624 research outputs found

    Membangun Sistem Informasi Penjadwalan dengan Metode Algoritma Genetika pada Laboratorium Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

    Get PDF
    Penjadwalan praktikum merupakan proses penyusunan jadwal pelaksanaan yang menginformasikan sejumlah mata kuliah, dosen yang mengajar, ruang, serta waktu kegiatan perkuliahan di laboratorium. Perlu diperhatikan beberapa aspek untuk menyusun jadwal perkuliahan yang sesuai dengan kebutuhan. Aspek yang perlu diperhatikan antara lain adalah aspek dari dosen yang mengajar, mata kuliah yang diajar. Penyusunan jadwal secara manual cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama dan ketelitian yang cukup bagi pembuat jadwal. Untuk dapat membuat jadwal yang optional, dibutuhkan metode optimasi. Pada penelitian ini, akan diuji coba metode optimasi dalam pembuatan jadwal praktikum yaitu Algoritma Genetika. Algoritma genetika merupakan pendekatan komputasional untuk menyelesaikan masalah yang dimodelkan dengan proses biologi dari evolusi. Parameter-parameter Algoritma Genetika yang mempengaruhi jadwal perkuliahan yang dihasilkan adalah jumlah individu, probabilitas crossover, probabilitas mutasi serta metode seleksi, crossover yang digunakan. Pengujian dilakukan dengan cara mencari nilai parameter-parameter algoritma genetika yang paling optimal dalam jadwal perkuliahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan jumlah generasi, jumlah individu, probabilitas crossover dan probabilitas mutasi dapat menghasilkan jadwal yang paling optimal

    Aplikasi Sistem Pakar Mendiagnosa Gizi Buruk pada Anak dengan Metode Dempster-Shafer Berbasis Web

    Get PDF
    Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh pakar bidang tertentu. Puskesmas Ome Kota Tidore Kepulauan Selama ini, untuk mendata gizi buruk pada anak-anak melakukannya secara manual. Sehingga membutuhkan waktu yang lama. Peniltian ini bertujuan merancang aplikasi sistem pakar untuk menentukan status gizi buruk pada anak dengan menggunakan metode dempster-shafer, dimana ada beberapa jenis gizi buruk yang biasa dialami oleh anak, karena itu dalam kasus ini ada 3 jenis gizi buruk yang dibahas, yaitu marasmus (kekurangan energi), khowarsiorkor (kekurangan protein), dan marasmus-khowarsiorkor (kekurangan protein dan energi), yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah (bukti) untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memudahkan pihak puskesmas dalam mengelola dan melacak gizi buruk pada anak-anak di Puskesmas Ome Kota Tidore Kepulauan

    Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Suku Bajo Berbasis Rekayasa K3 Nelayan di Kelurahan Anaiwoi Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara

    Get PDF
    Komunitas suku bajo merupakan etnik yang bermukim dikawasan pesisir dengan mayoritas berprofesi sebagai Nelayan. Paradigma kemiskinan pada wilayah pesisir masih cukup tinggi dan Pengetahuan mengenai standar keselamatan masih kurang sehingga sebagian besar masyarakat Nelayan masih menggunakan peralatan dan kelengkapan seadanya. Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat) melalui kegiatan Pengabdian Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan Nelayan dan memberdayakan Nelayan untuk hidup sehat, aman dan produktif dengan pemberdayaan masyarakat pesisir melalui rekayasa K3 bagi Nelayan sebagai upaya meningkatkan implementasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Nelayan di Kelurahan Anaiwoi Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka. Kegiatan ini melibatkan masyarakat dalam beberapa tahap kegiatan yang diawali dengan sosialisasi Manfaat dan penerapan K3 Nelayan, pelatihan K3 Bagi Nelayan, Pelatihan penggunaan peralatan first Aid Kit bagi Nelayan serta Pengetahuan dasar Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi Nelayan. pelatihan K3 bagi Nelayan. Hasilnya pengetahuan Nelayan tentang K3 meningkat dan 80% Nelayan bersedia menggunakan peralatan K3 Nelayan saat melaut.Komunitas suku bajo merupakan etnik yang bermukim dikawasan pesisir dengan mayoritas berprofesi sebagai Nelayan. Paradigma kemiskinan pada wilayah pesisir masih cukup tinggi dan Pengetahuan mengenai standar keselamatan masih kurang sehingga sebagian besar masyarakat Nelayan masih menggunakan peralatan dan kelengkapan seadanya. Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat) melalui kegiatan Pengabdian Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan Nelayan dan memberdayakan Nelayan untuk hidup sehat, aman dan produktif dengan pemberdayaan masyarakat pesisir melalui rekayasa K3 bagi Nelayan sebagai upaya meningkatkan implementasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Nelayan di Kelurahan Anaiwoi Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka. Kegiatan ini melibatkan masyarakat dalam beberapa tahap kegiatan yang diawali dengan sosialisasi Manfaat dan penerapan K3 Nelayan, pelatihan K3 Bagi Nelayan, Pelatihan penggunaan peralatan first Aid Kit bagi Nelayan serta Pengetahuan dasar Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi Nelayan. pelatihan K3 bagi Nelayan. Hasilnya pengetahuan Nelayan tentang K3 meningkat dan 80% Nelayan bersedia menggunakan peralatan K3 Nelayan saat melaut

    It is time to define an organizational model for the prevention and management of infections along the surgical pathway : a worldwide cross-sectional survey

    Get PDF
    Background The objectives of the study were to investigate the organizational characteristics of acute care facilities worldwide in preventing and managing infections in surgery; assess participants' perception regarding infection prevention and control (IPC) measures, antibiotic prescribing practices, and source control; describe awareness about the global burden of antimicrobial resistance (AMR) and IPC measures; and determine the role of the Coronavirus Disease 2019 pandemic on said awareness. Methods A cross-sectional web-based survey was conducted contacting 1432 health care workers (HCWs) belonging to a mailing list provided by the Global Alliance for Infections in Surgery. The self-administered questionnaire was developed by a multidisciplinary team. The survey was open from May 22, 2021, and June 22, 2021. Three reminders were sent, after 7, 14, and 21 days. Results Three hundred four respondents from 72 countries returned a questionnaire, with an overall response rate of 21.2%. Respectively, 90.4% and 68.8% of participants stated their hospital had a multidisciplinary IPC team or a multidisciplinary antimicrobial stewardship team. Local protocols for antimicrobial therapy of surgical infections and protocols for surgical antibiotic prophylaxis were present in 76.6% and 90.8% of hospitals, respectively. In 23.4% and 24.0% of hospitals no surveillance systems for surgical site infections and no monitoring systems of used antimicrobials were implemented. Patient and family involvement in IPC management was considered to be slightly or not important in their hospital by the majority of respondents (65.1%). Awareness of the global burden of AMR among HCWs was considered very important or important by 54.6% of participants. The COVID-19 pandemic was considered by 80.3% of respondents as a very important or important factor in raising HCWs awareness of the IPC programs in their hospital. Based on the survey results, the authors developed 15 statements for several questions regarding the prevention and management of infections in surgery. The statements may be the starting point for designing future evidence-based recommendations. Conclusion Adequacy of prevention and management of infections in acute care facilities depends on HCWs behaviours and on the organizational characteristics of acute health care facilities to support best practices and promote behavioural change. Patient involvement in the implementation of IPC is still little considered. A debate on how operationalising a fundamental change to IPC, from being solely the HCWs responsibility to one that involves a collaborative relationship between HCWs and patients, should be opened.Peer reviewe

    It is time to define an organizational model for the prevention and management of infections along the surgical pathway: a worldwide cross-sectional survey

    Get PDF
    Background The objectives of the study were to investigate the organizational characteristics of acute care facilities worldwide in preventing and managing infections in surgery; assess participants' perception regarding infection prevention and control (IPC) measures, antibiotic prescribing practices, and source control; describe awareness about the global burden of antimicrobial resistance (AMR) and IPC measures; and determine the role of the Coronavirus Disease 2019 pandemic on said awareness. Methods A cross-sectional web-based survey was conducted contacting 1432 health care workers (HCWs) belonging to a mailing list provided by the Global Alliance for Infections in Surgery. The self-administered questionnaire was developed by a multidisciplinary team. The survey was open from May 22, 2021, and June 22, 2021. Three reminders were sent, after 7, 14, and 21 days. Results Three hundred four respondents from 72 countries returned a questionnaire, with an overall response rate of 21.2%. Respectively, 90.4% and 68.8% of participants stated their hospital had a multidisciplinary IPC team or a multidisciplinary antimicrobial stewardship team. Local protocols for antimicrobial therapy of surgical infections and protocols for surgical antibiotic prophylaxis were present in 76.6% and 90.8% of hospitals, respectively. In 23.4% and 24.0% of hospitals no surveillance systems for surgical site infections and no monitoring systems of used antimicrobials were implemented. Patient and family involvement in IPC management was considered to be slightly or not important in their hospital by the majority of respondents (65.1%). Awareness of the global burden of AMR among HCWs was considered very important or important by 54.6% of participants. The COVID-19 pandemic was considered by 80.3% of respondents as a very important or important factor in raising HCWs awareness of the IPC programs in their hospital. Based on the survey results, the authors developed 15 statements for several questions regarding the prevention and management of infections in surgery. The statements may be the starting point for designing future evidence-based recommendations. Conclusion Adequacy of prevention and management of infections in acute care facilities depends on HCWs behaviours and on the organizational characteristics of acute health care facilities to support best practices and promote behavioural change. Patient involvement in the implementation of IPC is still little considered. A debate on how operationalising a fundamental change to IPC, from being solely the HCWs responsibility to one that involves a collaborative relationship between HCWs and patients, should be opened

    Impact of COVID-19 on cardiovascular testing in the United States versus the rest of the world

    Get PDF
    Objectives: This study sought to quantify and compare the decline in volumes of cardiovascular procedures between the United States and non-US institutions during the early phase of the coronavirus disease-2019 (COVID-19) pandemic. Background: The COVID-19 pandemic has disrupted the care of many non-COVID-19 illnesses. Reductions in diagnostic cardiovascular testing around the world have led to concerns over the implications of reduced testing for cardiovascular disease (CVD) morbidity and mortality. Methods: Data were submitted to the INCAPS-COVID (International Atomic Energy Agency Non-Invasive Cardiology Protocols Study of COVID-19), a multinational registry comprising 909 institutions in 108 countries (including 155 facilities in 40 U.S. states), assessing the impact of the COVID-19 pandemic on volumes of diagnostic cardiovascular procedures. Data were obtained for April 2020 and compared with volumes of baseline procedures from March 2019. We compared laboratory characteristics, practices, and procedure volumes between U.S. and non-U.S. facilities and between U.S. geographic regions and identified factors associated with volume reduction in the United States. Results: Reductions in the volumes of procedures in the United States were similar to those in non-U.S. facilities (68% vs. 63%, respectively; p = 0.237), although U.S. facilities reported greater reductions in invasive coronary angiography (69% vs. 53%, respectively; p < 0.001). Significantly more U.S. facilities reported increased use of telehealth and patient screening measures than non-U.S. facilities, such as temperature checks, symptom screenings, and COVID-19 testing. Reductions in volumes of procedures differed between U.S. regions, with larger declines observed in the Northeast (76%) and Midwest (74%) than in the South (62%) and West (44%). Prevalence of COVID-19, staff redeployments, outpatient centers, and urban centers were associated with greater reductions in volume in U.S. facilities in a multivariable analysis. Conclusions: We observed marked reductions in U.S. cardiovascular testing in the early phase of the pandemic and significant variability between U.S. regions. The association between reductions of volumes and COVID-19 prevalence in the United States highlighted the need for proactive efforts to maintain access to cardiovascular testing in areas most affected by outbreaks of COVID-19 infection

    Reducing the environmental impact of surgery on a global scale: systematic review and co-prioritization with healthcare workers in 132 countries

    Get PDF
    Abstract Background Healthcare cannot achieve net-zero carbon without addressing operating theatres. The aim of this study was to prioritize feasible interventions to reduce the environmental impact of operating theatres. Methods This study adopted a four-phase Delphi consensus co-prioritization methodology. In phase 1, a systematic review of published interventions and global consultation of perioperative healthcare professionals were used to longlist interventions. In phase 2, iterative thematic analysis consolidated comparable interventions into a shortlist. In phase 3, the shortlist was co-prioritized based on patient and clinician views on acceptability, feasibility, and safety. In phase 4, ranked lists of interventions were presented by their relevance to high-income countries and low–middle-income countries. Results In phase 1, 43 interventions were identified, which had low uptake in practice according to 3042 professionals globally. In phase 2, a shortlist of 15 intervention domains was generated. In phase 3, interventions were deemed acceptable for more than 90 per cent of patients except for reducing general anaesthesia (84 per cent) and re-sterilization of ‘single-use’ consumables (86 per cent). In phase 4, the top three shortlisted interventions for high-income countries were: introducing recycling; reducing use of anaesthetic gases; and appropriate clinical waste processing. In phase 4, the top three shortlisted interventions for low–middle-income countries were: introducing reusable surgical devices; reducing use of consumables; and reducing the use of general anaesthesia. Conclusion This is a step toward environmentally sustainable operating environments with actionable interventions applicable to both high– and low–middle–income countries

    Analisis Performansi Network Function Virtualization Pada Teknologi Containers

    Full text link
    Sebagai teknologi virtualisasi yang baru, banyak hal yang perlu digali tentang teknologi container. Penelitian ini bertujuan untuk&nbsp; mengukur kehandalan dari Network Function Virtualization (NFV) yang akan dibangun dan dijalankan diatas Docker&nbsp; menggunakan virtual router dan dapat terhubung dengan jaringan yang real. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performansi Docker Containers dan Native ketika menjalankan virtual router yang dilewatkan oleh layanan FTP menggunakan parameter Quality of Service (QoS). Pada penelitian ini dilakukan analisa perbandingan perfomansi fungsi jaringan antara Docker Containers dan Native di Laboratorium Infrastruktur Teknologi Informasi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara menggunakan layanan FTP (File Transfer Protocol). Parameter QoS yang diamati adalah berupa Delay, Packet Loss, Troughput dan apakah ada perbedaan pada saat Upload dan Download file berupa video dengan kapasitas 1Gb dan 500Mb antara Docker Containers dan Native, pengujian dilakukan dengan pengambilan data selama duakali percobaan, kesimpulan dari penelitian ini bagaimana melakukan perbandingan QoS dari Docker Containers dan Nativ

    Media Promosi dan Penjualan Ikan Tuna Loin pada PT. UD RAUL Berbasis Web

    Full text link
    PT. UD RAUL merupakan Perusahaan yang bergerak dalam penjualan ikan tuna loin, Namun dalam pelayanan penjualan PT. UD RAUL seperti pemesanan ikan dan transaksi pembayarann masih bersifat manual dimana pembelian melakukan transaksi pembelian ikan secara langsung PT. UD RAUL yang menjadi salah satu permasalahannya. Dalam hal ini guna mempermudah pelanggan untuk mendapatkan pelayanan tersebut, berdasarkan masalah diatas maka perlu adanya suatu aplikasi Media Promosi Dan Penjualan Ikan Tuna Loin Pada PT. UD RAUL Berbasis Web. Penelitian ini menggunakan Metode Prototype sebagai Metode Pengembangan dan pemodelan Aplikasi menggunakan bahasa pemrograman Java pada bagian web dan bahasa pemrograman PHP Pada bagian Administrator dengan MySQL untuk pengolahan databasenya. Sistem Informasi Penjualan Ikan Tuna Loin Pada PT. UD RAUL Berbasis Web Dapat mengumpulkan, mengidentifikasi, menyimpan, mengolah dan memberikan informasi Penjualan Pada PT. UD RAUL yang menjadi target dalam penelitian ini

    Analisis Karakteristik Virus Menggunakan Konsep Pendekatan Taksonomi

    Full text link
    Diera teknologi yang semakin berkembang tidak bisa di pungkiri bahwasanya semakin memudahkan para pengguna teknologi&nbsp; dalam segala aspek, khususnya di bidang teknologi informasi salah satunya digital forensic. Pada bidang digital forensic salah satu bagian yang penting adalah melakukan analisis terhadap perangkat lunak berbahaya salah satunya adalah virus. Dalam tugas akhir ini, penulis melakukan uji coba untuk melakukan analisis dengan menggunakan alat bantu yang digunakan termasuk PE iD, tampilan PE, Dependency Walker, dan IDA Pro. Dilihat dari hasil yang dianalisa menggunakan keempat tools di atas, memudahkan para analis untuk mengetahui tingkat kompleksitas atau entropy yang dihasilkan oleh virus yang telah dianalisa
    corecore