901 research outputs found

    FUNGSI SENI PERTUNJUKAN RAKYAT DI DAERAH KEDU JAWA TENGAH

    Get PDF
    Abtract : This article examines the stream of folk arts at Kedu regency of the Central Java, beginning from its function as a private or public entertainment to ist political objective. Its existance is still needed by the local community that maintains its sustainability. The continuity of this folk art at Kedu regency is internally supported by the local community and externally by the government. Kedu people’s initiative to promote their arts is a local method to maintain and conserve their own folk arts

    ANALISIS PENGARUH KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP KEUNTUNGAN BANK

    Get PDF
    This research is limited to the problem of earning asset quality and loan interest rates in affecting bank profits. This analysis is measured by profitability ratios of ROE (Return On Equity) on the banks to go public on the Indonesian Stock Exchange in the period 2003­2008. The purpose of this study is to determine the effect of the proportion of quality in earning assets and interest rates of loans to bank profitability that listed in Indonesia Stock Exchange (BEI). The independent variables in this study is the quality in earning assets and interest rates on credit. Both of these variables investigated by partial effects (individual) and simultaneously (shared) to the dependent variable is profitability. Data from each variable were taken with the technical documentation by the end of the period during the years 2003­2008. Analisinyatechnique uses multiple linear regression. From the test results of significance test shows that the variable f earning asset quality and loan interest rates simultaneously significant effect on profitability as indicated by an f count 31.109> F table 4.050 at α = 5%. T test results showed that the quality in earning assets and the variable loan interest rate is partially a significant effect on profitability. Earning asset quality variable has a value of 2.729 t count> t table 1.9944 at α = 5%. While mortgage interest rates have t value 4.484> t table 1.9944 at α = 5%. Coefficient of determination (R ²) is 47.4%, this suggests quality in earning assets and the variable interest rate loans are able to explain 47.4% to 52.6%, while profitability is explained by other variables not included in this research model. From the whole analysis can be concluded that the greater the quality in earning assets and interest rates on loans will be greater the profitability of a ban

    PERAN GURU IPS DALAM MEMBENTUK KARAKTER SOSIAL SISWADI SMPNEGERI 1 CIGANDAMEKAR KABUPATEN KUNINGAN

    Get PDF
    RITA PRIHATINI Mengingat karakter sosial siswa masa sekarang mengalami penurunan. Siswa cenderung acuh dan tidak memperdulikan apa yang terjadi di sekitarnya. Permasalahan ini menjadi tugas dari guru, orang tua, dan pemerintah. Lembaga sekolah, dalam hal ini guru mempunyai tugas dalam pembentukan karakter sosial siswa. Salah satunya adalah melalui peranan guru IPS dalam proses pembelajaran dan keteladanan di kelas atau di luar kelas agar siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru IPS dalam membentuk karakter sosial siswa, faktor penghambat dan pendukung guru IPS dalam membentuk karakter sosial siswa, dan upaya guru IPS dalam membentuk karakter sosial siswa. Menurunnya nilai moral peserta didik menjadi sebuah masalah yang dihadapi pendidik dan menjadi tanggungjawab tenaga pendidikan, terutama guru IPS yang memiliki urgensi untuk membentuk karakter sosial siswa. Dalam hal ini guru IPS harus mampu menerapkan pendidikan berkarakter dalam pembelajaran IPS sehingga siswa memiliki karakter sosial dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menjelaskan tentang peran guru IPS dalam membentuk karakter sosial siswa di SMP Negeri 1 Cigandamekar Kabupaten Kuningan. Penelitian ini menggunakan teknik purpossive sampling yang menjadi subjek penelitian yaitu guru IPS, siswa, kepala sekolah, guru BK, guru PAI, guru bahasa inggris, dan guru pembina ekstrakurikurer. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data diperiksa dengan teknik triangulasi yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Hasil penelitian menjelaskan tentang peran guru IPS dalam membentuk karakter sosial siswa adalah guru sebagai model atau teladan, informator, organisator, inspirator, motivator, fasilitator, dan evaluator. Faktor penghambat pembentukan karakter sosial dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal. Faktor internal meliputi tidak adanya motivasi dalam diri siswa, ada motif untuk mencari perhatian, dan ingin menjadi jagoan. Dan faktor ekternal adalah lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, pergaulan atau teman sebaya, guru, dan media masa (internet dan tayangan televisi). Sedangkan faktor pendukung pembentukan karakter sosial siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi adanya motivasi dalam diri siswa, dan adanya motif untuk menjadi siswa teladan dan berprestasi. Dan faktor eksternal adalah lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, pergaulan atau teman sebaya, guru, iklim kultur sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan kultum (kuliah tujuh menit). Upaya guru IPS dalam membentuk karakter sosial siswa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan ekstrakurikuler. Nilai-nilai yang dibentuk guru IPS kepada siswa adalah sikap hormat, tanggungjawab, jujur, toleransi, disiplin, peduli sesama, kerjasama, berani dan demokratis. Kata Kunci : Peran guru, IPS, pembentukan karakter sosial PENGESAHA

    PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG KARTU KREDIT SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN AKIBAT KELALAIAN PEMBAYARAN TAGIHAN

    Get PDF
    Penggunaan kartu kredit yang sudah melampaui credit limit dengan transaksi di bawah floor limit, maka penerbit (bank) untuk pertama kalinya akan memberikan peringatan kepada pemegang kartu kredit agar tidak menggunakan kartu kredit yang melampaui credit limit, meskipun demikian pemegang kartu kredit mempunyai dana yang cukup. Apabila pelanggaran atas credit limit tersebut tetap dilakukan meskipun peringatan telah diberikan sebanyak tiga kali, maka issuer (bank) dapat membatalkan kartu tersebut dan memasukkannya ke dalam daftar hitam dan pemegang kartu kredit berkewajiban melunasi segala kewajibannya yang belum lunas; Untuk mengatasi seringnya pemegang kartu kredit terlambat dalam membayar tagihan rekeningnya, penerbit (bank) akan memberikan peringatan kepada pemegang kartu kredit. Dengan memberikan denda atas keterlambatan membayar rekening; Upaya atau langkah yang ditempuh bank untuk menanggulangi tindakan pengusaha melakukan pemberian harga yang lebih tinggi pada pemegang kartu kredit adalah : Bank untuk pertama kalinya akan memberikan peringatan kepada pengusaha agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar tersebut. Apabila perbuatan pemecahan transaksi masih tetap dilakukan oleh pengusaha, maka penerbit (bank) selanjutnya akan memberikan sanksi. Upaya terakhir yang dilakukan oleh penerbit (bank) adalah pembatalan/pemutusan perjanjian

    Peningkatan Hasil Belajar Fisika pada Materi Momentum dan Impuls dengan Metode Bridge Concept Kelas X TPM 1 SMK N 1 Blora

    Get PDF
    Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar fisika pada materi momentum dan impuls bagi peserta didik kelas XTPM1 SMKN 1 Blora melalui penerapan teknik bridge concept pada pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari satu pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XPM1 SMKN 1 Blora. Analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif. Pembelajaran awal diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar khususnya pada materi momentum dan impuls. Namun kenyataannya peserta didik kurang aktif, motivasi belajar rendah, dan hasil belajar siswa masih rendah. Pada kondisi awal peserta didik yang tuntas mengikuti pembelajaran sesuai KKM 76, hanya 7 peserta (22%), sedangkan yang belum tuntas 25 peserta (78%). Pada siklus I didapat hasil dari 32 peserta didik yaitu 22 peserta tuntas (69%) dan 10 peserta belum tuntas (31%). Pada siklus II di dapat hasil dari 32 peserta didik yaitu 29 peserta tuntas (91%) dan 3 peserta didik belum tuntas (9%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan teknik bridge concept pada pembelajaran fisika materi momentum dan impuls dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XTPM1 SMKN 1 Blora.Kata Kunci: hasil belajar fisika, momentum dan impuls, bridge concep

    Perbedaan Perkembangan Motorik Balita di Bawah Asuhan Keluarga dan Taman Penitipan Anak (TPA) di Pondok Pesantren Assalaam Sukoharjo

    Get PDF
    Latar Belakang: Periode penting tumbuh kembang anak adalah masa balita karena pada masa ini terdapat pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya termasuk perkembangan motorik. Pengalaman interaksi di keluarga menentukan pola dan tingkah laku anak dalam masyarakat. Namun semakin meningkatnya taraf pendidikan, semakin banyak pula ibu yang bekerja sehingga banyak anak yang dititipkan di TPA (Taman Penitipan Anak). Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan perkembangan motorik balita di bawah asuhan keluarga dengan yang dititipkan di TPA. Metode Penelitian: Merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang membandingkan balita yang diasuh keluarga dan yang dititipkan di TPA. Sampel terdiri dari 18 balita yang diasuh keluarga dan 21 balita dititipkan di TPA Pondok Pesantren Assalaam Sukoharjo. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan tes denver. Hasil Penelitian: Setelah dilakukan analisis data menggunakan uji Fisher didapatkan nilai p=0,04 untuk hasil penelitian pada perkembangan motorik halus balita. Dan nilai p=0,58 untuk perkembangan motorik kasar. Kesimpulan: Terdapat perbedaan perkembangan motorik halus balita yang diasuh keluarga dengan yang dititipkan di TPA, dengan kata lain H1 diterima. Sedangkan untuk perkembangan motorik kasar balita pada penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara balita yang diasuh keluarga dengan yang dititipkan di TPA, yang artinya H1 ditolak

    PERANAN PENYIDIK TERHADAP PERLINDUNGAN KORBAN KEJAHATAN DALAM PROSES PENYELESAIAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN

    Get PDF
    Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat perhatian di kalangan masyarakat. Seringkali kita temui baik di media cetak maupun media elektronik diberitakan terjadi tindak pidana perkosaan. Tindak pidana perkosaan selalu menjadikan perempuan khususnya sebagai korban. Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengungkap bagaimana korban diperlakukan selama proses penyidikan dan apa saja upaya yang diberikan oleh penyidik dalam rangka melindungi korban tindak pidana perkosaan. Dalam ketentuan perundang-undangan yang ada di Indonesia, peraturan tentang perlindungan korban khususnya korban perkosaan dirasa masih kurang disbanding dengan perlindungan yang diberikan kepada pelaku. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya bentuk perlindungan yang diberikan kepada perlaku dari awal pelaku dipanggil, diperiksa, hingga kasus dilimpahkan ke pengadilan pun bentuk perlindungan terhadap perlaku itu pasti ada. Sedangkan perlindungan terhadap korban dikemas dengan sangat minim bahkan tidak diakomodir oleh KUHAP. Adapun pemberian perlindungan dari penyidik yakni berawal dari penerimaan laporan, proses penyidikan hingga diserahkannya berkas kepada penuntut umum itu dapat dianggap sebagai bentuk perlindungan terhadap korban tindak pidana perkosaan. Secara nyata perlindungan itu berbentuk ditangani pemeriksaan oleh Polisi Wanita, adanya Ruang Pelayanan Khusus, dihadirkannya ahli jika korban membutuhkan, dihadirkannya pendamping dan penerjemah apabila korban difabe

    Pengembangan Model Penilaian Akhlak Peserta Didik Madrasah Aliyah.

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model penilaian akhlak peserta didik yang terdiri atas perangkat instrumen pengukuran dan sistem penilaian akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah. Konstruk akhlak peserta didik dikembangkan berdasarkan konsep akhlak sebagai konsep religiousity yang mengadopsi aspek ritualistic dan consequences dari Glock and Stark (1966). Penelitian pengembangan ini melalui tahapan preliminary study, main field test, dan operational field test. Pengumpulan data menggunakan metode self report (lapor diri), dan observasi tak langsung (indirect observation) dengan responden 291 orang peserta didik dan 26 guru di enam Madrasah Aliyah negeri dan swasta di daerah kabupaten dan kota Tangerang. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Populasi penelitian ini adalah madrasah aliyah (MA) non boarding (tidak berasrama) di Banten. Analisis diskriptif kualitatif dilakukan setelah dilakukan proses communication value dan menguji readability. Validasi instrumen meliputi face validity dan content validity (melalui FGD dan expert judgment) serta validasi konstruk menggunakan analisis konfirmatori (CFA). Estimasi reliabilitas instrumen menggunakan formula Alpha Cronbach dan reliabilitas inter rater dilakukan terhadap rater dari instrumen dengan teknik korelasi Pearson dan koefisien Kappa. Tingkat stabilitas instrumen ditentukan dengan teknik test re-test dengan waktu jeda (delay time) 3 minggu. Hasil penelitian ini adalah : (1) Model penilaian akhlak peserta didik Madrasah Aliyah terdiri dari model pengukuran dan sistem penilaian akhlak peserta didik. (2) Model pengukuran akhlak peserta didik mencakup dimensi akhlak kepada Allah, akhlak kepada Nabi Muhammad saw, akhlak kepada orangtua, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada guru, akhlak kepada teman/tetangga/masyarakat, dan akhlak kepada lingkungan. (2) Hasil analisis konfirmatori menunjukkan model konstruk tiap dimensi akhlak dengan butir gender maupun non-gender seluruhnya cocok dengan model yang dihipotesiskan ((χ2 = 254.93; (p) = 0.06988 dan RMSEA = 0.048). (3) Pengukuran akhlak menggunakan empat instrumen yaitu instrumen IA, IB, IIA dan IIB. Reliabilitas internal instrumen IA dengan rater dirinya sendiri berkisar antara 0.865 – 0.921 (tinggi); reliabilitas interrater teman dengan guru akhlak memiliki rerata koefisien korelasi 0.851 (tinggi) dan reliabilitas interater guru konseling dengan guru bidang studi lain memiliki rerata koefisien korelasi 0.866 (tinggi) dan koefisien Cohens’ Kappa diperoleh hasil 0.770 dan 0.713 (sangat baik). Stabilitas instrumen IA, IB, IIA dan IIB menunjukkan tingkat stabilitas yang baik sampai sangat baik yaitu antara 0.715 sampai 0.858. (4) Berdasarkan hasil pengujian kualitas tiap instrumen disimpulkan bahwa ke empat buah instrumen dapat digunakan sebagai instrumen untuk model penilaian akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah. Sistem penilaian yang merupakan bagian dari pengembangan model setelah disimulasikan dan dikonfirmasi ke salah satu Madrasah Aliyah menyatakan bahwa 90 % hasilnya sesuai dengan performansi akhlak siswa yang dinila

    PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS 20.000 TON PER TAHUN

    Get PDF
    Perancangan pabrik etil asetat dengan proses esterifikasi ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan etil asetat dalam negeri dan tidak menutup kemungkinan untuk diekspor. Etil asetat dibuat dari bahan baku asam asetat dan etanol dengan katalis asam sulfat. Pabrik etil asetat dari asam asetat dan etanol dirancang dengan kapasitas 20.000 ton per tahun. Pabrik beroperasi kontinyu selama 330 hari per tahun. Proses pembuatan etil asetat dilakukan di dalam Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) . Reaksi berlangsung pada fase cair, reversible, eksotermis dengan reaktor bekerja secara non adiabatis isothermal pada suhu 80ºC dan tekanan 1 atm. Untuk memurnikan etil asetat dilakukan dengan proses distilasi dan proses dekantasi sehingga diperoleh produk etil asetat dengan kadar 99 %. Etil asetat yang dihasilkan disimpan dalam tangki penyimpan dalam fase cair dan siap dipasarkan. Pabrik ini membutuhkan bahan baku asam asetat sebanyak 13.871,52 ton per tahun dan etanol sebanyak 11.483,47 ton per tahun serta asam sulfat sebanyak 2.892,04 ton per tahun. Utilitas meliputi penyediaan air dari air sungai, kebutuhan air sebanyak 320.760 m³ per tahun, steam sebanyak 49.778,23 ton per tahun, bahan bakar sebanyak 8877,27 m3 per tahun, dan listrik sebesar 2.339.991,51 kW per tahun. Pabrik direncanakan didirikan di daerah Gresik, Jawa Timur dengan luas tanah 1,5 Ha dengan jumlah karyawan sebanyak 97 orang. Dari hasil analisis ekonomi, pabrik etil asetat ini membutuhkan modal tetap sebesar Rp. 83.607.747.184,45 dan modal kerja sebesar Rp. 34.594.449.190,31. Keuntungan sebelum pajak sebesar Rp. 46.706.189.876,23 per tahun. Keuntungan sesudah pajak sebesar Rp. 32.694.332.913,36 per tahun. Analisis kelayakan ini memberikan hasil bahwa Percent Return On Investment (ROI) sebelum pajak sebesar 55,86 % dan setelah pajak sebesar 39,10 %. Pay Out Time (POT) sebelum pajak sebesar 1,52 tahun sedangkan setelah pajak sebesar 2,04 tahun. Break Even Point (BEP) sebesar 41,72 % kapasitas, dan Shut Down Point (SDP) sebesar 29,31 % kapasitas. Discounted Cash Flow (DCF) sebesar 27,9 %. Berdasarkan data di atas maka pabrik etil asetat dari asam asetat dan etanol ini layak untuk dikaji lebih lanjut

    Word Association and Its Function at the Constituent Understanding on the Language Learning

    Get PDF
    This paper aimed at describing word association and its function at the constituent understanding on the language learning. Word association is a relation between a word with other words because of the semantic relationship. A word association test appears when there is a stimulus word and someone mentions a response word that comes to mind firstly based on the stimulus word. The response words show someone’s mental lexicon as a result of language acquisition and language learning. Word associations can be used in the process of understanding constituents (linguistic units) with word association tests, they are (1) words, (2) phrases, and (3) sentence patterns. In word constituent learning, word association tests are carried out by asking questions so that the result can show the semantic networks of words that are classified by word type. Phrase constituent learning is also held by asking questions, but response words are included before or after the stimulus word so that these words form a phrase. Meanwhile, sentence constituent learning is held by presenting words that are located as predicate and then asking questions that bring up the subject, object, complement, or additional information that accompany the predicate. With this method, students do not only learn constituents as units that have levels from small (words) to large ones (sentences), but also understand that constituents have a patterned and interconnected system.   Keywords: word associations, constituents, language learnin
    • …
    corecore