POLITEKNIK KAPUAS HULU

Kabupaten Kapuas Hulu memiliki potensi yang besar untuk perkembangan dan kemajuan daerah yaitu pada sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.  Potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan potensi ini memerlukan keahlian yang mengarah kepada keempat sektor tersebut. Salah satu cara untuk mengembangkan keahlian ini adalah melalui pendidikan, terutama pendidikan vokasi yaitu politeknik. Politeknik merupakan pendidikan profesional yang diarahkan pada kesiapan penerapan keahlian tertentu. Politeknik memberikan pengalaman belajar dan latihan yang memadai untuk membentuk kemampuan profesional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Perancangan Politeknik Kapuas Hulu harus dapat memenuhi sistem pendidikan ini. Konsep integritas dan harmoni diterapkan pada lokasi perancangan yaitu dengan penarikan garis sumbu dari persimpangan jalan sampai ke ujung site dikarenakan lokasi yang tidak beraturan sehingga kawasan tersebut harus formil dan satu kesatuan. Fasilitas yang ada pada Politeknik Kapuas Hulu di antaranya auditorium, perpustakaan, gedung rektorat, gedung kuliah, laboratorium, lapangan praktek, masjid, kantin, lapangan olahraga, taman, rumah kaca dan gazebo. Perletakan gedung rektorat berada di tengah site yang membentuk hirarki dari kawasan dan lahan praktek yang berada di belakang gedung kuliah yang tersusun berdasarkan penarikan garis sumbu sehingga menghasilkan harmoni dari kawasan Politeknik Kapuas Hulu. Kata kunci: Kapuas Hulu, Politeknik, Harmoni dan Integrita

Covid-19 : Changement organisationnel et défis de la résilience

La revue de la littérature suggère que certains facteurs suggérés dans la littérature comme composants de la résilience organisationnelle sont des sources contribuant à l'émergence de la résilience dans les organisations. Cette étude propose un cadre intégratif pour la résilience organisationnelle et introduit un nouveau concept de résultat du changement organisationnelle. Les sources de résilience organisationnelle sont classées en position perceptive, intégrité contextuelle, capacité stratégique et résilience des individues, et la résilience organisationnelle conduit à l'évolutivité organisationnelle comme son résultat. Ce papier vise, aussi, à examiner comment la littérature existante est ou n'est pas reflétée dans les efforts actuels de changement liés à Covid-19 dans les organisations, en mettant l’accent sur l'évaluation des besoins de changement, la préparation et la capacité de changement, les objectifs de changement et les tactiques de changement

KAJIAN AKSESIBILITAS PERDESAAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN STRATEGIS NASIONAL PARALEL PERBATASAN YANG TEPAT SASARAN DAN TERINTEGRASI (STUDI KASUS DESA-DESA YANG DI LINTASI DI KECAMATAN KETUNGAU HULU)

Kehidupan masyarakat kawasan perbatasan negara di Kecamatan Ketungau Hulu kesulitan  ekonomi telah lama dirasakan, ditambah semakin sulitnya masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk mengurangi beban masyarakat miskin pemerintah semakin memfokuskan pembangunan infrastruktur di kawasan perbatasan negara.Penelitian ini menggunakan metode IRAP, yang merupakan prosedur perencanaan yang telah terekomendasi yang mampu menjawab kebutuhan akses riil penduduk desa. Ada 4 (empat) tahap analisis yang dilakukan yaitu : (1) penetapan indikator aksesibilitas, (2) penetapan bobot indikator, (3) perhitungan nilai aksesibilitas, dan (4) penentuan dusun dan sektor prioritas. Metode survei yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan kuisioner sebagai alat penentuan nilai indikator dan kuisioner penentuan bobot indikator.Hasil kajian analisis tentang beberapa variabel yang dianggap berpengaruh dalam peningkatan kualitas jalan terhadap pengembangan kawasan pasar, maka dapat disimpulkan bahwa, aksesibilitas lebih mudah dan sangat berpengaruh setelah investasi infrastruktur jalan strategis nasional paralel perbatasan.Analisa penelitian menyimpulkan bahwa tingkatan nilai aksesibilitas pada sektor - sektor aksesibilitas Desa Sungai Bugau dari perioritas tertinggi sampai pada prioritas terendah adalah sebagai berikut sektor Pasar  (5,2404), Pendidikan (5,0302), Air Bersih (4,8333), Pertanian (3,3735), Perkebunan (2,1988), Kesehatan (2,2166), Transportasi (1,0230).Nilai aksesibilitas di Desa Sungai Bugau terbesar kedua sektor Pendidikan yaitu 5,8625, dan terbesar ketiga sektor Air Bersih yaitu 4,8333. Di Desa Sepiluk sektor Air Bersih nilai aksesibiltasnya 4,9851, sektor Pendidikan 4,5664, dan sektor Kesehatan 4,2670, sehingga perlu mendapat penanganan dan intervensi.Ada  tiga analisis klasifikasi, yaitu aksesibilitas fasilitas, aksesibilitas sarana dan aksesibilitas prasarana. Berdasarkan perbandingan nilai aksesibilitas antara komponen fasilitas, sarana dan prasarana untuk semua sektor maka pada 10 desa kajian tersebut di ketahui bahwa memprioritaskan pembangunan prasarana pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat di Kecamatan Ketungau Hulu. Kata Kunci : Manfaat, IRAP, Aksesibilitas

La technologie digitale et la profession d’audit : Quel impact ?

The purpose of this article is to take stock of the auditing profession in the age of digital technology and explain how it can improve the quality of the auditing profession. To this end, we have conducted a qualitative approach by interview guide with auditors from major audit firms (Big 4 and Mazars) and emerging audit firms in Morocco. Data analysis is performed through thematic analysis. Our research results show that digital technology through its Blockchain, Artificial Intelligence and Big Data Analytics models can improve the quality of the audit, while making it possible to evaluate the audit offer, to develop new services of audit firms and redefine the profile of auditors in the future. Thus, some predictions from this study concerning future audit practices include an increasing automation of audit procedures, time management that guarantees high added value tasks and an increasingly global perspective on audit activities.   JEL Classification: H83 , L24, O14 Paper type: Empirical ResearchL’objet du présent article est de mettre le point sur la profession d’audit à l’ère de la technologie digitale et d’expliquer comment elle peut améliorer la qualité du métier d’audit. À cet effet, nous avons mené une approche qualitative par guide d’entretien avec des auditeurs des grands cabinets d’audit (Big 4 et Mazars) et des cabinets d’audit émergeants au Maroc. L’analyse des données est effectuée via une analyse thématique. Nos résultats de recherche démontrent que la technologie digitale à travers ses modèles de Blockchain, d’Intelligence Artificielle et du Big Data Analytics peut améliorer la qualité de l’audit, tout en permettant d’évaluer l’offre d’audit, de développer des   nouveaux services des cabinets d’audit et de redéfinir le profil des auditeurs dans le futur. Ainsi certaines prédictions issues de cette étude concernant les futures pratiques d'audit incluent une automatisation croissante des procédures d'audit, une gestion du temps qui garantit des tâches à forte valeur ajoutée et une perspective de plus en plus globale concernant les activités d'audit.   Classification JEL : H83 , L24, O14 Type du papier : Recherche Appliqué

The effect of market excess returns, size, market-to-book ratio and earnings yield on stock returns

This study investigates the effect of both Fama and French three-factor model (consisting of market excess returns, size and market-to-book ratio) and earnings yield on stock returns in companies listed on Bursa Efek Indonesia. The result shows that stock returns are not affected by only market excess returns but also by size and market-to-book ratio. Moreover, earnings yield helps the three-factor model to capture more variation in stock returns, suggesting that the involvement of earnings yield has improved the efficiency of the Fama and French three-factor model

Quels indicateurs pour un pilotage efficace des Ressources Humaines ?

The objective of setting up a steering system for the Human Resources function is to monitor and control its performance for greater efficiency. This study aims to demonstrate that relevant indicators are a necessary tool for this purpose. The first works on the measurement of human resources date back to the mid-1960s during Eric FLAMHOLTZ's experiments and since then, several approaches have emerged including the OFAI method (Objectives, Key Success Factor, Indicator) (Autissier and Simonin, 2009), which seems to be the most appropriate for our research context. Thus, to conduct this study, we chose to carry out a qualitative study, through semi-directive interviews given the specific context of our research, that of a company operating in the mining sector. The small size of our sample is justified by the fact that our methodological approach aims to understand the choice of actions taken by our decision-makers by taking into account the key success factors for each HR activity. The sample on which the observations and analyses are based is not representative of a statistical population, but of the object of the research. Our case study was subjected to a horizontal qualitative analysis, following a transcript of our interviewees' answers. Our content analysis reflects an idea of the overall perception of our interviewees on three axes, namely the perception of the interviewees on the HR indicators, the Mission of the occupied position, and the needs and expectations of the users. The results show that there is a close link between the activities of the TAMCA/OE Management and Development entity and the indicators constructed, and that the Key Success Factors make it possible to specify the actions to be taken by activity. These results can be useful for HR professionals to focus on the relevance of HR indicators and their impact on the performance of their function. The article ends with an opening on the contribution of the HR function at the strategic level, and the link between value creation and the HR function.   Keywords: Management, Human Resources Function, Indicators JEL Classification: J24 Paper type: Empirical researchmaitriser sa performance pour une meilleure efficacité de celle-ci. Cette étude vise à démontrer que les indicateurs pertinents sont un outil nécessaire à cet effet. Les premiers travaux sur la mesure des ressources humaines remontent au milieu des années 1960 lors des expérimentations d'Eric FLAMHOLTZ et depuis plusieurs approches ont émergées dont la méthode OFAI (Objectifs, Facteur clé de succès, Indicateur) (Autissier et Simonin, 2009), qui semble être la plus appropriée pour notre contexte de recherche. Ainsi, pour mener cette étude, nous avons choisi d'effectuer une étude qualitative, à travers des entretiens semi-directifs étant donné le contexte spécifique de notre recherche, celui d'une entreprise opérant dans le secteur des mines. La taille réduite de notre échantillon se justifie par le fait que notre approche méthodologique a pour dessein de comprendre le choix des actions entreprises par nos décideurs en tenant compte des facteurs clés de succès pour chaque activité RH. L’échantillon sur lequel portent les observations et les analyses n’est pas représentatif d’une population statistique, mais de l’objet de la recherche. Notre étude de cas a fait l’objet d’une analyse qualitative horizontale, et ce après une retranscription des réponses de nos interviewés. Notre analyse de contenu reflète une idée sur la perception globale de nos interviewés sur trois axes, notamment la perception des interviewés sur les indicateurs RH, la Mission du poste occupé, et les besoins et attentes des utilisateurs. Il en ressort qu’il y a lien étroit entre les activités de l’entité Management et Développement TAMCA/OE et les indicateurs construits, et que les Facteurs clés de succès permettent de préciser les actions à mener par activité. Ces résultats peuvent être utiles aux professionnels RH afin de porter leur attention sur la pertinence des indicateurs RH et son impact sur la performance de leur fonction. L’article se termine par une ouverture sur l'apport de la fonction ressources humaines au niveau stratégique, et le lien entre la création de valeur et la fonction RH.   Mots-clés : Pilotage, Fonction Ressources Humaines, Indicateurs Classification JEL : J24 Type de l’article : Recherche empiriqu

Identification, Abundance, and Chemical Characterization of Macro-, Meso-, and Microplastics in the Intertidal Zone Sediments of Two Selected Beaches in Sabah, Malaysia

This study aims to present the identification, abundance, and chemical characterization of plastics in the intertidal zone sediment of two selected beaches in Kota Kinabalu city, Sabah, Malaysia. Plastic debris was classified according to weight and size and was identified for its heavy metal concentrations and polymer types. Results showed that a higher abundance, by more than 2-fold of plastic debris was found in Kebagu beach (28.7 g) compared to ODEC, UMS (13.4 g). FTIR analysis showed that polypropylene (PP) and polyethylene (PE) were the dominant plastic polymers on both beaches, followed by polystyrene (PS) and polyethylene terephthalate (PET). Five heavy metals (arsenic, chromium, copper, zinc, and nickel) were detected from four types of plastics. The results showed that the concentration of Zn was higher in all four types of plastics on both beaches, with a range of 41 mg/kg–135.3 mg/kg, followed by Cr and As, while Ni was the lowest concentration detected in PE on both beaches: 5.6 mg/kg (ODEC) and 5.1 mg/kg (Kebagu stations). This study confirmed the presence of macro-, meso- and microplastics in both stations. Further studies remain necessary for a better understanding of the sources and fates of the pollutant in the marine environment. Findings from the studies of the Kota Kinabalu beaches have provided baseline data and a clearer understanding of the distribution of plastic debris. This demonstrates that commitments and actions are required to mitigate the potential risk to the ecological system and human health

Heimler Syndrome is Caused by Hypomorphic Mutations in the Peroxisome-Biogenesis Genes PEX1 and PEX6

Heimler syndrome (HS) is a rare recessive disorder characterized by sensorineural hearing loss (SNHL), amelogenesis imperfecta, nail abnormalities and occasional or late onset retinal pigmentation. We ascertained eight families with HS, and - using a whole exome sequencing approach - identified biallelic mutations in PEX1 or PEX6 in six of them. Loss of function mutations in both genes are known causes of a spectrum of autosomal recessive peroxisome biogenesis disorders (PBDs), including Zellweger syndrome. PBDs are characterized by leukodystrophy, hypotonia, SNHL, retinopathy, and skeletal, craniofacial, and liver abnormalities. We demonstrate that each HS family has at least one hypomorphic allele that results in extremely mild peroxisomal dysfunction. Although individuals with HS share some subtle clinical features found in PBDs, the overlap is minimal and the diagnosis was not suggested by routine blood and skin fibroblast analyses used to detect PBDs. In conclusion, our findings define Heimler syndrome as a mild PBD, expanding the pleiotropy of mutations in PEX1 and PEX6

PENERAPAN ASESMEN PORTOFOLIO DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA SMU TERHADAP MATEMATIKA : Suatu PenelitianTindakan Kelas dalam Pembelajaran Perbandingan Trigonometri dan Fungsi Trigonometri

Tidak ada abstra