689 research outputs found

    Kepemimpinan Transformasional dalam Pembinaan Toleransi Kultur Mahasiswa di Ma’had al-Jami’ah IAIN Palangka Raya

    Get PDF
    Keberadaan mahasiswa yang multi budaya di ma’had al-Jami’ah IAIN Palangka Raya memberikan nuansa berbeda dalam hal interaksi sosial. Mahasiswa yang heterogen yaitu berasal dari suku, pendidikan dan starata sosial yang berbeda memberi peluang kepada pengasuh/pemimpin ma’had al-Jami’ah IAIN Palangka Raya mengambil langkah-langkah pembinaan untuk terciptanya toleransi budaya mahasiswa. Sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kepemimpinan transformasional dalam pembinaan toleransi budaya mahasiswa di ma’had al-Jami’ah IAIN Palangka Raya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepemimpinan transformasional dalam pembinaan toleransi budaya mahasiswa di Ma’had al-Jami’ah IAIN Palangka Raya melalui kajian teori James McGregor Burn tentang kepemimpinan transformasional yang dapat diimplementasikan melalui prinsip-prinsip kepemimpinan transformasonal menurut Erik Rees dalam artikelnya Seven Principles of Transformational Leadership Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menggunakan pendekatan fenomenologis. Dengan metode ini diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dari kenyataan dan fakta yang relevan. Dengan tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pengelolaan ma’had al-Jami’ah terwujud dengan sosok pengasuh/pemimpin ma’had al-Jami’ah yang memiliki gaya kepemimpinan transformasional dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan transformasional yaitu simplikasi dengan mensosialiasikan visi misi secara kontinu, motivasi diwujudkan dengan pendelegasian tugas-tugas kepada musyrif/ah, memperhatikan kebutuhan mahasiswa, memperhatikan kreasi dan inovasi, dan menggunakan reward maupun punishment, memfasilitasi tergambar dari diselenggarakannya kegiatan-kegiatan kajian bulanan fiqih wanita, tafsir tematik al-Qur’an, inovasi dengan menugaskan mahasiswa mengimami shalat tahajjud, mobilitasi melalui langkah-langkah komunikasi terbuka, menciptakan budaya berani gagal, memberikan informasi simple tentang kegiatan, dan menentukan peran yang jelas, kesiagaan dengan langkah-langkah menemukan ketidakpuasan mahasiswa, menunjukkan ke arah mana perubahan sehingga menjadi kongkrit dan mudah dilakukan, dan tekad dengan memberikan inspirasi untuk maju dan berani menghadapi tantangan dengan contoh-contoh prilaku, 2) Pembinaan toleransi kultur mahasiswa di ma’had al-Jami’ah IAIN Palangka Raya melalui beberapa pola kegiatan yaitu pola peribadatan, pola pendidikan, dan pola sosial (pergaulan dan interaksi) yang terukur dalam sikap mahasiswa memiliki kemampuan : (a). Manajemen diri, manajemen waktu, dan kehidupan sosial (pergaulan dan interaksi), (b). Kemampuan kognitif, bahasa Arab dan bahasa Inggris, dan (c). Pembentukan soft skill seperti berkomunikasi dan kepemimpinan melalui wadah organisasi ma’had al-Jami’a

    Konsep Bahagia Menurut Alquran

    Get PDF
    Ahmad Maki, 2009.Konsep Bahagia Menurut Alquran. Skripsi, Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin. Pembimbing: (I) Dr. Hadariansyah, AB. MA, (II) Drs. Basrian.\ud Penelitian ini berlatar belakang dari permasalahan yang selalu dijadikan bahan pembicaraan orang, yakni masalah kebahagiaan. Bagaimana maknanya dan jalan-jalan apa yang ditempuh untuk mendapatkannya. Boleh dikatakan seribu satu pandangan dan pendapat mengenai kebahagiaan tersebut. Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apapun, inilah yang senantiasa dikejar oleh manusia. Mereka ingin hidup bahagia, tenang, tentram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras menghimpun harta, sebab baginya pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagiaan, sehingga beragam cara mereka lakukan untuk mendapatkan harta tersebut, bahkan dengan cara yang haram sekalipun. \ud Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna bahagia menurut Alquran, gambaran dan kriteria orang-orang yang bahagia menurut Alquran, dan cara memperoleh bahagia menurut Alquran.\ud Sesuai dengan tujuan di atas, penelitian ini mengggunakan metode tafsir tematik (maudhu’i). Metode terasebut dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menetapkan konsep bahagia menurut Alquran sebagai kajian yang akan dibahas, menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan bahagia, menusun rentetan ayat tersebut sesuai dengan masa turunnya, mempelajari penafsiran ayat-ayat yang telah dihimpun dengan mengindahkan ilmu munasabah dan hadis, menghimpun hasil penafsiran, dan selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan sebagai hasil akhir penelitian ini.\ud Setelah dilakukan penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut: Pertama, makna bahagia menurut Alquran adalah rahmat Allah, dengan rahmat Allah-lah seseorang akan bahagia, bukan karena harta, tahta, nama yang masyhur dan sebagainya, seseorang akan bahagia. Walau dalam keadaan apapun, mereka akan selalu dapat bahagia, selama mereka dapat merasakan rahmat Allah.\ud Kedua, gambaran orang-orang yang bahagia menurut Alquran adalah: Memperoleh karunia Allah, memperoleh surga dan keridaan Allah, Allah membuka pintu-pintu kesenangan (gambaran ini bersifat negatif), beratnya timbangan amal kebaikan pada hari kebangkitan, memperoleh tempat di surga, dibawa ke dalam surga berombongan, dan dipelihara Allah dari kesusahan hari kiamat.\ud Ketiga, kriteria orang-orang yang bahagia menurut Alquran adalah: Beriman dan beramal saleh, memiliki sifat yang luhur, sabar, tunduk terhadap hukum Allah dan Rasul-Nya, dan jiwa yang bersih dan selalu menyebut nama Allah.\ud Keempat, cara memperoleh bahagia menurut Alquran adalah: Memperkuat kesabaran dan bertakwa, mendekatkan diri kepada Allah serta berjihad atau berjuang di jalan-Nya, menjauhi segala jenis perbutan yang keji, mengingat nikmat-nikmat Allah, tekun ruku, sujud, dan sembahlah Allah serta perbuatlah kebajikan, bertaubat atas segala dosa, taat kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, dan tidak kikir

    A New Parametrization of the Neutrino Mixing Matrix

    Full text link
    The neutrino mixing matrix is expanded in powers of a small parameter λ\lambda, which approximately equals to 0.1. The meaning of every order of the expansion is discussed respectively, and the range of λ\lambda is carefully calculated. We also present some applications of this new parametrization, such as to the expression of the Jarlskog parameter JJ, in which the simplicities and advantages of this parametrization are shown.Comment: 11 pages, 4 figures, version published in PL

    A question of hierarchy: matter effects with atmospheric neutrinos and anti-neutrinos

    Full text link
    It is by now established that neutrinos mix, have (different) non-zero masses, and therefore oscillate. The oscillation parameters themselves, however, are not all well-known. An open problem is that of the neutrino mass hierarchy. We study the possibility of determining the neutrino mass hierarchy with atmospheric neutrinos using an iron calorimeter detector capable of charge identification such as the proposed MONOLITH and ICAL/INO detectors. We find that such detectors are sensitive to the sign of the mass-squared difference, \delta_{32} = m_3^2 - m_2^2, provided the as-yet unknown mixing angle between the first and third generations, \theta_{13}, is greater than 6 degrees (\sin^2 2\theta_{13} > 0.04). A result with a significance greater than 90% CL requires large exposures (more than 500 kton-years) as well as good energy and angular resolution of the detected muons (better than 15%), especially for small \theta_{13}. Hence obtaining definitive results with such a detector is difficult, unless \theta_{13} turns out to be large. In contrast, such detectors can establish a clear oscillation pattern in atmospheric neutrinos in about 150 kton-years, therefore determining the absolute value of \delta_{32} and \sin^2 2 \theta_{23} to within 10%.Comment: 36 pages revtex with 14 eps figures; new section on statistical significance when detector resolution is include

    Electron to Muon Conversion in Low-Energy Electron-Nucleus Scattering

    Full text link
    We present an estimate of the electron to muon conversion cross section in fixed-target elastic electron scattering. The matrix element <μ∣jemμ(0)∣e><\mu | j_\mathrm{em}^\mu(0) | e> is calculated analytically in two scenarios introducing suitable approximations. We consider on the one hand side the case of three light Dirac neutrinos with CKM-type leptonic mixing and on the other hand a typical see-saw scenario. We evaluate the coulombic contribution to the scattering cross section in the limit of vanishing energy transfer to the nucleus and, thus, obtain a realistic estimate for the total conversion cross section. Although we find that in the see-saw scenario the cross section can be enhanced by as much as twenty orders of magnitude in comparison to the Dirac case, it is still not experimentally accessible.Comment: 9 pages, 1 figur

    A Higher-dimensional Origin of the Inverted Mass Hierarchy for Neutrino

    Full text link
    We present successful lepton mass matrices with an inverted mass hierarchy for neutrinos, which follow from a geometrical structure of a (1+5) dimensional space-time where two extra dimensions are compactified on the T^2/Z_3 orbifold. A 5^* and a right-handed neutrino N in each family are localized on each of the equivalent three fixed points of the orbifold while three 10's and Higgs doublets H_u and H_d live in the bulk. An S_3 family symmetry is assumed on three 5^*'s and on three N's, since the three fixed points are equivalent to one another. The Higgs field \phi responsible for the B-L breaking is localized on one of the three fixed points, which generates the inverted hierarchy for the neutrino masses. The baryon asymmetry is well explained in the non-thermal leptogenesis via inflaton decay. We emphasize that the present model predicts the effective neutrino mass, _{ee}, responsible for neutrinoless double beta decays as _{ee}\simeq 50 meV. This will be accessible to future experiments.Comment: 15 page

    Physics at an Upgraded Fermilab Proton Driver

    Full text link
    In 2004 the Fermilab Long Range Planning Committee identified a new high intensity Proton Driver as an attractive option for the future, primarily motivated by the recent exciting developments in neutrino physics. Over the last few months a physics study has developed the physics case for the Fermilab Proton Driver. The potential physics opportunities are discussed.Comment: 14 pages, 6 figures. Presented at the High Intensity Frontiers Workshop (HF05), Isola d'Elba, Italy, 28 May - 1 June, 200

    Bilarge leptonic mixing from Abelian horizontal symmetries

    Get PDF
    We construct and present a model for leptonic mixing based on higher-dimensional operators, using the Froggatt-Nielsen mechanism, and Abelian horizontal symmetries (flavor symmetries) of continuous and discrete type. Our model naturally yields bilarge leptonic mixing, coming from both the charged leptons and the neutrinos, and an inverted neutrino mass hierarchy spectrum. The obtained values of the parameters, i.e., the leptonic mixing parameters and the neutrino mass squared differences, are all consistent with the atmospheric neutrino data and the Mikheyev-Smirnov-Wolfenstein large mixing angle solution for the solar neutrino problem.Comment: 9 pages, 2 figures, LaTeX. Final version to be published in Phys. Lett.

    Neutrino Masses in Theories with Dynamical Electroweak Symmetry Breaking

    Get PDF
    We address the problem of accounting for light neutrino masses in theories with dynamical electroweak symmetry breaking. We discuss this in the context of a class of (extended) technicolor (ETC) models and analyze the full set of Dirac and Majorana masses that arise in such theories. As a possible solution, we propose a combination of suppressed Dirac masses and a seesaw involving dynamically generated ∣ΔL∣=2|\Delta L|=2 condensates of standard-model singlet, ETC-nonsinglet fermions. We show how this can be realized in an explicit ETC model. An important feature of this proposal is that, because of the suppression of Dirac neutrino mass terms, a seesaw yielding realistic neutrino masses does not require superheavy Majorana masses; indeed, these Majorana masses are typically much smaller than the largest ETC scale.Comment: 13 pages, latex; simplified mode

    Manajemen Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru MTsN

    Get PDF
    Supervisi adalah aktivitas dan kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh seorang profesional untuk membantu guru dan tenaga pendidikan lainnya dalam memperbaiki bahan, metode dan evaluasi pengajaran dengan melakukan stimulasi, koordinasi dan bimbingan secara kontinyu agar guru menjadi lebih profesional dalam meningkatkan pencapaian tujuan sekolah. Pengabdian ini bertujuan untuk mendampingi guru-guru MTsN 1 Kota Palangkaraya untuk menigkatkan kompeensi pedagogik. Hasil dari pengabdian ini adalah (1) Pelatihan dan Simulasi Supervisi akademik yang telah dilakukan telah membantu guru dan tenaga kependidikan mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. (2) Pelatihan dan Simulasi Supervisi akademik yang telah dilakukan telah membantu pemahaman bagaimana memonitor kegiatan proses belajar mengajar di madrasah dan (3) Pelatihan dan Simulasi Supervisi akademik yang telah dilakukan telah berhasil mendorong guru dan tenaga kependidikan menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas sendiri, serta mendorong guru dan tenaga kependidikan lebih perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tugas dan tanggung jawabnya
    • …
    corecore