30 research outputs found
PERKEMBANGAN SANGGAR TARI DELTA TRIVIKRAMA DI SIDOARJO TAHUN
Sanggar tari Delta Trivikrama merupakan sanggar tari tertua di Sidoarjo. Sanggar tari ini didirikan pada tahun1979. Beberapa bulan di awal berdirinya, sanggar tari Delta Trivikrama dapat berkembang dengan pesat. Hal yangmenarik untuk diteliti dari sanggar tari ini yaitu (1) Mengapa didirikan sanggar tari Delta Trivikrama di Sidoarjo?; (2)Bagaimana perkembangan sanggar tari Delta Trivikrama di Sidoarjo tahun 1984-1995? Adapun hasil dari penelitian iniyaitu sanggar tari Delta Trivikrama di Sidoarjo awalnya merupakan kelompok tari yang didirikan dengan tujuan untukmenghidupkan aktivitas seni tari di Sidoarjo. Sanggar tari Delta Trivikrama diresmikan pada tanggal 10 Juni 1979 di JalanKombespol M. Doeryat 37 Sidoarjo. Pada periode tahun 1979-1984, sanggar tari Delta Trivikrama mengalamiperkembangan dalam aspek tempat latihan dan cabang, jumlah siswa, pementasan, karya tari, dan prestasi. Pada periodetahun 1985-1995, sanggar tari Delta Trivikrama mengalami perkembangan dalam aspek pementasan, dan prestasi . Selainitu, dalam periode ini terjadi penurunan dalam aspek jumlah siswa, dan karya tari yang diciptakan. Hal ini disebabkankarena munculnya modern dance yang mengakibatkan minat siswa terhadap seni tradisional menurun. Penurunan ini jugadisebabkan oleh rendahnya apresiasi orang tua siswa terhadap seni tari sehingga mengakibatkan menurunnya jumlahsiswa sanggar tari Delta Trivikrama.Kata Kunci: Sanggar tari, Delta Trivikrama, Sidoarj
ANCAMAN PIDANA MATI TERHADAP KEJAHATAN NARKOTIKA DITINJAU DARI PRESPEKTIF HAK ASASI MANUSIA
Indonesia adalah negara hukum modern dan mengakui perlindungan hak
asasi setiap warga negara. Penerapan pidana mati dilihat dari prespektif hak asasi
manusia terhadap tindak pidana narkotika tidak dapat dibenarkan karena setiap
orang berhak untuk hidup dan hidup karena hak asasi manusia merupakan
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
mahkluk Tuhan dan merupakan anugerah-Nya yang harus dihormati, dijunjung
tinggi dan negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan dan
perlindungan harkat dan martabat manusia serta tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun dan oleh siapapun
PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA SMK NEGERI 1 GENDING KABUPATEN PROBOLINGGO
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak, serta membentuk peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan. untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Dalam proses belajar siswa, tiga inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Bahkan spiritualitas juga sangat di butuhkan dan mendukung. Keseimbangan antara IQ, EQ, dan SQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Prestasi belajar yang baik dan memuaskan diperlukan adanya partisipasi dari berbagai pihak dan tidak hanya bergantung pada guru dan tingkat kecerdasan inteligensi siswa itu sendiri, akan tetapi juga dipengaruhi oleh motivasi belajar yang tinggi yang muncul dari dalam diri peserta didik
PENGARUH KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK DAN TINGKAT PEMAHAMAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK (Studi Empiris Pemilik Kos Yang Terdaftar di Badan Pengelolaan Pajak Daerah Kota Palembang)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kemauan Membayar Pajak dan Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak (Studi Empiris Pemilik Kos Yang Terdaftar di Badan Pengelolaan Pajak Daerah Kota Palembang). Responden pada penelitian pemilik rumah kos yang memiliki jumlah kamar di atas 10 yang terdaftar di Badan Pengelolaan Pajak Daerah (BPPD) Kota Palembang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus slovin, dengan jumlah sampel sebanyak 152 wajib pajak. jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan teknik analisis menggunakan pengujian SPSS 23. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kemauan membayar pajak (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak. Sedangkan Tingkat pemahaman wajib pajak (X2) berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak rumah kos. Berdasarkan hasil penelitian di atas, kemauan membayar pajak dan tingkat pemahaman wajib pajak mempunyai nilai yang signifikan 0,079 dan 0,000, yang artinya nilai ini lebih kecil dari 0,05 dengan t hitung sebesar 1,771 dan 4,948 dibandingkan dengan t tabel 1,97601 yang berarti t hitung > t tabel, berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemauan membayar pajak (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak (Y) karena nilai siginifikan lebih besar dari 0,05 sehingga t hitung t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dan religiusitas dengan kesiapan menikah pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.Sampel pada penelitian ini berjumlah 60 mahasiswa angkatan 2015.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Teknik pengambilan sampelmenggunakan teknik cluster random sampling. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu skala kesiapan menikah, skala kematangan emosi dan skala religiusitas.Skala kesiapan menikah memiliki 23 aitem dengan koefisien reliabilitas sebesar0,864.Skala kematangan emosi memiliki 35 aitem dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,911.Skala religiusitas memiliki 32 aitem dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,916.Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi dua prediktor dan korelasiparsial. Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara kematangan emosi dan religiusitas dengan kesiapan menikah pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unissula dengan korelasi R = 0,713 Fhitung = 29,404 dan taraf signifikansi p = 0,000(<0,01), sehingga hipotesis diterima. Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan kesiapan menikah dengan korelasi rx1y = 0,295 dengan taraf signifikansi p = 0,023 (p<0,05), sehingga hipotesis diterima. Uji hipotesis ketiga menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kesiapan menikah dengan korelasi rx2y = 0,605 dengan taraf signifikansi p = 0,000 (p<0,01), sehingga hipotesis diterima.Kata kunci : kesiapan menikah, kematangan emosi, religiusitas
Evaluasi Kapasitas Tampungan Air Bersih Desa Wringinsongo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang
Perkembangan Desa Wringinsongo berdampak pada bertambahnya penduduk sehingga kebutuhan air bersih juga ikut bertambah. Peningkatan kebutuhan air perlu untuk dikaji ulang dan dilakukan upaya agar kebutuhan dapat terlayani dengan maksimal. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk membuat gambar desain usulan tampungan guna memenuhi peningkatan kebutujan air bersih. Metode pelaksanaan kegiatan menggunakan metode pengukuran lapangan dengan melakukan survei dan pengambilan data di kantor desa. Hasil kegiatan ini adalah direncanakannya tampungan baru dengan kapasitas lebih besar untuk dapat melayani kebutuhan air baku masyarakat Desa Wringinsongo sebesar 3.47166 liter/detik atau setara dengan 0.00347 m3/detik. Dimensi tampungan atau reservoir yang diusulkan sebesar 96 m3 dengan rincian panjang tampunngan sebesar 4 m lebar tampungan sebesar 4 m, tinggi atau kedalaman tampungan sebesar 6 m. Bentuk tampungan berbentuk elevated reservoir dimana tampungan memiliki struktur bagian bawah untuk menaikkan elevasi agar dapat menjangkau area layanan yang lebih luas. Elevasi dasar tampungan berada di elevasi + 565.86 mdpl sedangkan untuk puncak tampungan berada pada elevasi 576.26 mdpl. Perencanaan volume tampungan direncakan dapat melayani kebutuhan air baku masyarakat Desa Wrinignsongo sampai dengan proyeksi pertumbuhan penduduk tahun 2036.
Sinergisme Campuran Herbisida Berbahan Aktif IPA Glifosat 240 g/L dan 2,4 D AminA 120 g/L dalam Mengendalikan Beberapa Jenis Gulma
ABSTRACT Synergism of herbicide mixture of Glyphosate IPA 240 g/L and 2,4 D Amines 120 g/L in controlling various types of weeds Mixture of herbicides with two or more types of active ingredients will show an interaction of the ingredients. These interactions could be synergistic, additive, or antagonistic. The purpose of this research was to investigate the herbicide mixture of Glyphosate IPA 240 g/L and 2,4 D Amines 120 g/L to control various types of broadleaf weeds and grass weeds. The research was conducted from March until May 2019, at the green house of the Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran at Jatinangor Sumedang. The treatment consisted of three types of herbicides with different dosages, namely mixture of glyphosate IPA 240 g/L and 2.4 D Amine 120 g/L (2,880, 1,440, 720, 360, 180, and 0 g/ha), glyphosate IPA 240 g/L (1,920, 960, 480, 240, 120, and 0 g/ha), and 2,4 D Amine 120 g/L (960, 480, 240, 120, 60, and 0 g/ha) with five replications. The target weeds were Ageratum conyzoides, Synedrella nodiflora, Borreria alata, Ischaemun timorense, and Otochloa nodosa. Data were analyzed using analysis of linear regression and MSM method to determine LD95 treatment and LD95 expectation. The result showed that mixture of herbicides glyphosate IPA and 2.4 D Amine had LD95 treatment value (3992,91 g/ha) and smaller than LD95 expectation value (4180,81 g/ha), so the herbicide mixture was synergistic. Keywords: Mixed herbicide, IPA Glyphosate, 2,4 D Amine, LD95, MSM method ABSTRAK Herbisida campuran dengan dua atau lebih jenis bahan aktif akan menunjukkan interaksi satu bahan dengan bahan yang lain. Interaksi tersebut dapat bersifat sinergis, aditif dan antagonis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui interaksi herbisida campuran berbahan aktif IPA Glifosat 240 g/L dan 2,4 Amina 120 g/L terhadap pengendalian gulma berdaun lebar dan gulma rumput. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2019, di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Ciparanje, Jatinangor. Perlakuan terdiri dari tiga jenis herbisida dengan dosis yang berbeda yaitu herbisida campuran IPA Glifosat 240 g/L dan 2,4 D Amina 120 g/L (2.880, 1.440, 720, 360, 180, 0 g/ha), herbisida tunggal IPA Glifosat 240 g/L (1.920, 960, 480, 240, 120, 0 g/ha), dan herbisida tunggal 2,4 D Amina 120 g/L (960, 480, 240, 120, 60, 0 g/ha) dengan lima ulangan. Gulma sasaran pada penelitian ini di antaranya yaitu Ageratum conyzoides, Synedrella nodiflora, Borreria alata, Ischaemun timorense, dan Otochloa nodosa. Analisis data menggunakan analisis regresi linear dan metode MSM untuk menentukan LD95 perlakuan dan LD95 harapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran herbisida berbahan aktif IPA Glifosat dan 2,4 D Amina memiliki nilai LD95 perlakuan (3992,91 g/ha) lebih kecil dari nilai LD95 harapan (4180,81 g/ha) sehingga campuran herbisida tersebut bersifat sinergis. Kata Kunci: Herbisida campuran, IPA Glifosat, 2,4 D Amina, LD95, Metode MS
Investigation of Relationship of Interfacial Tension (IFT) And Velocity Dependent Relative Permeability (VDRP) To Liquid Saturation In Wellbores In Gas Condensate Reservoirs Under Dynamic Conditions
The study aims to understand the effects of interfacial tension (IFT) and velocity dependent relative permeability (VDRP) to gas production, especially once the wellbore pressure is below the dew point under dynamic conditions beyond the conventional steady-state assumptions. The main impact of this occurrence is liquid loading in the wellbore that may block the gas influx. The interfacial tension (IFT) and velocity dependent relative permeability (VDRP) alteration along with the liquid filling will affect gas production process. A realistic conceptual simulation model is developed by activating the IFT and VDRP options in the base case. The analysis enables us to outline how critical the effects of both parameters to liquid production. Firstly, the liquid drop-out from gas phase, then accumulation, while still immobile until they establish a condensate banking and block a part of the wellbore region so that the gas cannot flow up to the surface, resulting in impairment in well deliverability. This study uses three parameters of IFT, for instance, IFT 1, IFT 5, and IFT 10 as well as activates the VDRP option for another parameter in the scenarios. The scenario IFT 1 shows that liquid production increases up to 0.205%, scenario IFT 5 increases up to 0.371%, and scenario IFT 10 increases up to 0.422%. Meanwhile, the VDRP option exhibits that liquid production increase by up to 57.40%. The analysis indicates that liquid production significantly escalates while the IFT is getting higher, and VDRP options display the liquid loading even more due to the effects of IFT. The novelty of this study is the ability to analyze the dynamic condition of fluid behavior in the wellbore compared to the steady-state condition that has been investigated by several authors in the literature
Bacterial diseases of bananas and enset: Current state of knowledge and integrated approaches toward sustainable management
Bacterial diseases of bananas and enset have not received, until recently, an equal amount of attention compared to other major threats to banana production such as the fungal diseases black leaf streak (Mycosphaerella fijiensis) and Fusarium wilt (Fusarium oxysporum f. sp. cubense). However, bacteria cause significant impacts on bananas globally and management practices are not always well known or adopted by farmers. Bacterial diseases in bananas and enset can be divided into three groups: (1) Ralstonia-associated diseases (Moko/Bugtok disease caused by Ralstonia solanacearum and banana blood disease caused by R. syzygii subsp. celebesensis); (2) Xanthomonas wilt of banana and enset, caused by Xanthomonas campestris pv. musacearum and (3) Erwinia-associated diseases (bacterial head rot or tip-over disease Erwinia carotovora ssp. carotovora and E. chrysanthemi), bacterial rhizome and pseudostem wet rot (Dickeya paradisiaca formerly E. chrysanthemi pv. paradisiaca). Other bacterial diseases of less widespread importance include: bacterial wilt of abaca, Javanese vascular wilt and bacterial fingertip rot (probably caused by Ralstonia spp., unconfirmed). This review describes global distribution, symptoms, pathogenic diversity, epidemiology and the state of the art for sustainable disease management of the major bacterial wilts currently affecting banana and enset. (Résumé d'auteur