viruses maintained in nature during absence of viremic vertebrata host or when the climate condition are not favorable for that viruses. Continuous monitoring of Ae. aegypti mosquitoes population vector related the early detection of virus circulation may contribute to the prediction models for dengue outbreaks, so that DHF control can be more effective.Pendahuluan: Penularan virus dengue secara transovarial pada nyamuk Aedes aegypti adalah transmisi secara vertikal dari nyamuk Ae. aegypti betina yang infektif virus dengue kepada keturunannya. Fenomena penularan transovarial virus dengue pada vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) telah banyak dibuktikan skala laboratorium dan secara natural di alam, yang mengindikasikan penularan transovarial virus dengue memiliki peranan penting dalam mempertahankan epidemik DBD. Pengendalian vektor DBD khususnya nyamuk Ae. aegypti merupakan salah satu metode efektif dalam menghentikan penularan dan perluasan kasus DBD.Tujuan: Studi ini untuk memahami penyebaran virus dengue secara transovarial  pada vektor nyamuk DBD, serta kaitannya  terhadap prediksi kasus luar biasa (KLB) DBD sebagai informasi surveilans vektor DBD sehingga dapat membuat program pengendalian yang tepat.Metode: Dengan mengumpulkan beberapa artikel ilmiah untuk mendapatkan informasi studi yang telah dilakukan sebelumnya dan membuat ringkasan dari hasil studi tersebut.Hasil: Beberapa studi membuktikan penelitian transovarial virus dengue pada nyamuk Aedes spp. dapat memprediksi kasus KLB DBD dengan cara memonitoring stadium immature Aedes sp., namun perlu dilakukan studi statistik lebih lanjut untuk membuktikan hubungan terjadinya KLB DBD dan meningkatnya infeksi virus dengue pada stadium immature nyamuk.Pembahasan: Angka infeksi penularan transovarial virus dengue dari sampel nyamuk Ae. aegypti yang didapatkan langsung dari alam lebih rendah dari skala laboratorium, dikarenakan kondisi laboratorium dapat dikendalikan sesuai dengan perkembangan virus ditubuh nyamuk. Virus dengue terbukti dapat menyebar antar stadium dari telur, larva, pupa, sampai imago dan nyamuk Ae. aegypti dapat menjadi reservoir virus dengue sampai progeni ke 7.Kesimpulan: Penyebaran virus dengue secara transovarial pada nyamuk Ae. aegypti berperan penting dalam mempertahankan keberadaan virus di alam khususnya dimana tidak ada hospes vertebrata yang viremik atau ketika  keadaan (kondisi iklim) yang tidak menguntungkan virus tersebut di alam. Pemantauan berkelanjutan pada vektor demam berdarah nyamuk Ae. aegypti terkait deteksi dini sirkulasi virus dengue dapat berkontribusi pada pengembangan model prediksi KLB DBD, sehingga pengendalian DBD dapat lebih efektif.hbfgxcuybcyqqnxgc xffhwsvdttrycqwedq

    Current World Literature

    No full text
    corecore