184 research outputs found

    SINTESIS DAN KARAKTERISASI FILM SELULOSA-PEG (Polyethylene Glycol) 400 DENGAN PENAMBAHAN MINYAK ADAS SEBAGAI PENGEMAS BUAH DAN SAYUR

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui karakteristik film selulosa terbaik dengan penambahan PEG 400 dan minyak adas berdasarkan karakterisasi menggunakan uji mekanik, foto permukaan, dan uji ketahanan air, 2) mengetahui hasil efektivitas film selulosa terbaik dengan penambahan PEG 400 dan minyak adas terhadap daya simpan cabai. Pembuatan film selulosa menggunaan 2 metode yaitu metode casting dan metode coating. Pembuatan film selulosa-PEG 400 dengan metode casting menggunakan pelarut HCl 5% dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 50 selama 5 jam. Sedangkan metode coating digunakan untuk membuat film selulosa-PEG 400, film selulosa-minyak adas, dan film selulosa PEG 400-minyak adas dengan berbagai variasi minyak adas dan PEG 400. Variasi minyak dan pemlastis yang digunakan yaitu 3:1, 5:1, 7:1, 10:1, dan 15:1 . Pada metode coating, pengeringan film dilakukan dengan cara diangin-anginkan. Film selulosa-PEG 400 metode casting memliki tekstur rapuh, kasar, tidak transparan, berwarna coklat. Sedangkan film selulosa yang dibuat dengan metode coating berbentuk lembaran transparan berwarna putih kecoklatan. Hasil uji sifat mekanik dan ketahanan air menunjukkan film selulosa terbaik yaitu film selulosa PEG 400-minyak adas pada komposisi 7:1. Film selulosa ini memiliki nilai persen perpanjangan saat putus 13,9351% , kuat tarik 25,2311 Mpa, modulus young 181,061 Mpa, dan nilai ketahanan air sebesar 27,45%. Hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa film selulosa PEG 400-minyak adas 7:1 mampu memperpanjang umur simpan cabai. Cabai yang dikemas selama 38 hari memiliki perubahan fisik yaitu tekstur kusut dan agak kering, warna cabai merah, tidak tumbuh jamur, dan tidak busuk

    BAHASA JAWA DALAM SLOGAN-SLOGAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013

    Get PDF
    Bahasa Jawa dimanfaatkan oleh calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah periode 2013—2018 dalam slogan pada baliho-baliho yang dipajang di sepanjang jalan di Kota Semarang. Bahasa Jawa sengaja dimanfaatkan untuk menarik simpati warga. Penelitian sosiolinguistik ini menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif yang bertujuan mengetahui alasan, bentuk dan masalah sosial yang melatarbelakangi penggunaan slogan-slogan tersebut. Hasil analisi menunjukkan bahwa slogan berbahasa Jawa dipilih sebagai respon dari upaya pemertahanan bahasa Jawa sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun. Tingkat tutur dimanfaatkan untuk memilih sasaran mitra tuturnya. Selain itu slogan-slogan yang dipilih merupakan reaksi atau sikap dari fenomena yang sedang menjadi sorotan masyarakat

    WANGSALAN DENGAN UNSUR TUMBUHAN

    Get PDF
    ABSTRACTJavanese society is an agrarian society. In life they are very close to plants. One of the proofs of the Javanese culture that uses plants or parts of plants as the constituent elements is wangsalan. The research data was taken from the report on the collection of “Wangsalan in Javanese†(Utami, et al, 2016) and some wangsalan used on social media. Data analysis was performed using heuristic and hermeneutic reading techniques. After the data was analyzed, it was then presented with an informal method. This research describes the plants and plant elements present in wangsalan and the sound patterns of the answers or batangan of wangsalan with these plant elements. From the data analysis, it was found that the formers of wangsalan used plant elements with the mention of plants in general, namely the words wit-witan and wreksa. The names of plants used in wangsalan, namely aren, asem, gori, baligo, bayem, cubung, duren, ganyong, garut, gembili, jae, jagung, jalidrigung, jambu, jeram, jirak, kacang, kalapa and klapa, kawis, kelor, kemangi, kenthang, kluwih, kopi, krai, lombok, mlinjo, mrica, pakel, pandhan, pantun and pari, pring, pucang, pace, rotan, rumput, suruh, tanjung, tebu, terong, and uwi. The names of the parts of the plants used in wangsalan, namely babal, pentil gori, carang, kayu, godhong, rondhon, janur, sada, macung, puspa, puspita, sekar, and taru. The sound similarities between the questions and the answers or batangan in the wangsalan are the similarity of the last sound, the similarity of one or several sounds, the similarity of the front sound, the similarity of the middle sound, and the similarity of the whole sound (homonymy and polisemic relationship).Â

    WANGSALAN DENGAN UNSUR TUMBUHAN

    Get PDF
    ABSTRACTJavanese society is an agrarian society. In life they are very close to plants. One of the proofs of the Javanese culture that uses plants or parts of plants as the constituent elements is wangsalan. The research data was taken from the report on the collection of “Wangsalan in Javanese” (Utami, et al, 2016) and some wangsalan used on social media. Data analysis was performed using heuristic and hermeneutic reading techniques. After the data was analyzed, it was then presented with an informal method. This research describes the plants and plant elements present in wangsalan and the sound patterns of the answers or batangan of wangsalan with these plant elements. From the data analysis, it was found that the formers of wangsalan used plant elements with the mention of plants in general, namely the words wit-witan and wreksa. The names of plants used in wangsalan, namely aren, asem, gori, baligo, bayem, cubung, duren, ganyong, garut, gembili, jae, jagung, jalidrigung, jambu, jeram, jirak, kacang, kalapa and klapa, kawis, kelor, kemangi, kenthang, kluwih, kopi, krai, lombok, mlinjo, mrica, pakel, pandhan, pantun and pari, pring, pucang, pace, rotan, rumput, suruh, tanjung, tebu, terong, and uwi. The names of the parts of the plants used in wangsalan, namely babal, pentil gori, carang, kayu, godhong, rondhon, janur, sada, macung, puspa, puspita, sekar, and taru. The sound similarities between the questions and the answers or batangan in the wangsalan are the similarity of the last sound, the similarity of one or several sounds, the similarity of the front sound, the similarity of the middle sound, and the similarity of the whole sound (homonymy and polisemic relationship).

    Analisis Kesulitan Siswa Ditinjau dari Adversity Quotient dalam Menyelesaikan Soal Limit Berdasarkan Teori Polya

    Get PDF
    Adversity Quotient (AQ) merupakan salah satu faktor yang dimiliki siswa dalam menanggapi berbagai kesulitan. AQ merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengatasi kesulitan dan bertahan hidup. Siswa memiliki ketahanan dalam menghadapi kesulitan yang berbeda, ada yang pantang menyerah, berusaha dan ada yang mudah menyerah. Oleh karena itu, tujuan peneltian adalah untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dengan kategori AQ tinggi, AQ sedang, dan AQ rendah dalam menyelesaikan soal limit berdasarkan teori Polya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Subjek penelitianya yaitu siswa SMA Negeri 4 Pekalongan kelas XI. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa angket Adversity Quotient, tes tertulis dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan kategori AQ tinggi dalam menyelesaikan soal mengalami kesulitan dalam memeriksa kembali. Siswa dengan kategori AQ sedang dalam menyelesaikan soal mengalami kesulitan merencanakan strategi penyelesaian, kesulitan menyelesaikan masalah sesuai rencana dan kesulitan memeriksa kembali dari masalah. Sedangkan siswa dengan kategori AQ rendah dalam menyelesaikan soal mengalami kesulitan mengidentifikasi hal-hal yang diketahui, kesulitan merencanakan langkah penyelesaian, kesulitan menuliskan langkah penyelesaian dan kesulitan memeriksa kembali dari masalah. &nbsp

    Analisis Kesulitan Siswa Ditinjau dari Adversity Quotient dalam Menyelesaikan Soal Limit Berdasarkan Teori Polya

    Get PDF
    Adversity Quotient (AQ) merupakan salah satu faktor yang dimiliki siswa dalam menanggapi berbagai kesulitan. AQ merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengatasi kesulitan dan bertahan hidup. Siswa memiliki ketahanan dalam menghadapi kesulitan yang berbeda, ada yang pantang menyerah, berusaha dan ada yang mudah menyerah. Oleh karena itu, tujuan peneltian adalah untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dengan kategori AQ tinggi, AQ sedang, dan AQ rendah dalam menyelesaikan soal limit berdasarkan teori Polya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Subjek penelitianya yaitu siswa SMA Negeri 4 Pekalongan kelas XI. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa angket Adversity Quotient, tes tertulis dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan kategori AQ tinggi dalam menyelesaikan soal mengalami kesulitan dalam memeriksa kembali. Siswa dengan kategori AQ sedang dalam menyelesaikan soal mengalami kesulitan merencanakan strategi penyelesaian, kesulitan menyelesaikan masalah sesuai rencana dan kesulitan memeriksa kembali dari masalah. Sedangkan siswa dengan kategori AQ rendah dalam menyelesaikan soal mengalami kesulitan mengidentifikasi hal-hal yang diketahui, kesulitan merencanakan langkah penyelesaian, kesulitan menuliskan langkah penyelesaian dan kesulitan memeriksa kembali dari masalah. &nbsp

    PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN BUAH KARIKA SEBAGAI PENUNJANG EKONOMI MASYARAKAT TENGGERTOSARI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Abstrak: Buah Karika memiliki persebaran habitat yang sempit, hanya mampu tumbuh di daerah pegunungan dengan suhu rendah. Buah ini mampu tumbuh dengan baik di Tengger, sehingga sangat sesuai untuk dibudidayakan di Tosari. Keinginan warga untuk bisa mengolah Karika menjadi produk olahan pangan bernilai ekonomi sangat tinggi, dengan tujuan untuk meningkatkan value added. Salah satunya adalah Komunitas Baladaun Mertasari yaitu kelompok masyarakat yang melakukan pengolahan buah karikadan merupakan mitra dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini. Baladaun biasanya mengolah buah karika menjadi manisan karika dalam sirup. Banyak kendala yang dihadapi Baladaun dalam mengolah karika, yaitu, dalam proses produksi, ijin produksi, pemasaran, pendidikan, lingkungan, pertanian, dan sosial. PKM ini dilakukan dalam rangka pengembangan produk olahan buah karika baik berupa olahan pangan maupun non pangan. Tujuan dari PKM ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam melakukan diversifikasi produk olahan buah karika, sehingga jenis produk olahan mitra semakin bertambah dan kualitasnya menjadi lebih baik. Metode yang digunakan meliputi observasi, Forum Group Discussion (FGD), Pelatihan, Seminar, Workshop, dan Pendampingan. Produk olahan berupa sirup, selai, permen jelly, dodol buah, dan sabun karika. Untuk menunjang keberlanjutan poduk, dalam kegiatan PKM ini ditunjang dengan kegiatan seminar bertema keamanan pangan, workshop pemasaran online, dan pendampingan pengurusan ijin produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Pelaksanaan pengabdian menggunakan pendekatan partisipasi kelompok. Hasil PKM yang telah dilaksanakan berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kualitas produk mitra yang diukur berdasarkan pengisian kuisioner oleh mitra, serta peningkatan jenis produk yang tadinya hanya satu produk menjadi 6 produk. Abstract: Karika fruit has a narrow distribution habitat, only able to grow in mountainous areas with low temperatures. This fruit is able to grow well in Tengger, so it is very suitable for cultivation in Tosari. Citizens are able to process Karika into processed food products with very high economic value, with the aim of increasing added value. One of them is the Baladaun Mertasari Community, a community group that processes karika fruit, and is a partner in this Community Partnership Program Baladauns usually process karika fruit into karika sweets in syrup. Many ngehap related to Baladaun in cultivating karika, namely in the production process, production permits, marketing, education, environment, agriculture, and social. This PKM is carried out in the context of developing karika fruit processed products in the form of processed food and non-food products. The purpose of this PKM is to increase the knowledge and skills of partners in diversifying karika fruit processed products, so that the types of processed products of partners are increasing and the quality is better. The methods used include observation, FGD, training, seminars, workshops, and mentoring. Processed products are syrup, jam, jelly candy, fruit lunkhead, and karika soap. To support the sustainability of products, this PKM activity is supported by seminars on the theme of food safety, online marketing workshops, and assistance in obtaining a Home Industry Food production permit (PIRT). The implementation of the service uses a group participation approach. The results of the PKM that have been implemented are in the form of increased knowledge, skills and product quality as measured by filling out questionnaires by partners, as well as increasing types of products from only one product to 6 products

    Safety Training as a Predictor of Seafarers Performance

    Get PDF
    A good performance of seafarers is expected by any shipping company because it will bring benefits to the company itself. In order to get this performance, seafarers as one of the important assets must be managed properly by the company. One of them is the participation of seafarers to attend training for mutual safety. The purpose of this study was to analyse the effect of training on seafarers' performance. The sample in this study amounted to 100 seafarers who happened to be attending education in educational institution, which were selected using incidental sampling techniques. Research uses a training scale and a performance scale to measure seafarers' perceptions of training that has been conducted and performance as a result. Data were analysed using a simple regression test. Regression test results show that training has a positive and significant role on the performance of seafarers. 

    Imperative Speech in The Collection of Stories of Kritikus Adinan By Budi Darma: A Pragmatic Study

    Get PDF
    This research aimed to obtain the information about the imperative speech in a collection of stories of Kritikus Adinan by Budi Darma. This study was conducted in April to July 2019. The focus of this research was the speech that seen from the construction of speech and the imperative pragmatic meaning in the collection of stories entitled Kritikus Adinan that written by Budi Darma. The method used in this study is a qualitative descriptive method. The instruments used are data analysis tables consisting of context, speech, construction speech, pragmatic meaning imperatives, and analysis. The results obtained from 238 analysis of speech data, there are 81.93% (195) speech that has imperative pragmatic meanings which consist of (1) imperative pragmatic meanings of command, (2) imperative pragmatic meanings of the orders, (3) imperative pragmatic meanings of the request, (4) imperative pragmatic meanings of petition, (6) imperative pragmatic meanings of the urge, (5) imperative pragmatic meanings of persuation, (7) imperative pragmatic meanings of exhortation, (8) imperative pragmatic meanings of the cross, (9) imperative pragmatic meanings of invitation, (10) imperative pragmatic meanings of request for permission, (11) imperative pragmatic meanings of permit, (12) imperative pragmatic meanings of prohibition, (13) imperative pragmatic meanings of hope, (14) imperative pragmatic meanings of the swearing, (15) imperative pragmatic meanings the provision of congratulations, (16) imperative pragmatic meanings of the suggestion, (17) imperative pragmatic meanings of ngelulu. The frequency of occurrence of speech with the pragmatic significance of the greatest imperative is the speech which has the pragmatic meaning of the command and the orders are 13.3% (26). The frequency of occurrence of speech with the pragmatic meaning of the smallest imperatives is the speech which has the pragmatic meaning imperatives of the greeting of the congratulation is 0.5% (1). The results of this study can be implied in teaching Bahasa Indonesia for students through the use of the imperatives in KD 3.19 which demands the students to analyze the content and the linguistic of drama script that read or watched and KD 4.19 that demands the students to demonstrate a drama script by observing its contents and its specifications in the XI grade of senior high school.   Keywords: pragmatic, imperative speech, collection of stories     Abstrak   Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang ujaran imperatif dalam kumpulan cerita Kritikus Adinan karangan Budi Darma. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga bulan Juli 2019. Fokus penelitian ini adalah ujaran yang dilihat dari konstruksi ujaran dan makna pragmatik imperatifnya pada kumpulan cerita Kritikus Adinan karangan Budi Darma. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan berupa tabel analisis data yang terdiri atas konteks, ujaran, konstruksi ujaran, makna pragmatik imperatif, dan analisis. Hasil yang diperoleh dari 238 data ujaran hasil analisis, terdapat 81,93% (195) ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif. Dari 195 ujaran, 61% (119) ujaran diwujudkan dalam konstruksi imperatif, 25,1% (49) ujaran diwujudkan dalam konstruksi deklaratif, dan 13,84% (27) ujaran diwujudkan dalam konstruksi interogatif.  Dari 195 ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif, terdapat ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif yang terdiri atas (1) makna pragmatik imperatif perintah, (2) makna pragmatik imperatif suruhan, (3) makna pragmatik imperatif permintaan, (4) makna pragmatik imperatif permohonan, (5) makna pragmatik imperatif desakan, (6) makna pragmatik imperatif bujukan, (7) makna pragmatik imperatif imbauan, (8) makna pragmatik imperatif persilaan, (9) makna pragmatik imperatif ajakan, (10) makna pragmatik imperatif permintaan izin, (11) makna pragmatik imperatif mengizinkan, (12) pragmatik imperatif larangan, (13) makna pragmatik imperatif harapan, (14) makna pragmatik imperatif umpatan, (15) makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat, (16) makna pragmatik imperatif anjuran, dan (17) pragmatik imperatif ngelulu. Frekuensi kemunculan ujaran dengan makna pragmatik imperatif terbesar ialah ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif perintah dan suruhan yaitu 13,3% (26). Frekuensi kemunculan ujaran dengan makna pragmatik imperatif terkecil ialah ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat yaitu 0,5% (1). Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa melalui penggunaan ujaran imperatif dalam KD 3.19 yang meminta siswa untuk menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton dan KD 4.19 yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi dan kebahasaannya di kelas XI SMA/MA.   Kata Kunci: pragmatik, ujaran imperatif, kumpulan cerit
    • …
    corecore