Open Journal System (OJS) Universitas Bengkulu
Not a member yet
    11497 research outputs found

    Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sains: Studi Komparasi Pada Tiga Sekolah

    Get PDF
    This research aimed to provide a general overview of students' learning motivation in science at the junior high school level and to compare the level of learning motivation among students from three different schools: SMPN 27 Kerinci, MTsN 1 Sungai Penuh, and MTsS Siulak in the 2023/2024 Academic Year. The sample for this research consisted of 72 students, with 24 students from each school. The research utilized descriptive and comparative methods. Data on students' learning motivation were collected through the Students' Adaptive Learning Engagement in Science Questionnaire and analyzed descriptively and comparatively using the Kruskal-Wallis test. The results indicate that, overall, students exhibit high motivation to learn science, scoring 4.10 on a scale of 5.00. Additionally, students from the three different schools also demonstrated high average learning motivation, with scores of 4.26 (SMP N 27 Kerinci), 4.15 (MTsS Siulak), and 4.01 (MTsN 1 Sungai Penuh). Despite these differences, the Kruskal-Wallis statistical test revealed that the variations were not statistically significant (ρ=0.09). Furthermore, when examining each indicator separately, only one indicator, namely self-regulation (ρ=0.008), showed a significant difference. This distinction in self-regulation was influenced by students' perceptions regarding tasks in science learning, including their views on effort, persistence, punctuality, and a lack of discrimination regarding the form of tasks to be completed.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum mengenai motivasi belajar siswa dalam pembelajaran sains pada tingkat sekolah menengah pertama dan membandingkan tingkat motivasi belajar siswa dari tiga sekolah yang berbeda, yaitu SMPN 27 Kerinci, MTsN 1 Sungai Penuh, dan MTsS Siulak pada Tahun Ajaran 2023/2024. Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 72 orang siswa yang terdiri dari 24 siswa dari setiap sekolah. Metode penelitian deskriptif dan komparatif diterapkan. Data mengenai motivasi belajar siswa dikumpulkan menggunakan Students’ Adaptive Learning Engagement in Science Questionnaire. Data akan dianalisis secara statistik deskriptif dan komparatif menggunakan Kruskal-Wallis test. Hasil menunjukkan bahwa secara keseluruhan, siswa memiliki motivasi belajar sains yang tinggi (4.10 dari skala 5.00). Selanjutnya siswa dari ketiga sekolah yang berbeda juga ditemukan dengan rata-rata motivasi belajar yang tinggi, yaitu 4.26 (SMP N 27 Kerinci), 4.15 (MTsS siulak), dan 4.01 (MTsN 1 Sungai Penuh). Walaupun terdapat perbedaan, hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak signifikan ( ). Selanjutnya hasil uji statistik Kruskal-Wallis untuk setiap indikator menunjukkan bahwa hanya satu indikator yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, yaitu regulasi diri, . Perbedaan yang signifikan dipicu oleh persepsi siswa terkait tugas dalam pembelajaran sains. Pandangan mengenai usaha, tidak menyerah, ketepatan waktu, dan tidak diskriminatif terhadap bentuk tugas untuk diselesaikan

    Analisis Tingkat Kejenuhan Siswa Sebelum, Selama, dan Setelah Pembelajaran Sains

    Get PDF
    This research aimed to reveal and compare students' levels of boredom before, during, and after science learning, utilizing a quantitative approach with descriptive and comparative methods. The study included a sample of 188 students from MTsN 1 Sungai Penuh City, selected through purposive sampling. Data on student boredom during science learning were collected using the Academic Emotions Questionnaire: Class Related. This questionnaire comprises 80 statements, with 23 for before, 43 for during, and 14 for after participating in science learning. Each statement offers five alternative responses, ranging from strongly agree to strongly disagree. Subsequently, the collected data were analyzed using descriptive statistics and analysis of variance (ANOVA). The research findings indicate that students' overall boredom in science learning falls within the medium category—before (2.14), during learning (2.55), and after science learning (2.40). ANOVA testing revealed a significant difference in boredom levels before, during, and after science learning. Notably, the highest saturation occurred during learning, followed by after and before learning. These results emphasize the need for teachers to consider discussions for each learning condition and factors contributing to student boredom when designing learning experiences. The ultimate goal is to minimize the level of boredom in science learning.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan membandingkan tingkat kejenuhan siswa sebelum, selama, setelah pembelajaran sains. Penelitian ini menggunakan pendekatan kauntitatif dengaan metode deskriptif dan komparatif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 188 siswa MTs N 1 Kota Sungai Penuh yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data mengenai kejenuhan siswa dalam pembelajaran sains dikumpulkan menggunakan Academic Emotions Questionnaire: Class Related. Kuesioner ini terdiri dari 80 pernyataan yang terbagi menjadi 23 pernyataan untuk sebelum, 43 pernyataan untuk selama, dan 14 pernyataan untuk setelah mengikuti pembelajaran sains. Terdapat lima alternatif jawaban atau respon untuk setiap pernayataan, yaitu sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan analysis of variance (ANOVA). Hasil penelitian bahwa kejenuhan siswa dalam pembelajaran sains secara keseluruhan berada pada kategori sedang, baik sebelum (2.14), selama pembelajaran (2.55), dan setelah pembelajaran sains (2.40). Selanjutnya berdasarkan uji kompartif melalui ANOVA ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk tingkat kejenuhan sebelum, selama, dan setelah pembelajaran sains, yaitu dengan nilai . Tngkat kejenuhan ditemukan paling tinggi selama pembelajaran. Kemudian diikuti setelah dan sebelum pembelajaran. Masing-masing diskusi untuk setiap kondisi pembelajaran dan faktor yang berkontribusi terhadap kejenuhan siswa dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengajar untuk mendesain pembelajaran yang fokus pada kondisi siswa. Dengan tujuan untuk meminimalisir tingkat kejenuhan dalam pembelajaran sains

    RANCANG BANGUN APLIKASI WEB PEMBAYARAN SPP SEKOLAH SMK BINA INSANI CIJERUK KAB.TANGERANG

    Get PDF
    SMK Bina Insani Cijeruk merupakan salah satu sekolah yang sudah memanfaatkan computer untuk menyelesaikan berbagai tugas, tetapi pemanfaatan masih belum maksimal karena masih ada bagian administrasi yang masih menggunakan metode manual, yaitu pada administrasi pembayaran. Penelitian ini berusaha membuat sebuah aplikasi berteknologi PHP dan MySQL untuk mengelolah data pembayaran sekolah meliputi pembayaran SPP, pembayaran ujian dan pencarian informasi. Metode Waterfall digunakan sebagai acuan perancangan dan pengembangan aplikasi. Alat abstraksi sistem yang digunakan adalah Use Case diagram. Perancangan Basis data dengan menggunakan ERD. Pengujian dilakukan dengan metode Black box. Pengujian memberikan hasil bahwa aplikasi dapat dijalankan dan fungsi dapat berjalan dengan semestinya.SMK Bina Insani Cijeruk merupakan salah satu sekolah yang sudah memanfaatkan computer untuk menyelesaikan berbagai tugas, tetapi pemanfaatan masih belum maksimal karena masih ada bagian administrasi yang masih menggunakan metode manual, yaitu pada administrasi pembayaran,Penelitian ini berusaha membuat sebuah aplikasi berteknologi PHP dan MySQL untuk mengelolah data pembayaran sekolah meliputi pembayaran SPP, pembayaran ujian dan pencarian informasi. Metode Waterfall digunakan sebagai acuan perancangan dan pengembangan aplikasi. Alat abstraksi sistem yang digunakan adalah Use Case diagram. Perancangan Basis data dengan menggunakan ERD. Pengujian dilakukan dengan metode Blax box.Pengujian memberikan hasil bahwa aplikasi dapat dijalankan dan fungsi dapat berjalan dengan semestinya

    A SOSIALISASI PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI GURU BIMBINGAN KONSELING(BK) BERBASIS WEBSITE: SOSIALISASI PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI GURU BIMBINGAN KONSELING(BK) BERBASIS WEBSITE

    No full text
    Information system needs cover almost all areas of life. Accurate, fast and relevant information is needed in organizations. However, in reality, due to the lack or limited use of information systems, it is sometimes out of sync with the wishes and expectations to be realized. Bina Sriwijaya Vocational School is a school majoring in Office Administration, Computer Accounting, Computer Network Engineering, Hospitality Accommodation that needs to develop information technology that can use the Website for communication between students, Counseling Teachers and parents. The reporting system for student violations at schools is currently still done manually or offline so that parents and Counseling Guidance teachers still find it difficult to follow up on every student's customer. Community service activities are carried out to provide assistance to students, website operators, Counseling teachers and representatives of parents for the use of a Website-Based Information System so that it can be used anytime and anywhere.Kebutuhan sistem informasi meliputi hampir semua bidang kehidupan. Informasi yang akurat, cepat, serta relevan sangat dibutuhkan dalam organisasi. Namun pada kenyataannya, karena kurang atau terbatasnya penggunaan sistem informasi terkadang tidak sinkron dengan keinginan serta harapan yang ingin diwujudkan. SMK Bina Sriwijaya merupakan sekolah yang memiliki jurusan Administrasi Perkantoran, Akuntansi Komputer, Teknik Komputer Jaringan, Akomodasi Perhotelan yang perlu mengembangkan teknologi informasi yang dapat menggunakan Website untuk komunikasi antara siswa, Guru Bimbingan Konseling dan orang tua. Sistem Pelaporan pelanggaran siswa pada sekolah saat ini masih secara manual atau offline sehingga orang tua dan guru Bimbingan Konseling masih kesulitan unutk menindaklanjutik setiap pelangganran siswa. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan untuk memberikan pendampingan kepada siswa, operator website, guru Bimbingan Konseling dan perwakilan dari orang tua untuk penggunaan Sisterm Informasi Berbasis Website sehingga bisa di gunakan kapan saja dan dimana saja

    Kajian Etnofisika Gerabah Langkat

    No full text
    Ethnophysics is part of ethnoscience which studies and presents the relationship between physical knowledge and culture. The knowledge of physics regarding the matter of force and heat is a complex material and is widely applied in everyday life. However, some students do not like physics subjects, especially in the material of force and heat because there are many physics equations that make students bored to memorize. Therefore it is necessary to have a strategy for presenting physics material so that it is comfortable and liked by students. One of them is by being connected to the local culture. This study aimed to explore the making of Langkat pottery as a local wisdom in North Sumatra which can be used as a medium for learning physics. The research method used was descriptive qualitative with data collection techniques through observation, questionnaires and interviews. The data obtained were then analyzed, verified, and reduced then constructed into scientific knowledge and interpreted into physics concepts in class X high school physics learning. The results showed that the process of making Langkat pottery could be used as a medium for learning physics on force and heat.Etnofisika merupakan bagian dari etnosains yang mempelajari dan menyajikan keterkaitan pengetahun fisika dengan budaya. Materi gaya dan kalor merupakan materi yang kompleks dan banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun sebagian siswa tidak menyukai mata pelajaran Fisika khususnya pada materi gaya dan kalor dikarenakan terdapat banyak persamaan fisika yang membuat siswa jenuh untuk menghafal. Oleh karena itu perlu adanya strategi menampilkan materi fisika agar nyaman dan disukai oleh siswa. Salah satunya dengan dihubungkan ke dalam budaya lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsep-konsep fisika yang terdapat pada pembuatan gerabah Langkat Sumatera Utara yang ditemukan oleh para peneliti. Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengambilan data melalui observasi, angket dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis, diverifikasi, dan direduksi kemudian dikontruski ke pengetahuan ilmiah dan diintepretasikan ke konsep fisika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kajian etnofisika yang terdapat pada proses pembuatan gerabah langkat adalah pada saat pembentukan gerabah dapat dikaji konsep gaya dan gerak, elastisitas, suhu dan kalor

    Can the Merdeka Belajar curriculum really improve students’ reading literacy?

    Get PDF
    Merdeka Belajar curriculum is the brand-new curriculum implemented in Indonesia in response to the low reading literacy of students. Many discussed the features and the implementation of the Merdeka Belajar curriculum and claim that implementing the current curriculum is effective in improving students' reading literacy due to its features, such as simpler yet in-depth materials and flexible time for learning outcome accomplishment; however, there is not yet any empirical evidence provided to prove the claim. This descriptive research was undertaken to provide empirical evidence of that claim as the curriculum has just been implemented. Twelve teachers across senior high schools in West Sumatera were willingly involved in this study. The data were collected through a written interview, in which the teachers answered ten relevant questions. Their responses about the implementation of the Merdeka Belajar curriculum were analyzed qualitatively. The findings established new facts that answered the research question from the teachers' point of view. First, compared to the 2013 curriculum implementation, they did not only see the implementation of the Merdeka Belajar curriculum as advantageous but also disadvantageous. Even few of them found it run-of-the-mill. Second, when implementing the current curriculum, the teacher developed strategies to increase students' reading literacy and interest. They began by supplying multiple materials, designing fun but exhaustive learning instructional activities, varying the assessments, and building reading corners with captivating books to read. Third, after a year of implementation, the students' reading literacy tended to stay the same, even though it did improve a little for some students. These were because the teachers still experienced problems regarding curriculum, school, and time. In summary, implementing the Merdeka Belajar curriculum cannot improve students' reading literacy

    Pemanfaatan Pemanfaatan Kelimpahan Biomassa Eceng Gondok Rawapening sebagai Bahan Baku Briket Arang Campuran Tempurung Kelapa

    No full text
    The aim of the research is to develop charcoal briquettes made from a mixture of water hyacinth and coconut shells. This research approaches product development with stages: selecting raw materials, drying raw materials, charring, cleaning charcoal from impurities, making charcoal powder, binding charcoal powder, pressing and printing, and drying briquettes and characterization of the results. The equipment used includes: digital balance, ruler, vernier caliper, pressing and printing tools, oven, drum as a container for processing raw materials, smoothing or grinding tools, 80 mesh sieve, and LPG cylinder and stove. The ingredients used are water hyacinth (Eichhornia crassipes), coconut shell, starch or tapioca flour, and water. This research produced samples of 4 types of percentage composition composition between coconut shell and water hyacinth composition I (0% : 90%); II (25% : 65%); III (45% : 45%); and IV (65% : 25%) with the same percentage of adhesive for each composition, namely 10%. Compositions IV, III, II, and I show density values in order from largest to smallest, namely 0.5474 g/cm3; 0.5448 g/cm3; 0.4761 g/cm3; and 0.4126 g/cm3. Compositions II, III, I, and IV show the water content values in order from smallest to largest, namely 7.7556%; 7.8040%; 8.0366%; and 9.6544%. Compositions III, IV, II, and I show the combustion rate values in order from largest to smallest, namely 0.335 g/minute; 0.255 g/min; 0.230 g/min; and 0.202 g/min. Recommended ongoing research with the aim of optimizing the results of international standard charcoal briquettes; and expanding its usefulness, both for energy needs, supporting community economic growth as well as for environmental conservation. Keywords: Charcoal briquettes, coconut shells, water hyacinth  Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan briket arang berbahan baku campuran eceng gondok dan tempurung kelapa. Penelitian ini berpendekatan pengembangan produk dengan tahapan: pemilihan bahan baku, pengeringan bahan baku, pengarangan, pembersihan arang dari pengotor, pembuatan serbuk arang, pengikatan serbuk arang, pengepresan dan pencetakan, dan pengeringan briket serta karakterisasi hasil. Peralatan yang digunakan antara lain: neraca digital, penggaris, jangka sorong, alat pengepresan dan pencetakan, oven, drum sebagai wadah pengarangan bahan baku, alat penghalus atau penggerus, ayakan 80 mesh, dan tabung dan kompor LPG. Bahan yang digunakan adalah eceng gondok (Eichhornia crassipes), tempurung kelapa, tepung kanji atau tepung tapioka, dan air. Penelitian ini menghasilkan sampel sebanyak 4 jenis komposisi perbandingan persentase antara tempurung kelapa dengan eceng gondok komposisi I (0% : 90%); II (25% : 65%); III (45% : 45%); dan IV (65% : 25%) dengan persentase bahan perekat sama tiap komposisi, yakni 10%. Komposisi IV, III, II, dan I menunjukkan nilai densitas secara urut mulai terbesar hingga terkecil, yakni 0,5474 g/cm3; 0,5448 g/cm3; 0,4761 g/cm3; dan 0,4126 g/cm3. Komposisi II, III, I, dan IV menunjukkan nilai kadar air secara urut mulai terkecil hingga terbesar, yakni 7,7556%; 7,8040%; 8,0366%; dan 9,6544%. Komposisi III, IV, II, dan I menunjukkan nilai laju pembakaran secara urut mulai terbesar hingga terkecil, yakni 0,335 g/menit; 0,255 g/menit; 0,230 g/menit; dan 0,202 g/menit. Direkomendasikan penelitian berkelanjutan dengan tujuan untuk mengoptimalkan hasil briket arang berstandar internasional; dan memperluas kebermanfaatan, baik bagi kebutuhan energi, mendukung pertumbuhan perekekonomian masyarakat sekaligus bagi konservasi lingkungan

    Studi Studi Profil Awan Konvektif Penyebab Hujan Es Di Jakarta Dengan Menggunakan Radar Cuaca (Studi Kasus Hujan Es Di Jakarta 17 Desember 2022)

    Get PDF
    On December 17th 2022 there was hail in the Jakarta area. This phenomenon is unique and rarely occurs in the Equator region. This research was carried out by analyzing the profile of the convective clouds that produce hail using weather radar data. Data analysis was carried out by looking at factors from global, regional and local atmospheric conditions that caused the convective system to occur in Jakarta on that date. Then analyze the convective cloud structure that causes hail and estimate the probability of hail events based on ZHAIL products from weather radar. The hail that occurred in Jakarta was caused by convective clouds which occurred due to fairly unstable atmospheric conditions and was supported by weather factors on a global and regional scale. This results in the formation of cumulonimbus clouds with a strong updraft mechanism, characterized by the presence of a weak echo region (WER) and overhang echo (OE) during the cloud growth phase. Then, in the mature phase, the ice particles contained in the cumulonimbus cloud are quite large as indicated by the three body scatter spike (TBSS) pattern. The ZHAIL product shows that there is a chance of hail that is detected since the growth phase of the convective cloud and this condition consistently persists until just before the convective cloud produces hail. When hail occurs, the probability value of the hail event based on the ZHAIL product in this case study actually decreases and disappears in the radar image at a later time.Pada 17 Desember 2022 terjadi hujan es di wilayah Jakarta. Fenomena ini tergolong unik dan jarang terjadi di wilayah Equator. Penelitian ini dilakukan dengan meganalisis profil dari awan konvektif yang menghasilkan hujan es tersebut dengan menggunakan data radar cuaca. Dalam analisis data dilakukan dengan melihat faktor dari kondisi atmosfer secara global, regional, hingga lokal yang menyebabkan terjadinya sistem konvektif di Jakarta pada tanggal tersebut. Kemudian analisis dari struktur awan konvektif penyebab hujan es serta estimasi dari peluang kejadian hujan es berdasarkan produk ZHAIL dari radar cuaca. Hujan es yang terjadi di Jakarta disebabkan oleh adanya awan konvektif yang terjadi akibat kondisi atmosfer yang cukup labil dan didukung oleh faktor cuaca skala global maupun regional. Hal tersebut mengakibatkan terbentuknya awan cumulonimbus dengan mekanisme updaft yang kuat, ditandai dengan adanya weak echo region (WER) dan overhang echo (OE) ketika fase pertumbuhan awan. Kemudian pada fase matang, partikel es yang terkandung di dalam awan cumulonimbus berukuran cukup besar yang ditunjukkan oleh pola three body scater spike (TBSS). Produk ZHAIL menunjukkan adanya peluang terjadinya hujan es yang terdeteksi sejak fase pertumbuhan awan konvektif dan kondisi tersebut konsisten bertahan hingga menjelang awan konvektif tersebut menghasilkan hujan es. Ketika hujan es terjadi, nilai peluang dari kejadian hujan es berdasarkan produk ZHAIL pada studi kasus ini justru menurun dan hilang di citra radar di waktu selanjutnya

    Uji Efektivitas Modifikasi Kitosan dari Cangkang Bekicot dan Pektin Kulit Jeruk Kalamansi sebagai Edible Coating Penghambat Pembusukan Buah Tomat

    Get PDF
    Tomat termasuk buah klimaterik yang cepat masak ketika sudah matang. Buah tomat banyak ditemukan di pasar-pasar baik pasar tradisional maupun pasar modern dan harganya yang relatif murah. Buah dan sayuran memiliki sifat yang tidak dapat bertahan lama jika disimpan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian edible coating berbahan aktif kitosan dari cangkang bekicot dan pektin dari kulit jeruk kalamansi terhadap lama penyimpanan buah tomat.  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan sebanyak empat taraf dan tiga pengulangan. Variabel terikat adalah lama penyimpanan. Percobaan dilakukan dengan ulangan tiga kali, sehingga akan diperoleh unit percobaan sebanyak 12 unit. Takaran dalam membuat edible coating dari cangkang bekicot dan ekstrak kulit jeruk kalamansi dibuat dengan perbandingan masing-masing 1:0; 0:1; 1:1; 2:1; dan 1:2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan edible coating berpengaruh nyata terhadap tekstur, warna, bentuk, dan aroma pada tomat. Kandungan edible coating yang paling berpengaruh yaitu pada perlakuan 2:1 (P2K1) dimana pada  perlakuan ini tomat dapat tahan sampai pada 29 hari.Tomat termasuk buah klimaterik yang cepat masak ketika sudah matang. Buah tomat banyak ditemukan di pasar-pasar baik pasar tradisional maupun pasar modern dan harganya yang relatif murah. Buah dan sayuran memiliki sifat yang tidak dapat bertahan lama jika disimpan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian edible coating berbahan aktif kitosan dari cangkang bekicot dan pektin dari kulit jeruk kalamansi terhadap lama penyimpanan buah tomat.  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan sebanyak empat taraf dan tiga pengulangan. Variabel terikat adalah lama penyimpanan. Percobaan dilakukan dengan ulangan tiga kali, sehingga akan diperoleh unit percobaan sebanyak 12 unit. Takaran dalam membuat edible coating dari cangkang bekicot dan ekstrak kulit jeruk kalamansi dibuat dengan perbandingan masing-masing 1:0; 0:1; 1:1; 2:1; dan 1:2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan edible coating berpengaruh nyata terhadap tekstur, warna, bentuk, dan aroma pada tomat. Kandungan edible coating yang paling berpengaruh yaitu pada perlakuan 2:1 (P2K1) dimana pada  perlakuan ini tomat dapat tahan sampai pada 29 hari

    Comparison of the Quality of Physical Fitness of Elementary School Students in Cities and Villages based on Geographical Location

    Get PDF
    This study aims to investigate differences in the quality of physical fitness of students in cities and villages, which are influenced by geographical location and different daily activities. The research method used was quantitative descriptive with a population and sample of 160 people. The data analysis technique applied is the Mann-Whitney Test. The results showed quantitatively significant differences between the two groups, with the average difference showing that fitness in villages reached 5.42 compared to students in cities. This indicates that the group of students in the village has a higher level of fitness than the group of students in the city. The fitness assessment using the Indonesian Physical Fitness Test (TKJI) category shows that students in the city are in the Medium fitness category, while students in the village are in the Good fitness category. The findings illustrate that more active physical activity in villages may be the cause of the difference. Students in villages tend to have a more active lifestyle, engaging in physical activities such as walking, running, and jumping, while students in cities tend to spend their free time playing with gadgets. In conclusion, the results of this study support the view that geographical factors and daily activities affect students' fitness levels, with implications for TKJI categories that indicate better fitness levels in villages than cities

    9,513

    full texts

    10,433

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Open Journal System (OJS) Universitas Bengkulu is based in Indonesia
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇