15 research outputs found

    Consanguinity and reproductive health among Arabs

    Get PDF
    Consanguineous marriages have been practiced since the early existence of modern humans. Until now consanguinity is widely practiced in several global communities with variable rates depending on religion, culture, and geography. Arab populations have a long tradition of consanguinity due to socio-cultural factors. Many Arab countries display some of the highest rates of consanguineous marriages in the world, and specifically first cousin marriages which may reach 25-30% of all marriages. In some countries like Qatar, Yemen, and UAE, consanguinity rates are increasing in the current generation. Research among Arabs and worldwide has indicated that consanguinity could have an effect on some reproductive health parameters such as postnatal mortality and rates of congenital malformations. The association of consanguinity with other reproductive health parameters, such as fertility and fetal wastage, is controversial. The main impact of consanguinity, however, is an increase in the rate of homozygotes for autosomal recessive genetic disorders. Worldwide, known dominant disorders are more numerous than known recessive disorders. However, data on genetic disorders in Arab populations as extracted from the Catalogue of Transmission Genetics in Arabs (CTGA) database indicate a relative abundance of recessive disorders in the region that is clearly associated with the practice of consanguinity

    Mechanism linking diabetes mellitus and obesity

    No full text
    Abdullah S Al-Goblan,1 Mohammed A Al-Alfi,1 Muhammad Z Khan2 1Diabetes Center, King Fahad Specialist Hospital, Buraidah, Qassim, Kingdom of Saudi Arabia; 2Sulaiman AlRajhi Colleges, Al Bukairiyah, Kingdom of Saudi Arabia Abstract: Body mass index has a strong relationship to diabetes and insulin resistance. In obese individuals, the amount of nonesterified fatty acids, glycerol, hormones, cytokines, proinflammatory markers, and other substances that are involved in the development of insulin resistance, is increased. The pathogenesis in the development of diabetes is based on the fact that the β-islet cells of the pancreas are impaired, causing a lack of control of blood glucose. The development of diabetes becomes more inevitable if the failure of β-islet cells of the pancreas is accompanied by insulin resistance. Weight gain and body mass are central to the formation and rising incidence of type 1 and type 2 diabetes. This literature review will demonstrate the facts that link obesity with insulin resistance and pancreatic β-cell dysfunction. In conclusion, new approaches in managing and preventing diabetes in obese individuals must be studied and investigated based on the facts. Keywords: diabetes mellitus, obesity, insulin resistanc

    Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Mangrove di Desa Daun Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik.

    No full text
    Kawasan pesisir merupakan kawasan yang memiliki potensi yang sangat tinggi salah satunya yaitu ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove memiliki banyak sekali fungsi, seperti fungsi fisik, fungsi ekologi, fungsi kimia dan fungsi ekonomi. Sebagai salah satu fungsi ekonomi, ekosistem mangrove banyak dijadikan sebagai tempat ekowisata. Konsep ekowisata sendiri sudah mulai populer pada awal 1990-an. Selain berfungsi untuk meningkatkan perekonomian ekowisata mangrove juga merupakan sebuah upaya untuk melakukan konservasi. Salah satu Desa yang memiliki ekosistem mangrove yang telah dikembangkan menjadi ekowisata adalah Dusa Daun. Desa Daun memiliki ekosistem mangrove seluas 60,39 ha dengan berbagai macam jenis mangrove dan biota hidup di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan daya dukung kawasan ekowisata mangrove serta startegi pengembangan ekowisata mangrove di Desa Daun. Adanya penelitian ini juga mampu dijadikan sebagai bahan evaluasi serta perencanaan dalam pengelolaan kawasan ekowisata mangrove hijau daun oleh pokmaswas hijau daun. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 24 – 31 Oktober 2022 di Kawasan Mangrove Desa Daun, Pulau Bawean. Metode pengambilan data menggunakan garis transek dan plot. Terdapat 5 stasiun pengambilan data. Setiap stasiun memiliki 5 plot pengamatan 10 x 10 meter dengan jarak antar plot 50 meter dan jarak antar stasiun 250 meter. Pengambilan data meliputi Kerapatan mangrove, jenis mangrove dan jenis biota. Dilakukan juga wawancara dan penyebaran kuisioner serta pengambilan data sekunder yang meliputi data pasang surut dan citra satelit. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan 12 spesies mangrove yaitu Avicennia alba, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha, Nypa fruticans, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Sonneratia ovata, Xylocarpus mollucensis. Ekosistem mangrove di Desa Daun memiliki ketebalan dan kerapatan mangrove yang tinggi. Ditemukan juga berbagai macam jenis biota seperti ikan, mamalia, reptilia, mollusca dan burung. Nilai pasang surut pada bulan oktober di wilayah ekowisata mangrove Desa Daun memiliki ketinggian sebesar 1,8 m. berdasarkan data yang telah diperoleh, tingkat kesesuaian ekowisata mangrove Desa Daun masuk kedalam kategori sesuai karena pada stasiun 1 dan 3 memiliki nilai indeks kesesuaian wisata sebesar 82,05% dan pada stasiun 2, 3 dan 5 memiliki nilai indeks kesesuaian wisata sebesar 89,74% Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan juga daya dukung kawasan ekowisata mangrove desa daun adalah senamyak 169 orang/hari. Strategi pengembangan ekowisata mangrove di Desa Daun, Kecamatan Sangkapura yang dapat diterapkan menurut peneliti yaitu pengembangan kegiatan konservasi, peningkatan promosi, pembuatan batas wilayah, menjadikan mangrove sebagai labolatorium alam, peningkatan fasilitas penunjang wisata, pemberdayaan masyarakat untuk menunjang kegiatan wisata, penambahan kegiatan wisata dan mempertegas hukum dan aturan untuk menjaga kebersihan lingkungan
    corecore