FAKTOR PRODUKSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA
KONTAMINASI ESCHERICHIA COLI PADA JAMU GENDONG
(STUDI KASUS DI KOTA SEMARANG)
Woro Puji Hastuti
Program Studi Magister Epidemiologi
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Abstract
Production Factors Causing Escherichia coli Contamination in Jamu Gendong
Product (Case Study in Semarang)
Jamu gendong is a part of herbal medicine. It is used to improve health. Jamu gendong,
which is made in home industry has low level of hygiene. The main materials of jamu
gendong consist of water and spices which are likely to carry water transmiting disease.
E.coli bacteria is used for contamination indicator, its existence in food product indicate
contamination from men and animals’ feces so it’s also possibly contaminated by other
patogen bacteria. In the implementation of supervision and guidance for home industry,
we need data on materials, production process and other factors which might cause the
E.coli contamination. The objective of this study is to discribe the condition of home
industry of jamu gendong and to analyze the connection between the quality of bacteria
in materials, personal hygiene, environmental sanitation, phisical environment and the
quality of jamu gendong bacteria in Semarang. The methode used in this study is a
cross sectional with 90 samples, tested in the quality of E.coli contamination. The risk
factors in this study are the bacterial quality of water, spices, rice, equipment or
packaging sanitation, hand washing habbit, knowledge, pH of product and treatment in
boiling water. Multiple analysis used regression of dual logistic. The quality testing of
bacteria in liquid materials, spices and rice indicate E.coli positive, each of them
contains 33,3%, 27,7% and 5,6%, and the final product (beras kencur) contain 43,3%.
Analysis of independent and dependent variable correlation are statistically on the
quality of water, spices, equipment and packaging sanitation, knowledge and pH of
product. There are three significant variables in dual regression logistic analysis, such
as : bacterial quality of water (PR = 3,2 ; 95% CI = 1,1 – 9,2), spices (PR = 4,6 ; 95%
CI = 1,5 – 14,6) and pH (PR = 3,8 ; 95% CI = 1,2 – 12,3). Those three materials are
contaminated by E.coli and the contamination prevalence is 43,3%. Variables which
affect the quality of bacterial product are water quality, spices and pH (p=33,6%). The
product of jamu gendong need more quality improvement by carrying out guidance on
home industry. Guidance is focused on stratistical factor related to E.coli
contamination.
Keywords : jamu gendong, E.coli, contamination, Semarang
Pendahuluan
Jamu gendong termasuk sediaan obat
tradisional, berupa cairan yang diracik dari
beberapa simplisia segar / kering, dibuat
untuk dikonsumsi sendiri atau di
perdagangkan.(1) Kebiasaan minum jamu
pada masyarakat di Indonesia merupakan
tradisi turun-temurun, dipercaya dapat
menjaga / meningkatkan kesehatan tubuh.
Kemajuan ilmu pengetahuan pada akhirakhir
ini telah menyadarkan kita untuk
memanfaatkan bahan-bahan alam yang
relatif sedikit efek sampingnya terhadap
tubuh.(2) Ketersediaan bahan baku dengan
harga yang relatif murah dan proses
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
pembuatan jamu gendong yang cukup
mudah, mendorong berkembangnya
industri kecil jamu gendong. Hal ini dapat
dilihat dari terus bertambahnya penjual
jamu gendong dari tahun ke tahun di Kota
Semarang.(3) Bahan baku jamu gendong
terdiri dari air dan rimpang, merupakan
media yang relatif mudah membawa
penyakit tular air (water-related diseases)
yaitu gastroenteritis. Di kota Semarang
penyakit ini menempati urutan ke dua
setelah ISPA. Rendahnya tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap sanitasi
air merupakan salah satu sebab terjadinya
penyakit tersebut. Penggunaan pupuk
kandang pada budi daya empon-empon
dan penanganan yang kurang baik
menyebabkan kotoran hewan tetap
menempel pada rimpangnya. Jamu
gendong merupakan salah satu produk
home industry, proses pembuatannya
banyak melibatkan penggunaan tangan
tanpa dilengkapi sarung tangan. Faktorfaktor
tersebut dapat mempengaruhi
terjadinya kontaminasi bakteri pada produk
hasil olahannya. Hal ini didukung oleh
pengetahuan dari pembuat / penjual jamu
yang relatif rendah.(4) Bakteri E. coli
merupakan kuman yang habitatnya pada
perut manusia atau hewan berdarah
panas.(5) Keberadaannya pada produk
olahan merupakan indikasi telah
terkontaminasi kotoran manusia atau
hewan, dan tidak menutup kemungkinan
terdapat jenis bakteri patogen lain.(6)
Pengawasan pemerintah terhadap kualitas
produk obat tradisional yang beredar
belum mencakup pada jamu gendong,
terutama terhadap kualitasnya. Pembinaan
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota
(DKK) juga masih bersifat insidentil dan
umum. Penelitian mengenai kualitas
mikrobiologis jamu gendong juga belum
banyak dilakukan, sehingga sangat minim
data yang bisa diperoleh.
Bahan dan Cara Kerja
Populasi Studi
Penjual sekaligus pembuat jamu gendong
yang membuat jamu beras kencur,
produknya masih segar (belum berbau
masam karena mengalami pembusukan /
peragian), tinggal di wilayah Kota
Semarang.
Besar Sampel(7)
Hasil perhitungan dengan rumus
pendugaan proporsi dan ditambah 10%,
diperoleh besar sampel 90.
Pengumpulan data
Data Primer
1. Data individu, terdiri dari nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan terakhir,
keikut sertaan penyuluhan, status
perkawinan, alamat / tempat tinggal,
jumlah keluarga yang menjadi
tanggungan, jumlah jamu yang dibuat
dalam satu kali proses, jarak sumber
air dengan septictank dan penanganan
sampah.
2. Data bahan baku, terdiri dari jenis and
kualitas bakteriologis air, beras,
empon-empon termasuk bahan-bahan
tambahannya diperoleh dengan
kuesioner, kualitas bakteriologis
dengan uji laboratorium.
3. Data kebersihan lingkungan berupa
sanitasi alat / wadah, diperoleh dengan
wawancara / observasi di tempat
produksi.
4. Data lingkungan fisik terdiri dari
derajad keasaman (pH) produk akhir
jamu beras kencur diperoleh dengan uji
laboratorium dan perlakuan pemanasan
terhadap bahan baku air diperoleh
dengan wawancara / observasi di
tempat produksi.
5. Data kebersihan diri terdiri dari
kebiasaan cuci tangan dan pengetahuan
penyakit tular air diperoleh dengan
wawancara / kuesioner di tempat
produksi.
Data Sekunder
Data sekunder berupa rekapitulasi
pengobat tradisional bersumber dari DKK
Semarang tahun 2002.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Cara penelitian
1. Penelitian ini adalah penelitian
epidemiologi analitik, bersifat
observasional, dengan metode crosssectional.(
8,9,10)
2. Instrumen penelitian terdiri dari
kuesioner yang telah diuji reliabilitas
sebelumnya(9), pH meter, peralatan
sampling aseptis dan alat / bahan untuk
uji E. coli (laboratorium
mikrobiologi).(11,12) Metoda analisa
yang digunakan untuk uji cemaran
bakteri E.coli telah divalidasi dan
diverifikasi
3. Variabel yang berhubungan dengan
penelitian :
a. Variabel bebas adalah kualitas
bakteriologis air, empon-empon,
beras, sanitasi alat / wadah,
derajad keasaman (pH) produk
akhir jamu beras kencur, perlakuan
pemanasan terhadap bahan baku
air, kebiasaan cuci tangan dan
pengetahuan penyakit tular air.
b. Variabel terikat adalah kualitas
bakteriologis (E.coli) produk jamu
beras kencur.
4. Analisis data
Data yang telah dikumpulkan diolah
dan dianalisis dengan menggunakan
komputer (SPSS software for windows
version 10,0).(13,14)
a. Analisis univariat dilakukan
dengan membuat grafik atau tabel
distribusi frekuensi.
b. Analisis bivariat dengan
menggunakan uji chi square, yang
menghasilkan signifikansi, interval
kepercayaan 95% dan nilai
Prevalens Ratio (PR).
c. Analisis multivariat dengan regresi
ganda logistik untuk menemukan
model regresi yang paling sesuai
dan masuk akal, untuk
menggambarkan hubungan antara
variabel bebas dengan variabel
terikat.
Hasil dan pembahasan
Sebanyak 90 sampel diambil dari 363
populasi penjual/pembuat jamu gendong
yang ada di Kota Semarang. Sampling
dilakukan secara proporsional
(proportional stratified sampling)(15) pada
ke 16 kecamatan. Observasi dan
pengukuran dilakukan terhadap variabel
yang berpengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung pada terjadinya
pencemaran E. coli produk jamu gendong.
Variabel yang berhubungan secara
langsung terhadap pencemaran E. coli
hasilnya dianalisis menggunakan chisquare
(X2) untuk mengetahui signifikansi
dan kekuatan pengaruh. Variabel yang
tidak berhubungan langsung digunakan
sebagai data pendukung. Untuk
mengetahui model akhir pengaruh
beberapa variabel digunakan analisis
regresi ganda logistik.
Gambaran secara umum penjual/pembuat
jamu gendong dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
No Variabel Hsl pengukuran
1 Umur 40-44 tahun
2 Pddkan akhir SD
3 Penghasilan/bulan Rp. 600.000,-
4 Jml kel. tanggungan 3-4 orang
5 Jml JG sekali proses 3-4 liter
6 Jenis air Sm 51 ; PAM 39
Tabel 1. Gambaran umum subyek
penelitian
Populasi penjual/pembuat jamu gendong di
Kota Semarang sesuai data DKK tersebar
secara tidak merata di masing-masing
Kecamatan. Mereka cenderung memilih
wilayah padat penduduk agar dekat dengan
konsumennya. Di Kota Semarang, wilayah
padat penduduk berlokasi di dataran
rendah, yang memungkinkan terjadinya
pelimpahan limbah dari daerah yang lebih
tinggi. Hasil observasi di lokasi tempat
produksi ada beberapa hal yang
memungkinkan terjadinya pencemaran
produk seperti jarak sumber air dengan
septictank, kondisi pembuangan sampah,
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
kondisi SPAL, seperti dapat dilihat pada
tabel 1. Sebagian besar dari
penjual/pembuat jamu adalah pendatang
dari luar kota, mobilitasnya relatif tinggi.
Pada banyak responden berdagang jamu
merupakan pekerjaan tetapnya, beberapa
responden menjadikannya sebagai
pekerjaan sambilan.
No Kecamatan
(Jml sampel)
Frekuensi (f) positif
E.coli pada
I II III IV
1 2 3 4 5 6
1 Smg Tgh (7) 2 0 1 4
2 Smg Utara (6) 4 3 0 3
3 Smg Timur (9) 5 3 2 4
4 Smg Sltn (12) 5 6 2 5
5 Smg Barat (10) 7 5 3 7
6 Gayamsari (4) 2 0 2 2
7 Candisari (6) 3 0 0 2
8 Gj Mungkur (-) - - - -
9 Genuk (6) 4 2 2 3
10 Pedurungan (1) 1 0 0 0
11 Tembalang (5) 3 2 0 2
12 Banyumnk (9) 1 4 0 0
13 Gn pati (1) 0 1 0 0
14 Mijen (7) 1 3 0 1
15 Ngalian (3) 0 1 0 0
16 Tugu (4) 1 2 1 1
J u m l a h (90) 39
(43,
3%)
32
(35,
6%)
13
(14,
4%)
34
(37,
8%)
Tabel 2. Distribusi populasi
penjual/pembuat jamu gendong dan hasil
uji cemaran E.coli berdasarkan wilayah
Kecamatan di Kota Semarang.
Keterangan :
I.Air II.Empon2 III.Beras IV.Produk
akhir
Hasil uji kualitas mikrobiologi (bakteri
Escherichia coli) menunjukkan dari ketiga
macam bahan baku yang digunakan
tercemar E. coli dengan prosen tingkat
cemaran dapat dilihat pada tabel 2 di atas.
Uji cemaran E. coli terhadap produk akhir
(jamu beras kencur), dari sembilan puluh
penjual / pembuat jamu gendong diketahui
34 (37,8%) mengalami pencemaran.
Bahan baku dan proses produksi
Bahan baku penyusun jamu beras kencur
dapat dikelompokkan menjadi air, emponempon
dan beras. Kualitas bakteriologis
semua bahan penyusun tersebut sangat
berpengaruh terhadap kualitas dari produk
akhir. Selain itu juga dipengaruhi oleh
kebersihan lingkungan, pengetahuan dan
kebiasaan diri dari para pembuat jamu.
Proses pengolahan dari bahan baku
menjadi produk jamu gendong yang siap
diedarkan melalui beberapa tahap. Pada
tahap pertama bahan yang berupa emponempon
diracik kemudian dicuci dan
ditumbuk dengan menambah sedikit air
serta disaring. Air sebagai bahan
pengencer sebelumnya direbus dan
dibiarkan hingga dingin. Gula merah
ditambah air kemudian direbus dan
disaring. Bahan baku beras di goreng
sangrai atau direndam dalam air kurang
lebih 4 jam, kemudian ditumbuk, ditambah
air dan disaring. Tahap kedua, semua
bahan yang telah siap dicampur menjadi
satu hingga merata pada wadah yang besar.
Pada tahap ketiga, pengemasan ke dalam
botol-botol atau jerigen plastik untuk siap
diedarkan. Dengan skema seperti pada
gambar berikut :
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Tahap I
Tahap II (pencampuran dan pengadukan)
(A) + (B) + (C) + (D)
Tahap III (Pengemasan)
Gambar 1. Skema proses produksi jamu
gendong
Uji laboratorium dilakukan terhadap
adanya cemaran E.coli pada bahan baku
dan produk akhir serta derajad keasaman
pada produk akhir. Sedangkan variabel
lainnya yang diperkirakan berhubungan
dengan terjadinya pencemaran diperoleh
dengan observasi di tempat produksi /
kuesioner. Adapun hasil pengukuran dan
observasi / kuesioner dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
No Variabel Pengamatan
1 Kualitas bakteriologis bahan baku
a. Air ≥ 105 = 30 < 105 = 9
b. Emponempon
≥ 105 = 25 < 105 = 7
c. Beras ≥ 105 = 5 < 105 = 8
d. Produk akhir
(beras kencur)
≥ 105 = 26 < 105 = 8
2 Kebersihan diri
a. Kebiasaan
cuci tangan
Ya = 70
(78%)
Tidak =
20 (22%)
b. Keikutsertaan
penyuluhan
jamu gendong
Pernah =
18 (20%)
Belum =
72 (80%)
c. Pengetahuan
penyakit tular
air
Tahu =
41 (46%)
Tidak =
49 (54%)
3 Kebersihan lingkungan
a. Sanitasi
alat/kemasan
Ya = 48 Kdng2 =
42
b. Kondisi SPAL Lancar =
39
Tdk = 51
c. Penangan
sampah
Terbuka =
82
Tertutup =
8
d. Jarak sumur
dengan septictank
≥10m = 18 <10m = 72
4 Lingkungan fisik
a. pH produk ≥6 = 50 <6 = 40
b. Perlakuan
pemanasan air
Sebelum
mendidih
= 2
Setelah
mendidih
= 88
Tabel 3. Rekapitulasi hasil uji laboratorium
dan kuesioner
Variabel yang dicetak miring adalah
variabel yang dianalisis hubungannya
terhadap kualitas bakteriologis produk
akhir jamu gendong, karena berpengaruh
secara langsung pada terjadinya
pencemaran produk. Sedangkan variabel
Peracikan bahan
(empon-empon)
Pencucian
Penumbukan
Penambahan air
Penyaringan
(A)
Beras
Perendaman/sangrai
Penumbukan
Penambahan air
Penyaringan
(B)
Air
Perebusan
Pendinginan
(C)
Gula + air
Perebusan
Penyaringan
(D)
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
lainnya merupakan data pendukung. Hasil
analisis bivariat antara masing-masing
variabel bebas (8 variabel) terhadap
variabel terikat dapat dilihat pada tabel
berikut.
No Variabel OR 95% CI Nilai p
1 Kualitas
bakteriologis air
3,5 1,3-9,1 0,009
2 Kualitas
bakteriologis
empon2
3,4 1,3-8,9 0,013
3 Kualitas
bakteriologis
beras
- - -
4 Sanitasi
alat/kmsn
2,3 0,9-5,9 0,071
5 Kebiasaan cuci
tangan
1,1 0,4-3,2 0,901
6 Pengetahuan 3,1 1,1-8,3 0,024
7 PH produk 2,9 1,1-7,8 0,033
8 Perlakuan
pemanasan air
1,2 0,4-3,0 0,693
Tabel 4. Rekapitulasi hasil analisis bivariat
antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
Ada 5 variabel (diblok) merupakan
variabel yang menunjukkan nilai signifikan
p≤0,25 dan pada Confidence Interval 95%
menunjukkan kekuatan hubungan (PR)
lebih dari 1. Dengan analisis regresi ganda
logistik dapat diketahui variabel yang
bersama-sama mempengaruhi terjadinya
kontaminasi E.coli pada produk akhir
dengan nilai p<0,05. Adapun hasilnya
dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
No Variabel β PR 95%CI p
1 Kual.bakt.
air
1,157 3,2 1,1-9,2 0,032
2 Kual. bakt.
empon2
1,535 4,6 1,5-
14,6
0,009
3 pH 1,338 3,8 1,2-
12,3
0,025
Tabel 5. Rekapitulasi hasil analisis regresi
ganda logistik.
Peluang suatu produk jamu gendong
tercemar E.coli pada masing-masing
variabel atau gabungannya dihitung
meggunakan log odds, dengan hasil
sebagai berikut.
No Pengaruh variabel Peluang (%)
1 Kualitas. bakteriologis air 2,8
2 Kualitas. bakteriologis.
empon2
4,0
3 pH 3,3
4 Kual bakteriologis. air dan
empon2
11,7
5 Kual bakt. air dan pH 9,8
6 Kual bakt.empon2 dan pH 13,7
7 Kual bakt. air, kual bakt.
empon2 dan pH
33,6
Tabel 6. Rekapitulasi hasil perhitungan
peluang terjadinya pencemaran produk
jamu gendong pada masing masing faktor
risiko atau gabungannya.
Kesimpulan dan Saran
Dari 8 faktor risiko yang secara langsung
diperkirakan berhubungan dengan
terjadinya kontaminasi E. coli pada produk
jamu gendong, ada 5 yang bermakna
secara statistik. Faktor risiko tersebut yaitu
kualitas bakteriologis air (PR=3,5),
kualitas bakteriologis empon-empon
(PR=3,4), derajad keasaman produk / pH
(PR=2,9), sanitasi alat / kemasan (PR=2,3)
dan pengetahuan (PR=3,1). Hal ini berarti
bahwa :
- Penggunaan air yang tercemar sebagai
bahan baku mempunyai risiko untuk
menyebabkan kontaminasi pada
produk akhir sebesar 3,5 kali dibanding
apabila digunakan air yang tidak
tercemar
- Penggunaan empon-empon yang
tercemar sebagai bahan baku
mempunyai risiko untuk menyebabkan
kontaminasi pada produk akhir sebesar
3,4 kali dibanding apabila digunakan
empon-empon yang tidak tercemar.
- Produk akhir dengan pH ≥6 memiliki
risiko untuk tercemar 2,9 kali
dibanding produk dengan pH <6.
- Perlakuan sanitasi alat/kemasan yang
kurang benar dapat menyebabkan
terjadinya kontaminasi pada produk
akhir sebesar 2,3 kali dibanding bila
dilakukan dengan benar.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
- Pengetahuan para pengolah jamu yang
rendah terutama mengenai higiene
sanitasi produksi dan penyakit tular air
menyebabkan terjadinya kontaminasi
3,1 kali dibanding pengetahuan yang
cukup.
Ada tiga faktor risiko yang bersama-sama
mempengaruhi terjadinya kontaminasi E.
coli pada produk jamu gendong yaitu
kualitas bakteriologis air, kualitas
bakteriologis empon-empon dan derajad
keasaman produk (pH) dengan peluang
33,6%. Peluang dua faktor risiko sekaligus
yang tertinggi adalah pada kualitas
bakteriologis air dan kualitas bakteriologis
empon-empon yaitu 11,9%. Sedangkan
peluang satu faktor risiko yang terbesar
adalah kualitas bakteriologis emponempon
yaitu 4,0%.
Untuk memperoleh produk jamu gendong
yang tidak tercemar, perlu dilakukan
perbaikan dalam melakukan produksinya
yaitu dengan pembinaan kepada produsen
industri kecil jamu gendong. Hal yang
perlu diperhatikan adalah faktor risiko
yang secara langsung berhubungan dengan
terjadinya kontaminasi E. coli, yaitu
dengan menekankan pada kebersihan /
sanitasi empon-empon dan air. Untuk
empon-empon, sebelum diolah sebaiknya
dikupas dan dicuci menggunakan air
matang. Air yang digunakan sebagai bahan
baku seharusnya memenuhi persyaratan air
minum, antara lain tidak mengandung
cemaran bakteri E.coli. Untuk itu
pemanasan harus dilakukan hingga benarbenar
mendidih. Untuk menekan
perkembangbiakan mikroba pada produk
dapat ditambahkan asam jawa sampai pH
sekitar 5,0. Selain dapat mempertahankan
keawetan produk (tidak cepat mengalami
pembusukan) juga berasa lebih segar.
Selain itu pengetahuan para pengolah jamu
gendong perlu ditingkatkan terutama
mengenai sanitasi produksi dan penyakit
tular air, sehingga perilaku memproduksi
jamu gendong menjadi lebih baik untuk
menghindari kontaminasi silang.
Kepustakaan
1. Anwar N.S. Pendaftaran Obat
Tradisional, Pelatihan Tenaga
Pengelola/Penanggungjawab Teknis
Industri Kecil Obat Tradisional
Jakarta. Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional, Dirjen POM Depkes RI;
1999.
2. Hargono D. Suatu Introduksi tentang
Integrasi Obat dan Pengobatan
Tradisional dalam Pelayanan
Kesehatan Primer. Majalah
Kesehatan Masyarakat
Indonesia.1994;2(7):427-32.
3. Media AAM Edition X, April-Juni
2002 : Penggunaan Obat
Tradisional.
4. Soemirat J., 2000. Epidemiologi
Lingkungan. Gadjah Mada University
Press. 167.
5. Greenwood, D., Slack RCB., Peutherer
JF. 2002. Bacterial Pathogens and
Associated Disease in Medical
Microbiology. Churchill Livingstone.
Sixteeth Edition. 708 (265-274).
6. Forsythe S.J. and Hayes P.R. Food
Hygiene, Microbiology and HACCP.
Third Edition, An Aspen Publication
Aspen Publishers, Inc. Gaithersburg,
Maryland, 1998.
7. Lwanga SK, Lemeshow. Sample Size
Determination in Health Studies
Apractical Manual. World Health
Organization Geneva. 1991. 82 : 23-33
8. Rothman KJ., Greenland S. 1998.
Types of Epidemiologic Study in :
Modern Epidemiology. Second
Edition. Library of Congress
Cataloging-in-Publication Data USA.
738 (67-78).
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
9. Sastroasmoro S., Ismael S. 2002. Studi
cross-sectional dalam : Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 2.
Sagung Seto Jakarta. 393. 7 : 97-109.
10. Gordis, Leon. 2000. Case Control and
Cross Sectional Studies in :
Epidemiology. 2nd. Saunders
Company. Philadelphia. 140-154.
11. Roberts D. et all. Practical Food
Microbiology, Methods for the
examination of Food for microorganisms
of public health
significance, 2nd edition. Public Health
Laboratory Service, London. 1995.
215: 19-20.
12. Hitchins A.D. et all. Bacteriological
Analytical Manual : E. coli and the
Coliform Bacteria. AOAC
International, Food and Drug
Administration, 7th Edition. 1992. 529 :
27-49.
13. Gozali, Imam. 2001. Logistic
Regression dalam : Aplikasi Analisis
Multivariat dengan program SPSS.
Edisi 2. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang. 120-130.
14. Wahana Computer. 2001. Pengolahan
Data Statistik Dengan SPSS 10.0.
Penerbit Salemba Infotek. 206.
15. Notoatmodjo S. 2002. Tehnik
Pengambilan Sampel dalam :
Metodologi Penelitian Kesehatan
(Edisi Revisi). Penerbit PT Rineka
Cipta, Jakarta. 208 (79-92).
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.co