367 research outputs found

    The Teaching Learning Process of Vocabulary At English Department of Muhammadiyah University of Surakarta : A Micro Ethnography

    Get PDF
    This study is carried out to describe the teaching-learning process of vocabulary at English Department of Muhammadiyah University of Surakarta. The study is also intended to give some contribution for the betterment of teaching vocabulary. The data of this research are in the form of excerpts transcribed from the lecturer’s attitude and interview in vocabulary class. The writer takes two vocabulary lecturers who teach the first semester students at English Department in 2011/2012 academic year of UMS as the subject of the research. The writer uses descriptive qualitative especially the ethnography research in analyzing the data. In conducting this study there are at least nine major stages that have been done: the learning objective, the materials, the syllabus, the methods which include procedures and techniques, the classroom activities, teacher roles, student roles, the evaluation system and the weaknesses and strengthens on teaching on teaching vocabulary. The result of the study shows that the application on the learning objective, the materials, the syllabus, and the methods followed the direction of Sabroni’s book on teaching vocabulary and in addition the lecturers improve them in the class. In general, they run smoothly but there are limited variations in the method. The lecturers must give the innovation and be creative in teaching learning process on vocabulary class

    GAMBARAN KEJADIAN MENOPOUSE PADA IBU BEKERJA DI DUSUN WATANG REJO DUDUK SAMPEAN GRESIK

    Get PDF
    Tingginya aktifitas seorang ibu dewasa ini sangat meningkat, terutama pada proses peningkatan partisipasi perempuan dalam lapangan kerja, yang memberikan dampak terhadap kesehatan wanita, terutama pada kesehatan reproduksinya, salah satunya kejadian menopause dini yang terjadi dikarenakan emosi yang timbul pada ibu yang mengalami stres pekerjaan. Tujuan penelitian ini mengetahui gambaran kejadian menopause pada ibu bekerja di Dusun Watang Rejo Duduk Sampean Gresik. Desain penelitian deskriptif, populasi semua ibu bekerja yang mengalami menopause di Dusun Watang Rejo Duduk Sampean Gresik sebanyak 25 orang. Besar sample 25 responden dengan teknik total sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah kejadian menopause pada ibu bekerja. Instrumen menggunakan kuesioner, data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan dari 25 responden hampir setengahnya ibu bekerja mengalami menopause dini (48%), dan sebagian kecil ibu bekerja mengalami menopause lambat (12%). Berdasarkan data hasil penelitian yang sudah disajikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ibu bekerja yang mengalami menopause sebagian besar menopause dini di Dusun Watang Rejo Duduk Sampean Gresik. Menghindari terjadinya menopause dini, dengan cara mengkonsumsi gizi yang cukup akan kebutuhan tubuh, serta olah raga teratur, dan tidak banyak melakukan aktivitas berfikir terlalu banyak yang menyebabkan stres

    PENINGKATAN KEMAMPUAN APRESIASI DRAMA DENGAN MEDIA VCD PADA SISWA KELAS VIII E SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pembelajaranva apresiasi drama dalam bermian peran siswa dengan media VCD. Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Subjek tindakan adalah siswa kelas VIII E SMP Muhammadiyah 1 Surakarta yang berjumlah 36 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII E yang melibatkan partisipasi siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan metode komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran apresiasi drama dalam bermian peran dengan menggunakan media VCD mengalami peningkatan, yang meliputi hasil belajar dan keaktifan siswa. Siswa dapat bermain peran dengan baik sesuai dengan lafal, intonasi, gesture dan mimik. Sebelum tindakan nilai rata-rata kelas 55 dengan kategori kurang, selanjutnya nilai rata-rata kelas putaran I meningkat sebesar 62,5 dengan kategori cukup dan pada putaran II nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan sebesar 68 dengan kategori baik. Keaktifan siswa dalam pembelajaran apresiasi drama juga mengalami peningkatan, keaktifan meliputi keaktifan bertanya dan menanggapi informasi yang disampaikan oleh guru. Keaktifan menanggapi informasi sebelum tindakan hanya 10 siswa yang aktif bertanya (27,77%), pada siklus I meningkat menjadi 17 siswa (47,22%) dan pada siklus II meningkat menjadi 24 siswa (66,66%). Sedangkan keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran berlangsung sebelum tindakan hanya 8 siswa (22,22%), pada siklus I meningkat menjadi 15 siswa (41,66%) dan pada siklus II meningkat menjadi 22 siswa (61,11%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan media VCD pada pembelajaran apresiasi drama dapat meningkatkan kemampuan apresiasi drama dan meningkatkan keaktifan siswa saat bertanya maupun menanggapi informasi

    PROSES HIRARKI ANALISIS (PHA)DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MULTIKRITERIA

    Get PDF
    Pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah kompleks yaitu masalah yang multiobjektif dan multikriteria tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan banyak terdapat kriteria yang berperan dalam persoalan tersebut. Apabila terdapat beberapa kriteria penilaian, proses pemilihan kriteria mana yang paling berperan untuk mengoptimalkan tujuan bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan. Apalagi pada proses pengambilan keputusan penilaian dilakukan tidak hanya oleh satu orang ahli akan tetapi oleh beberapa pihak yang berkompeten dalam pengambilan keputusan. Dalam skripsi ini, akan dibahas pengambilan keputusan multikriteria dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analisis (PHA) dan penerapan metode tersebut untuk mengetahui strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan permintaan minyak goreng filma dari PT. Intermas Tata Trading. PHA menggunakan model hirarki yang terdiri dari tujuan, kriteria dan beberapa subkriteria serta alternatif untuk masing-masing permasalahan atau keputusan. PHA didasarkan atas empat prinsip dasar yaitu dekomposisi (decomposition), penilaian kriteria dan alternatif (comparative judgements), penentuan prioritas (synthesis of priority) dan konsistensi logis. PHA memperhitungkan pembobotan setiap kriteria secara konsisten sehingga dapat diketahui kriteria mana yang berperan untuk mengoptimalkan tujuan. Pembobotan kriteria pada PHA dilakukan dengan menggunakan matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Pembobotan dapat dilakukan dengan syarat matriks perbandingan konsisten. Matriks perbandingan akan konsisten apabila aturan transitivitas dan resiprokal terpenuhi. Strategi pemasaran pada PT. Intermas Tata Trading dianalisis menggunakan PHA. Hasil yang diperoleh dari pembobotan alternatif strategi pemasaran yang ada dengan menggunakan metode PHA dan proses pengolahannya dibantu dengan sofware Expert Choice version 9.0 adalah mengadakan promosi penjualan dengan nilai bobot prioritas terbesar yaitu 0,248 (24,8%) dan urutan program kerja untuk strategi tersebut adalah pemberian bonus sebesar 0,121 (12,1%), pemberian kupon sebesar 0,057 (5,7%), pemberian sampel sebesar 0,045 (4,5%), dan pemberian jaminan produk sebesar 0,025 (2,5%)

    Peningkatan Kemampuan Sains Melalui Metode Bermain Warna Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Gondangan Jogonalan Klaten Tahun 2011/2012

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sains melalui metode bermain warna pada anak kelompok B TK ABA Gondangan Jogonalan Klaten Tahun 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah anak kelompok B TK ABA Gondangan Jogonalan yang berjumlah 15 anak, dan juga guru kelas sebagai pengajar. Penelitian dilakukan berkolaborasi dengan guru dan dilaksanakan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi peningkatan kemampuan sains anak, lembar observasi penerapan metode bermain warna, dan lembar catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan tabulasi skor penilaian dan menghitung prosentase peningkatan kemampuan sains anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode bermain warna dapat meningkatkan kemampuan sains pada anak kelompok B TK ABA Gondangan Jogonalan Klaten tahun 2011/2012. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan sains pada siklus I sebesar 15% (kondisi prasiklus 30% menjadi 45%), siklus II sebesar 15% (siklus I 45% menjadi 60%), dan mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus III sebesar 25% (siklus II 60% menjadi 85%)

    DEVELOPING A MEDICATION ERROR PREVENTION MODEL BASED ON KNOWLEDGE MANAGEMENT AGAINST ADVERSE EVENT

    Get PDF
    Introductions: Medication errors are one of many types of errors that coulddecrease the quality and safety in health care. Increasing number of adverse events (KTD) reflects the number of medication errors. This study aims to develop a medication error prevention model based onknowledge management. This model is expected to improve knowledge and skill of nurses in order to prevent medication errors which characterized by the decrease of adverse events (KTD). Methods: This study was consisted of two stages. First stage of research was an explanative survey using cross sectional approach involving 15 respondents selected by purposive sampling. The second stagewas a pre-test experiment involving 29 respondents selected with cluster sampling. Partial Leas square (PLS) was used to examine the factors affecting medication error prevention model while the Wilcoxon Signed Rank Test was used to test the effect of medication error prevention model against adverse events (KTD). Results: Individual factors (path coefficient 12:56, t = 4,761) play important role in nurse behavioral changes about medication error prevention based in knowledge management, organizational factor (path coefficient = 0276, t = 2.504) play important role in nurse behavioral changes about medication error prevention based in knowledge management. Work characteristic factor (path coefficient = 0309, t = 1.98) play important role in nurse behavioral changes about medication error prevention based in knowledge management. The medication error prevention model based on knowledge management was also significantly decrease near missed (p = 0.000, α <0.05) and adverse event (p = 0.000, α <0.05). Conclusions: Factors of individuals, organizations and work characteristics were important in the development of medication errorprevention models based onknowledge management. Keywords: Medication error, knowledge management, adverse events (KTD

    FAKTOR PRODUKSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KONTAMINASI ESCHERICHIA COLI PADA JAMU GENDONG (STUDI KASUS DI KOTA SEMARANG)

    Get PDF
    FAKTOR PRODUKSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KONTAMINASI ESCHERICHIA COLI PADA JAMU GENDONG (STUDI KASUS DI KOTA SEMARANG) Woro Puji Hastuti Program Studi Magister Epidemiologi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Abstract Production Factors Causing Escherichia coli Contamination in Jamu Gendong Product (Case Study in Semarang) Jamu gendong is a part of herbal medicine. It is used to improve health. Jamu gendong, which is made in home industry has low level of hygiene. The main materials of jamu gendong consist of water and spices which are likely to carry water transmiting disease. E.coli bacteria is used for contamination indicator, its existence in food product indicate contamination from men and animals’ feces so it’s also possibly contaminated by other patogen bacteria. In the implementation of supervision and guidance for home industry, we need data on materials, production process and other factors which might cause the E.coli contamination. The objective of this study is to discribe the condition of home industry of jamu gendong and to analyze the connection between the quality of bacteria in materials, personal hygiene, environmental sanitation, phisical environment and the quality of jamu gendong bacteria in Semarang. The methode used in this study is a cross sectional with 90 samples, tested in the quality of E.coli contamination. The risk factors in this study are the bacterial quality of water, spices, rice, equipment or packaging sanitation, hand washing habbit, knowledge, pH of product and treatment in boiling water. Multiple analysis used regression of dual logistic. The quality testing of bacteria in liquid materials, spices and rice indicate E.coli positive, each of them contains 33,3%, 27,7% and 5,6%, and the final product (beras kencur) contain 43,3%. Analysis of independent and dependent variable correlation are statistically on the quality of water, spices, equipment and packaging sanitation, knowledge and pH of product. There are three significant variables in dual regression logistic analysis, such as : bacterial quality of water (PR = 3,2 ; 95% CI = 1,1 – 9,2), spices (PR = 4,6 ; 95% CI = 1,5 – 14,6) and pH (PR = 3,8 ; 95% CI = 1,2 – 12,3). Those three materials are contaminated by E.coli and the contamination prevalence is 43,3%. Variables which affect the quality of bacterial product are water quality, spices and pH (p=33,6%). The product of jamu gendong need more quality improvement by carrying out guidance on home industry. Guidance is focused on stratistical factor related to E.coli contamination. Keywords : jamu gendong, E.coli, contamination, Semarang Pendahuluan Jamu gendong termasuk sediaan obat tradisional, berupa cairan yang diracik dari beberapa simplisia segar / kering, dibuat untuk dikonsumsi sendiri atau di perdagangkan.(1) Kebiasaan minum jamu pada masyarakat di Indonesia merupakan tradisi turun-temurun, dipercaya dapat menjaga / meningkatkan kesehatan tubuh. Kemajuan ilmu pengetahuan pada akhirakhir ini telah menyadarkan kita untuk memanfaatkan bahan-bahan alam yang relatif sedikit efek sampingnya terhadap tubuh.(2) Ketersediaan bahan baku dengan harga yang relatif murah dan proses PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com pembuatan jamu gendong yang cukup mudah, mendorong berkembangnya industri kecil jamu gendong. Hal ini dapat dilihat dari terus bertambahnya penjual jamu gendong dari tahun ke tahun di Kota Semarang.(3) Bahan baku jamu gendong terdiri dari air dan rimpang, merupakan media yang relatif mudah membawa penyakit tular air (water-related diseases) yaitu gastroenteritis. Di kota Semarang penyakit ini menempati urutan ke dua setelah ISPA. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sanitasi air merupakan salah satu sebab terjadinya penyakit tersebut. Penggunaan pupuk kandang pada budi daya empon-empon dan penanganan yang kurang baik menyebabkan kotoran hewan tetap menempel pada rimpangnya. Jamu gendong merupakan salah satu produk home industry, proses pembuatannya banyak melibatkan penggunaan tangan tanpa dilengkapi sarung tangan. Faktorfaktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya kontaminasi bakteri pada produk hasil olahannya. Hal ini didukung oleh pengetahuan dari pembuat / penjual jamu yang relatif rendah.(4) Bakteri E. coli merupakan kuman yang habitatnya pada perut manusia atau hewan berdarah panas.(5) Keberadaannya pada produk olahan merupakan indikasi telah terkontaminasi kotoran manusia atau hewan, dan tidak menutup kemungkinan terdapat jenis bakteri patogen lain.(6) Pengawasan pemerintah terhadap kualitas produk obat tradisional yang beredar belum mencakup pada jamu gendong, terutama terhadap kualitasnya. Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota (DKK) juga masih bersifat insidentil dan umum. Penelitian mengenai kualitas mikrobiologis jamu gendong juga belum banyak dilakukan, sehingga sangat minim data yang bisa diperoleh. Bahan dan Cara Kerja Populasi Studi Penjual sekaligus pembuat jamu gendong yang membuat jamu beras kencur, produknya masih segar (belum berbau masam karena mengalami pembusukan / peragian), tinggal di wilayah Kota Semarang. Besar Sampel(7) Hasil perhitungan dengan rumus pendugaan proporsi dan ditambah 10%, diperoleh besar sampel 90. Pengumpulan data Data Primer 1. Data individu, terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, keikut sertaan penyuluhan, status perkawinan, alamat / tempat tinggal, jumlah keluarga yang menjadi tanggungan, jumlah jamu yang dibuat dalam satu kali proses, jarak sumber air dengan septictank dan penanganan sampah. 2. Data bahan baku, terdiri dari jenis and kualitas bakteriologis air, beras, empon-empon termasuk bahan-bahan tambahannya diperoleh dengan kuesioner, kualitas bakteriologis dengan uji laboratorium. 3. Data kebersihan lingkungan berupa sanitasi alat / wadah, diperoleh dengan wawancara / observasi di tempat produksi. 4. Data lingkungan fisik terdiri dari derajad keasaman (pH) produk akhir jamu beras kencur diperoleh dengan uji laboratorium dan perlakuan pemanasan terhadap bahan baku air diperoleh dengan wawancara / observasi di tempat produksi. 5. Data kebersihan diri terdiri dari kebiasaan cuci tangan dan pengetahuan penyakit tular air diperoleh dengan wawancara / kuesioner di tempat produksi. Data Sekunder Data sekunder berupa rekapitulasi pengobat tradisional bersumber dari DKK Semarang tahun 2002. PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com Cara penelitian 1. Penelitian ini adalah penelitian epidemiologi analitik, bersifat observasional, dengan metode crosssectional.( 8,9,10) 2. Instrumen penelitian terdiri dari kuesioner yang telah diuji reliabilitas sebelumnya(9), pH meter, peralatan sampling aseptis dan alat / bahan untuk uji E. coli (laboratorium mikrobiologi).(11,12) Metoda analisa yang digunakan untuk uji cemaran bakteri E.coli telah divalidasi dan diverifikasi 3. Variabel yang berhubungan dengan penelitian : a. Variabel bebas adalah kualitas bakteriologis air, empon-empon, beras, sanitasi alat / wadah, derajad keasaman (pH) produk akhir jamu beras kencur, perlakuan pemanasan terhadap bahan baku air, kebiasaan cuci tangan dan pengetahuan penyakit tular air. b. Variabel terikat adalah kualitas bakteriologis (E.coli) produk jamu beras kencur. 4. Analisis data Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer (SPSS software for windows version 10,0).(13,14) a. Analisis univariat dilakukan dengan membuat grafik atau tabel distribusi frekuensi. b. Analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square, yang menghasilkan signifikansi, interval kepercayaan 95% dan nilai Prevalens Ratio (PR). c. Analisis multivariat dengan regresi ganda logistik untuk menemukan model regresi yang paling sesuai dan masuk akal, untuk menggambarkan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil dan pembahasan Sebanyak 90 sampel diambil dari 363 populasi penjual/pembuat jamu gendong yang ada di Kota Semarang. Sampling dilakukan secara proporsional (proportional stratified sampling)(15) pada ke 16 kecamatan. Observasi dan pengukuran dilakukan terhadap variabel yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung pada terjadinya pencemaran E. coli produk jamu gendong. Variabel yang berhubungan secara langsung terhadap pencemaran E. coli hasilnya dianalisis menggunakan chisquare (X2) untuk mengetahui signifikansi dan kekuatan pengaruh. Variabel yang tidak berhubungan langsung digunakan sebagai data pendukung. Untuk mengetahui model akhir pengaruh beberapa variabel digunakan analisis regresi ganda logistik. Gambaran secara umum penjual/pembuat jamu gendong dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No Variabel Hsl pengukuran 1 Umur 40-44 tahun 2 Pddkan akhir SD 3 Penghasilan/bulan Rp. 600.000,- 4 Jml kel. tanggungan 3-4 orang 5 Jml JG sekali proses 3-4 liter 6 Jenis air Sm 51 ; PAM 39 Tabel 1. Gambaran umum subyek penelitian Populasi penjual/pembuat jamu gendong di Kota Semarang sesuai data DKK tersebar secara tidak merata di masing-masing Kecamatan. Mereka cenderung memilih wilayah padat penduduk agar dekat dengan konsumennya. Di Kota Semarang, wilayah padat penduduk berlokasi di dataran rendah, yang memungkinkan terjadinya pelimpahan limbah dari daerah yang lebih tinggi. Hasil observasi di lokasi tempat produksi ada beberapa hal yang memungkinkan terjadinya pencemaran produk seperti jarak sumber air dengan septictank, kondisi pembuangan sampah, PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com kondisi SPAL, seperti dapat dilihat pada tabel 1. Sebagian besar dari penjual/pembuat jamu adalah pendatang dari luar kota, mobilitasnya relatif tinggi. Pada banyak responden berdagang jamu merupakan pekerjaan tetapnya, beberapa responden menjadikannya sebagai pekerjaan sambilan. No Kecamatan (Jml sampel) Frekuensi (f) positif E.coli pada I II III IV 1 2 3 4 5 6 1 Smg Tgh (7) 2 0 1 4 2 Smg Utara (6) 4 3 0 3 3 Smg Timur (9) 5 3 2 4 4 Smg Sltn (12) 5 6 2 5 5 Smg Barat (10) 7 5 3 7 6 Gayamsari (4) 2 0 2 2 7 Candisari (6) 3 0 0 2 8 Gj Mungkur (-) - - - - 9 Genuk (6) 4 2 2 3 10 Pedurungan (1) 1 0 0 0 11 Tembalang (5) 3 2 0 2 12 Banyumnk (9) 1 4 0 0 13 Gn pati (1) 0 1 0 0 14 Mijen (7) 1 3 0 1 15 Ngalian (3) 0 1 0 0 16 Tugu (4) 1 2 1 1 J u m l a h (90) 39 (43, 3%) 32 (35, 6%) 13 (14, 4%) 34 (37, 8%) Tabel 2. Distribusi populasi penjual/pembuat jamu gendong dan hasil uji cemaran E.coli berdasarkan wilayah Kecamatan di Kota Semarang. Keterangan : I.Air II.Empon2 III.Beras IV.Produk akhir Hasil uji kualitas mikrobiologi (bakteri Escherichia coli) menunjukkan dari ketiga macam bahan baku yang digunakan tercemar E. coli dengan prosen tingkat cemaran dapat dilihat pada tabel 2 di atas. Uji cemaran E. coli terhadap produk akhir (jamu beras kencur), dari sembilan puluh penjual / pembuat jamu gendong diketahui 34 (37,8%) mengalami pencemaran. Bahan baku dan proses produksi Bahan baku penyusun jamu beras kencur dapat dikelompokkan menjadi air, emponempon dan beras. Kualitas bakteriologis semua bahan penyusun tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas dari produk akhir. Selain itu juga dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan, pengetahuan dan kebiasaan diri dari para pembuat jamu. Proses pengolahan dari bahan baku menjadi produk jamu gendong yang siap diedarkan melalui beberapa tahap. Pada tahap pertama bahan yang berupa emponempon diracik kemudian dicuci dan ditumbuk dengan menambah sedikit air serta disaring. Air sebagai bahan pengencer sebelumnya direbus dan dibiarkan hingga dingin. Gula merah ditambah air kemudian direbus dan disaring. Bahan baku beras di goreng sangrai atau direndam dalam air kurang lebih 4 jam, kemudian ditumbuk, ditambah air dan disaring. Tahap kedua, semua bahan yang telah siap dicampur menjadi satu hingga merata pada wadah yang besar. Pada tahap ketiga, pengemasan ke dalam botol-botol atau jerigen plastik untuk siap diedarkan. Dengan skema seperti pada gambar berikut : PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com Tahap I Tahap II (pencampuran dan pengadukan) (A) + (B) + (C) + (D) Tahap III (Pengemasan) Gambar 1. Skema proses produksi jamu gendong Uji laboratorium dilakukan terhadap adanya cemaran E.coli pada bahan baku dan produk akhir serta derajad keasaman pada produk akhir. Sedangkan variabel lainnya yang diperkirakan berhubungan dengan terjadinya pencemaran diperoleh dengan observasi di tempat produksi / kuesioner. Adapun hasil pengukuran dan observasi / kuesioner dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No Variabel Pengamatan 1 Kualitas bakteriologis bahan baku a. Air ≥ 105 = 30 < 105 = 9 b. Emponempon ≥ 105 = 25 < 105 = 7 c. Beras ≥ 105 = 5 < 105 = 8 d. Produk akhir (beras kencur) ≥ 105 = 26 < 105 = 8 2 Kebersihan diri a. Kebiasaan cuci tangan Ya = 70 (78%) Tidak = 20 (22%) b. Keikutsertaan penyuluhan jamu gendong Pernah = 18 (20%) Belum = 72 (80%) c. Pengetahuan penyakit tular air Tahu = 41 (46%) Tidak = 49 (54%) 3 Kebersihan lingkungan a. Sanitasi alat/kemasan Ya = 48 Kdng2 = 42 b. Kondisi SPAL Lancar = 39 Tdk = 51 c. Penangan sampah Terbuka = 82 Tertutup = 8 d. Jarak sumur dengan septictank ≥10m = 18 <10m = 72 4 Lingkungan fisik a. pH produk ≥6 = 50 <6 = 40 b. Perlakuan pemanasan air Sebelum mendidih = 2 Setelah mendidih = 88 Tabel 3. Rekapitulasi hasil uji laboratorium dan kuesioner Variabel yang dicetak miring adalah variabel yang dianalisis hubungannya terhadap kualitas bakteriologis produk akhir jamu gendong, karena berpengaruh secara langsung pada terjadinya pencemaran produk. Sedangkan variabel Peracikan bahan (empon-empon) Pencucian Penumbukan Penambahan air Penyaringan (A) Beras Perendaman/sangrai Penumbukan Penambahan air Penyaringan (B) Air Perebusan Pendinginan (C) Gula + air Perebusan Penyaringan (D) PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com lainnya merupakan data pendukung. Hasil analisis bivariat antara masing-masing variabel bebas (8 variabel) terhadap variabel terikat dapat dilihat pada tabel berikut. No Variabel OR 95% CI Nilai p 1 Kualitas bakteriologis air 3,5 1,3-9,1 0,009 2 Kualitas bakteriologis empon2 3,4 1,3-8,9 0,013 3 Kualitas bakteriologis beras - - - 4 Sanitasi alat/kmsn 2,3 0,9-5,9 0,071 5 Kebiasaan cuci tangan 1,1 0,4-3,2 0,901 6 Pengetahuan 3,1 1,1-8,3 0,024 7 PH produk 2,9 1,1-7,8 0,033 8 Perlakuan pemanasan air 1,2 0,4-3,0 0,693 Tabel 4. Rekapitulasi hasil analisis bivariat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Ada 5 variabel (diblok) merupakan variabel yang menunjukkan nilai signifikan p≤0,25 dan pada Confidence Interval 95% menunjukkan kekuatan hubungan (PR) lebih dari 1. Dengan analisis regresi ganda logistik dapat diketahui variabel yang bersama-sama mempengaruhi terjadinya kontaminasi E.coli pada produk akhir dengan nilai p<0,05. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini. No Variabel β PR 95%CI p 1 Kual.bakt. air 1,157 3,2 1,1-9,2 0,032 2 Kual. bakt. empon2 1,535 4,6 1,5- 14,6 0,009 3 pH 1,338 3,8 1,2- 12,3 0,025 Tabel 5. Rekapitulasi hasil analisis regresi ganda logistik. Peluang suatu produk jamu gendong tercemar E.coli pada masing-masing variabel atau gabungannya dihitung meggunakan log odds, dengan hasil sebagai berikut. No Pengaruh variabel Peluang (%) 1 Kualitas. bakteriologis air 2,8 2 Kualitas. bakteriologis. empon2 4,0 3 pH 3,3 4 Kual bakteriologis. air dan empon2 11,7 5 Kual bakt. air dan pH 9,8 6 Kual bakt.empon2 dan pH 13,7 7 Kual bakt. air, kual bakt. empon2 dan pH 33,6 Tabel 6. Rekapitulasi hasil perhitungan peluang terjadinya pencemaran produk jamu gendong pada masing masing faktor risiko atau gabungannya. Kesimpulan dan Saran Dari 8 faktor risiko yang secara langsung diperkirakan berhubungan dengan terjadinya kontaminasi E. coli pada produk jamu gendong, ada 5 yang bermakna secara statistik. Faktor risiko tersebut yaitu kualitas bakteriologis air (PR=3,5), kualitas bakteriologis empon-empon (PR=3,4), derajad keasaman produk / pH (PR=2,9), sanitasi alat / kemasan (PR=2,3) dan pengetahuan (PR=3,1). Hal ini berarti bahwa : - Penggunaan air yang tercemar sebagai bahan baku mempunyai risiko untuk menyebabkan kontaminasi pada produk akhir sebesar 3,5 kali dibanding apabila digunakan air yang tidak tercemar - Penggunaan empon-empon yang tercemar sebagai bahan baku mempunyai risiko untuk menyebabkan kontaminasi pada produk akhir sebesar 3,4 kali dibanding apabila digunakan empon-empon yang tidak tercemar. - Produk akhir dengan pH ≥6 memiliki risiko untuk tercemar 2,9 kali dibanding produk dengan pH <6. - Perlakuan sanitasi alat/kemasan yang kurang benar dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada produk akhir sebesar 2,3 kali dibanding bila dilakukan dengan benar. PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com - Pengetahuan para pengolah jamu yang rendah terutama mengenai higiene sanitasi produksi dan penyakit tular air menyebabkan terjadinya kontaminasi 3,1 kali dibanding pengetahuan yang cukup. Ada tiga faktor risiko yang bersama-sama mempengaruhi terjadinya kontaminasi E. coli pada produk jamu gendong yaitu kualitas bakteriologis air, kualitas bakteriologis empon-empon dan derajad keasaman produk (pH) dengan peluang 33,6%. Peluang dua faktor risiko sekaligus yang tertinggi adalah pada kualitas bakteriologis air dan kualitas bakteriologis empon-empon yaitu 11,9%. Sedangkan peluang satu faktor risiko yang terbesar adalah kualitas bakteriologis emponempon yaitu 4,0%. Untuk memperoleh produk jamu gendong yang tidak tercemar, perlu dilakukan perbaikan dalam melakukan produksinya yaitu dengan pembinaan kepada produsen industri kecil jamu gendong. Hal yang perlu diperhatikan adalah faktor risiko yang secara langsung berhubungan dengan terjadinya kontaminasi E. coli, yaitu dengan menekankan pada kebersihan / sanitasi empon-empon dan air. Untuk empon-empon, sebelum diolah sebaiknya dikupas dan dicuci menggunakan air matang. Air yang digunakan sebagai bahan baku seharusnya memenuhi persyaratan air minum, antara lain tidak mengandung cemaran bakteri E.coli. Untuk itu pemanasan harus dilakukan hingga benarbenar mendidih. Untuk menekan perkembangbiakan mikroba pada produk dapat ditambahkan asam jawa sampai pH sekitar 5,0. Selain dapat mempertahankan keawetan produk (tidak cepat mengalami pembusukan) juga berasa lebih segar. Selain itu pengetahuan para pengolah jamu gendong perlu ditingkatkan terutama mengenai sanitasi produksi dan penyakit tular air, sehingga perilaku memproduksi jamu gendong menjadi lebih baik untuk menghindari kontaminasi silang. Kepustakaan 1. Anwar N.S. Pendaftaran Obat Tradisional, Pelatihan Tenaga Pengelola/Penanggungjawab Teknis Industri Kecil Obat Tradisional Jakarta. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Dirjen POM Depkes RI; 1999. 2. Hargono D. Suatu Introduksi tentang Integrasi Obat dan Pengobatan Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Primer. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia.1994;2(7):427-32. 3. Media AAM Edition X, April-Juni 2002 : Penggunaan Obat Tradisional. 4. Soemirat J., 2000. Epidemiologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press. 167. 5. Greenwood, D., Slack RCB., Peutherer JF. 2002. Bacterial Pathogens and Associated Disease in Medical Microbiology. Churchill Livingstone. Sixteeth Edition. 708 (265-274). 6. Forsythe S.J. and Hayes P.R. Food Hygiene, Microbiology and HACCP. Third Edition, An Aspen Publication Aspen Publishers, Inc. Gaithersburg, Maryland, 1998. 7. Lwanga SK, Lemeshow. Sample Size Determination in Health Studies Apractical Manual. World Health Organization Geneva. 1991. 82 : 23-33 8. Rothman KJ., Greenland S. 1998. Types of Epidemiologic Study in : Modern Epidemiology. Second Edition. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data USA. 738 (67-78). PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com 9. Sastroasmoro S., Ismael S. 2002. Studi cross-sectional dalam : Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 2. Sagung Seto Jakarta. 393. 7 : 97-109. 10. Gordis, Leon. 2000. Case Control and Cross Sectional Studies in : Epidemiology. 2nd. Saunders Company. Philadelphia. 140-154. 11. Roberts D. et all. Practical Food Microbiology, Methods for the examination of Food for microorganisms of public health significance, 2nd edition. Public Health Laboratory Service, London. 1995. 215: 19-20. 12. Hitchins A.D. et all. Bacteriological Analytical Manual : E. coli and the Coliform Bacteria. AOAC International, Food and Drug Administration, 7th Edition. 1992. 529 : 27-49. 13. Gozali, Imam. 2001. Logistic Regression dalam : Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS. Edisi 2. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 120-130. 14. Wahana Computer. 2001. Pengolahan Data Statistik Dengan SPSS 10.0. Penerbit Salemba Infotek. 206. 15. Notoatmodjo S. 2002. Tehnik Pengambilan Sampel dalam : Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta. 208 (79-92). PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.co

    EFEKTIVITAS BATU MARMER DALAM MENURUNKAN KADAR KARBONDIOKSIDA ( CO2 ) AGRESIF AIR SUMUR GALI DI DESA WULUNG KECAMATAN RANDUBLANTUNG KABUPATEN BLORA

    Get PDF
    Karbondioksida (CO2) yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dekomposisi zat organik. Penyimpangan terhadap standar konsentrasi maksimal CO2 agresif dalam air akan menyebabkan terjadinya korosi pada pipa-pipa logam dan mengakibatkan efek toksikologis. Terjadinya korosi akan menyebabkan derajad keasaman air semakin tinggi, sehingga mengakibatkan perkembangan mikroorganisme dalam air pesat, yang akhirnya menyebabkan kekeruhan air sumur gali tinggi. Dengan kekeruhan yang tinggi, akan mengakibatkan gangguan pada kesehatan terutama diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas batu marmer dalam menurunkan kadar CO2 Agresif air sumur gali. Penelitian ini merupakan Experiment dengan pendekatan desain Prestepost Test with Control Group Design. Sedangkan analisa statistik yang digunakan adalah Anova, LSD, dan Duncan. Rata-rata kadar CO2 Agresif sebelum diolah adalah 36,20 mg/l.Setelah diolah dengan saringan batu marmer dengan ketebalan 20 cm, kadar CO2 agresif dapat diturunkan menjadi 24,65 mg/l. Setelah diolah dengan ketebalan 40 cm, kadar CO2 agresif dapat diturunkan menjadi 13,65 mg/l, sedangkan dengan menggunakan ketebalan 60 cm, kadar CO2 agresif dapat diturunkan menjadi 8,66 mg/l. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil penurunan kadar CO2 agresif yang paling besar adalah dengan menggunakan lapisan batu marmer denga ketebalan 60 cm yang mampu menurunkan kadar CO2 agresif sampai dengan 8,66 mg/l meskipun belum mampu menurunkan kadar CO2 agresif sampai dengan ambang batas yang diperbolehkan menurut standar kualitas air minum Permenkes No. 416/IX/MENKES/1990 yaitu 0,0 mg/l. Sebagai saran perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang penurunan kadar CO2 agresif air sumur gali dengan menggunakan batu marmer yang mempunyai ketebalan saringan yang lebih besar , sehingga nantinya akan didapatkan hasil yang lebih baik, serta perlunya penelitian dengan menggunakan media saring yang berbeda dan seberapa lama media saring tersebut sampai pada titik jenuh dimana media saring tidak mamapu lagi menurunkan kadar CO2 agresif. Kata Kunci: Batu Marmer, Kadar CO2 Agresif, Air sumur gali THE EFFECTIVITY OF MARBLE IN DECREASING AN AGGRESSIVE CARBONDIOXCIDE (CO2) DEGREE OF DIGWELL WATER AT WULUNG VLLAGE, RANDUBLANTUNG SUBDISTRICT, BLORA REGENCY. Carbondioxcide (CO2) contained in water comes from an air and decomposition of organic subtances. The deviation of maximum concertration standard of an aggressive CO2 in water will cause a corrotion in metal pipes and toxicological effects. The corrotion will cause the water acidity degree become higher, so that this causes the microoganism in the water depvelops rapidly, and finallythis causes a the muddiness of dig well water is high. The high muddiness will cause a health disorder, expecially diarrhea. The aim of this research is to know the effectivity of marble in an experiment with Pretest-Post test with control group design approach. Meanwhile the satistical analysis used in this research was anaova, LSD and Ducan. The average of an Aggressive CO2 degree befor processed is 36,20 mg/l. Afte processed by using marble filter with depth of 20 cms, the aggressive CO2 degree canbe decreased into 13,65 mg/l, mean while when it was processed by using marble filter depth 60 cms, the aggressive CO2 degree can be decrased into 8,66 mg/l. From the result of research, it can be concluded that the biggest result of an aggressive CO2 degree decreasing is the process uses marble layer which is 60 cms in depth that is able to decrease an aggressive CO2 degree up to the permitted limit rate according to the drink water quality standard of Permenkes No. 416/IX/Menkes/1990, namely 0,0 mg/l. For the suggestion,it is necessary to conduct follow up research abaut the decreasing of an aggressive CO2 degree of dig well water by using marble which has abigger filter depth, so thet a better result will be achived, and it is necessary to conduct research uses different filter media and how long the filter media reaches saturation point in which the filter media is not able to decrease an aggressive CO2 degree anymore. Keyword : Marble, An Aggressive CO2 Degree, Dig Well Wate

    MEMAHAMI PEREMPUAN MORONENE MELALUI TOKOH TINA ORIMA PADA KISAH “TINA ORIMA”

    Get PDF
    Penelitian mengangkat permasalahan bagaimanakah gambaran perempuan Moronene Ketika dihadapkan pada perjodohan, yang terepresentasi melalui tokoh Tina dalam kisah Tina Orima dan bertujuan mendeskripsikan gambaran perempuan Moronene dalam cerita rakyat “Tina Orima”. Data diperoleh dari hasil inventarisasi sastra Moronene. Analisis data dilakukan dengan menerapkan teknik triangulasi. Teori  struktural, teori semiotika, dan teori hermeneutika dijadikan landasan dalam menganalisis data. Model analisis struktural Levi-Strauss menjadi acuan analisis data cerita “Tina Orima” melalui empat tahap analisis, yaitu tahap pembacaan awal, perelasian untuk mendapatkan pemahaman sebagai dasar interpretasi, dan tahap penafsiran. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa Tina Orima merepresentasikan watak perempuan yang mengutamakan pengorbanan demi menghindari konflik dengan adat istiadat dan orang-orang di sekitarnya
    corecore