12 research outputs found

    SIFAT FISIKA BAMBU PETUNG (Dendrocalamus asper (Schult. f.) Backer ex Heyne) dari KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) SENARU BERDASARKAN POSISI AKSIAL

    Get PDF
    The aims of this study are to determine the influence of bamboo culm section, axial position, and interaction between the culm section and the axial position on physical properties of bamboo petung derived from KHDTK SENARU, North Lombok. The method used in this study was the experimental method using a completely randomized factorial design (CRFD) with two factor. The first factor was the culm section (node and internode) and the second factor was the axial position (bottom, middle and top). Parameters that were observed in this study were green moisture content (MC), air dried MC, green specific gravity, longitudinal and thick shrinkage from green condition to oven dried condition. Data analysis used is the analysis of variance with a confidence level of 95%. The result shows that culm section, the interaction between culm section and axial position did not give significant influence on physical properties. While the axial position which included green MC and green specific gravity has a significant influence on physical properties. A further test was done on a significant result using Tukey's HSD test. Green MC decreases along the culm from base to top. In contrast, green specific gravity increases along the culm from base to top

    ANALISIS PERSEPSI DAN ATRAKSI WISATA ALTERNATIF UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN AIR TERJUN TIU TEJA, LOMBOK UTARA

    Get PDF
    Tiu Teja waterfall is one of nature tourism which is currently well known by the community and get important attention from the Government of North Lombok Regency. The development of Tiu Teja Waterfall tourism is expected to support the economy of the surrounding villages by engaging in tourism activities. Implementation of research aims to analyze the market and tourist products as well as analyze the supporting attractions or alternative tourist attractions that become one unity of Destination with Tiu Teja Waterfall area. The results showed that the visit in the period of April to October 2017 is dominated by domestic tourists with the pattern of adventure tourism journey. Analysis of the components of the tourist market shows several factors that lead to dissatisfaction in the tour of the difficulty of location attainment, inadequate supporting facilities, lack of accommodation facilities, lack of trading facilities and other factors. Tourism Product Analysis describes the types of supporting attractions around the Waterfall area in the form of landscape, agrItourism, cultural and culinary tourism. Types Tourist attractions Tiu Teja supporters are then categorized into natural attractions, cultural attractions and man-madeattractions. This supporting attraction can be used as an alternative tour around the Forest Area of Santong Village. The result of this study is expected to be considered in planning development Waterfall tour as one of North Lombok tourist destination. Keywords: Tourist attraction, Tourist market, Tourist Product, Tiu Tej

    PEMANFAATAN PAPAN LAMINASI BAMBU PETUNG (Dendrocalamus asper (Schult. f.) Backer ex Heyne) SEBAGAI PENGGANTI KAYU

    Get PDF
    Bambu petung dapat dibuat papan laminasi karena memiliki dinding batang tebal (10 mm – 30 mm), dinding batang yang tebal akan menghemat penggunaan perekat.   Syarat pembuatan papan laminasi bambu yaitu berbatang lurus, usia 3 sampai 5 tahun dan tidak terserang hama penyakit. Pemanfaatan bambu petung sebagai papan laminasi diharapkan dapat menghemat penggunaan kayu kualitas tinggi, efesiensi biaya dan bermanfaat bagi kelestarian hutan sehingga dapat menekan sekecil mungkin penebangan hutan. Untuk kelayakan penggunaan bambu petung sebagai papan laminasi perlu dilakukan pengujian sifat fisika. Sifat fisika dibutuhkan untuk mengetahui kestabilan dimensi papan yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui sifat fisika papan laminasi bambu petung dan pengaruh berat  labur terhadap sifat fisika papan laminasi bambu petung.  Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor (berat labur) dengan 3 perlakuan (50 gr/ . 75  gr/  dan 100 gr/  ).  Pembuatan papan laminasi bambu dengan metode penyambungan atau perakitan dengan menggunakan perekat PVAC untuk menjadi bentuk papan.  Pengujian sifat fisika papan laminasi bambu petung meliputi kadar air, berat jenis dan perubahan dimensi.  Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis keragaman (ANOVA) dengan software SPSS 26. Kesimpulan dari hasil penelitian papan laminasi bambu petung adalah: (1).Sifat fisika papan laminasi bambu petung :kadar air 13,48%-13,88%; berat jenis kering udara 0,75 – 0,81   ; berat jenis kering tanur 0,79 – 0,85; pengembangan panjang 0,00% – 0,20%.  ; pengembangan tebal 0,57% – 2,66%.  ; pengembangan lebar 0,60% – 2,24%.  ; penyusutan panjang 0,00% – 0,46%.  ; penyusutan tebal 1,14% – 4,26%.  ; penyusutan lebar -3,75% – 0,00%.  (2). Berat labur perekat tidak berpengaruh pada semua pengujian sifat fisika papan laminasi bambu petung kecuali pada penyusutan lebar. (3).3. Kadar air dan berat jenis masuk dalam Standar JAS 234:2003 (JPIC 2003) dan  Standar SNI 03-2105-2006 sedangkan pengembangan dan penyusutan tidak masuk dalam standar.  (4). Berdasarkan nilai berat jenis dan kadar air maka papan laminasi bambu petung masuk dalam kelas kuat II yang dapat digunakan untuk konstruksi berat, tahan ditempat tidak terlindungi dan terkena tanah lembab

    Peran Penguat Partikel Alumina dan Silikon Karbida terhadap Kekerasan Material Komposit Matriks Aluminium

    Get PDF
    Komposit matriks aluminium berpenguat partikulat banyak dikembangkan untuk aplikasi komponen otomotif dan kendaraan taktis militer, karena mempunyai berat jenis yang lebih ringan dibanding logam ferrous serta memiliki performa yang baik seperti kekuatan tinggi, kekerasan tinggi, sifat tahan aus dan koefisien ekspansi panas rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan material komposit matriks aluminium berpenguat alumina (Al2O3) dan silicon karbida (SiC) yang memiliki sifat mekanis yang paling baik. Komposit dibuat dari matriks Al-3Si-9Zn-6Mg berpenguat partikel alumina (Al2O3) dan silikon karbida (SiC), dengan variasi fraksi volume alumina 10% tanpa tambahan SiC, serta dengan penambahan SiC 5% dan 10%. Proses pengecoran dilakukan dengan metode squeeze casting. Hasil pengujian menunjukkan bahwa komposit dengan penguat alumina tanpa silicon karbida memiliki kekerasan yang paling tinggi yaitu rata-rata sebesar 60,28 HRB, dengan harga impak 0.0383 J/mm2. Dengan penambahan silicon karbida 5 % didapat nilai kekerasan yang lebih rendah yaitu 43 HRB dengan harga impak tetap 0.0383 J/mm2, serta untuk penambahan silicon karbida 10% didapat nilai kekerasan 41,8 HRB dengan harga impak 0.0638 J/mm2. Tidak terjadinya peningkatan kekerasan material komposit alumina dengan penambahan penguat silicon karbida ini disebabkan karena ketidaksempurnaan dalam proses peleburan dan pengecoran, dimana partikel silikon karbida sangat sulit bercampur secara merata dengan aluminium dan alumina. serta timbulnya cacat porositas (void) akibat dari masih terdapatnya udara yang terperangkap di dalam material coran yang tidak sepenuhnya terbuang pada saat proses degassing. Dari analisa struktur mikro terlihat partikel SiC tidak tersebar secara merata dan cenderung untuk mengumpal di satu tempat

    EFEKTIVITAS PENERAPAN STELLARIUM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ASTRONOMI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH PERTAMA DALAM MENENTUKAN WAKTU SHOLAT MAGHRIB

    Get PDF
    Era globalisasi yang semakin pesat menuntut kita untuk mampu beradaptasi dengan IPTEK. Di era modern seperti sekarang ini pengetahuan tentang teknologi sangat diperlukan, karena teknologi yang semakin canggih dapat memudahkan kita untuk melakukan segala macam bentuk pekerjaan di bidang pendidikan. Penerapan teknologi dalam pembelajaran semakin menjadi fokus dalam meningkatkan efektivitas pendidikan, terutama dalam bidang sains seperti astronomi. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh penerapan Stellarium sebagai media pembelajaran terhadap pemahaman konsep astronomi dan kemampuan problem solving siswa dalam menentukan waktu sholat dhuhur. Dengan menggunakan metode eksperimental, siswa diberikan pembelajaran dengan memanfaatkan Stellarium sebagai alat bantu visual, sementara kelompok kontrol menerima pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Stellarium secara signifikan meningkatkan pemahaman konsep astronomi dan kemampuan problem solving siswa. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memahami potensi teknologi dalam pendidikan sains, serta implikasinya terhadap pengembangan kurikulum dan praktik pembelajaran di era IPTEK

    PELATIHAN PENGAWETAN BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) DENGAN METODE PENGAWETAN BOUCHERIE DI HKm AIK BUAL

    Get PDF
    Tanaman bambu tumbuh secara alami dan berumpun di kawasan hutan Indonesia, tak terkecuali di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, pemanfaatan bambu di daerah ini cukup tinggi. Bambu biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan berugak, kerajinan, mebel, dan berbagai souvenir khas daerah. Selain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, bambu memiliki fungsi perlindungan terhadap mata air, bambu merupakan salah satu jenis tanaman yang penting dalam penyerapan CO2. Pengembangan bambu telah dilakukan di HKm Aik Bual, kecamatan Kopang, Lombok Tengah. Bambu di daerah ini merupakan salah satu HHBK yang telah mendapatkan sertifikasi PHBML, sehingga mulai dilirik untuk dijadikan bahan baku oleh perusahaan pengolahan bambu. Namun, hingga saat ini masyarakat masih menjual bambu dalam keadaan segar, padahal bambu memiliki kerentanan terhadap serangan serangga perusak. Hal inilah yang menyebabkan kualitas bambu menurun dan harga jual menjadi rendah. Untuk meningkatkan nilai jual bambu, maka pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk menangani bambu pasca panen perlu ditingkatkan. Mengingat bambu rentan terhadap serangan serangga perusak seperti kumbang bubuk, maka salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas adalah dengan melakukan kegiatan pengawetan bambu pasca panen sebelum dijual. Pengawetan bambu segar dapat dilakukan dengan metode Boucherie saat bambu baru ditebang dan masih memiliki daun. Metode ini sesuai untuk dilakukan masyarakat karena mudah dan murah dalam penerapannya

    PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS GETAH PINUS PEHUTANI KELAS UMUR VII DI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN JEMBER

    Get PDF
    The pine resin tapping have done by Perhutani on pine stand at age 11th (age class iii) to 34th (age class vii), whilst pine resin productivity at the end of age period (age class vii) undiscovered. The aims of this study are to determine the productivity of pine resin, the influence of the diameter class to productivity of pine resin, the value of the yield and a lot of quality pine resin resulting in age class VII in Perum Perhutani Regional Division of East Java KPH Jember. The method used in this study was the experimental method by using a completely randomized design in which the treatment used is class D1 = 26-30cm, class D2 = 31-35cm, class D3 = 36-40cm and class D4 = >40cm. Data analysis used is the analysis of variance ANOVA at 5% level and continued with LSD. The results showed that the productivity of Perhutani pine resin KU VII from KPH Jember ranging between 3.17 to 16.04 g/quaree/day, and 8.42 g/quaree/day in average. The diameter classes affect the productivity of pine resin. The resulting yield value at KU VII ranged from 89.6% to 95%, with an overall average recovery rate is 91.4% and the resulting quality of pine resin included in the Super Premium quality

    Pemanfaatan kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Senaru sebagai sarana wisata edukasi melalui pengenalan jenis vegetasi

    Get PDF
    [Bahasa]: Kawasan Hutan Pendidikan Senaru atau disebut juga dengan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru memiliki potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan, pendidikan dan sosial bagi umat manusia. Manfaat tersebut diantaranya berasal dari Hasil Hutan Kayu (HHK) dan Hasil Hutan Bukan Kayu. Selain manfaat yang bersumber dari HHK dan HHBK terdapat juga manfaat jasa lingkungan seperti wisata alam dan pendidikan. Dalam perjalanannya KHDTK Senaru dimanfaatkan sebagai tempat wisata bagi masyarakat baik lokal, nasional maupun internasional yang datang ke KHDTK Senaru untuk menikmati pemandang alamnya atau melewati KHDTK untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju puncak Gunung Rinjani. Kondisi ini tentunya merupakan perkembangan yang positif bagi KHDTK Senaru dan pengelola, dalam melakukan pengembangan wisata kedepannya. Permasalahan yang terjadi pada saat ini yaitu belum maskimalnya informasi terkait sumberdaya hutan yang ada pada KHDTK Senaru untuk menunjang wisata edukasi bagi pengunjung maupun masyarakat sekitar terkait dengan alam sekitar, terutama pengenalan jenis vegetasi yang terdapat disepanjang jalur wisata. Sehingga tujuan dilaksanakannya kegiatan pengabdian ini adalah: (1) untuk menyediakan informasi vegetasi yang terdapat pada jalur wisata, (2). menyediakan herbarium vegetasi yang ada sepanjang jalur dan (3) menyediakan papan informasi terkait vegetasi pada jalur wisata. Motode yang digunakan adalah observasi, focus group discussion (FGD), dan sosialisasi. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) masyarakat memiliki data terkait jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada jalur-jalur wisata, (2) tersedianya herbarium jenis-jenis vegetasi yang ada di sepanjang jalur (3) tersedianya papan informasi terkait jenis-jenis vegetasi yang ada di sepanjang jalur. Kata Kunci: KHDTK; Senaru; wisata edukasi; pengenalan jenis vegetasi [English]: Senaru Educational Forest or also known as Forest Area with Special Purposes (KHDTK) has a multi-functional potency that can provide economic, environmental, educational, and social benefits for people. The benefits are derived from Timber Forest Products (HHK) and Non-Timber Forest Products (HHBK). In addition, there are also benefits from environmental services such as natural tourism and education. KHDTK Senaru is used as a tourist destination ranging from local, national and international tourists who came to enjoy its natural views or pass through to the summit of Mount Rinjani. This condition is certainly a positive development for KHDTK Senaru and the management, in carrying out tourism development in the future. The current problem is the lack of information regarding the forest resources available at the KHDTK Senaru to support educational tourism and the local communities regarding the natural environment, especially the introduction of vegetation species along the tracks. Thus, the aims of this community service program are (1) to provide information on vegetation available along the tourist track, (2) to provide herbariums for vegetation along the tourist track, and (3) to provide information boards related to vegetation available on the tourist track. The methods used are observation, focus group discussion (FGD), and socialization. The results obtained after the program are as follows: (1) the local communities have database regarding list of vegetation species available along the tourist tracks, (2) the availability of herbariums of vegetation on the tourist track, and (3) the availability of information boards of vegetation at the tourist track. Keywords: KHDTK; Senaru; educational tourisme; species identificatio

    PENGARUH LAMA PENERESAN TERHADAP SIFAT FISIKA KAYU JATI (Tectona grandis L.f) HUTAN RAKYAT

    No full text
    The limitation of teak wood supply from Perhutani forest cause teak woods from community forest are widely used. Teak woods from community forest have high moisture content because the trees are not girdled as teak wood from Perhutani. The field observation was found that teak woods from community forest often used in high moisture content due to the limited drying technology. This condition lead the final products tend to defect and inferior quality. Moreover, there is growth stress in teak woods that can make the condition getting worse. This research conducted to girdle teak wood from community forest in a shorter period than Perhutani, which were 3 months, 6 months, 9 months, and 12 months. Moisture content, tree diameter changing and growth stress measured in each period and compared to ungirdled trees. The moisture content of teak wood from Kalibawang after girdling during 3 months, 6 months, 9 months and 12 months were 52.74%, 49.6%, 50.91%, 32.89%, respectively. The highest moisture content present in wood base and getting lower toward to the end. Radial distribution of moisture content become uniform from near pith to near bark after 6 months girdling. Diameter changing of teak wood after girdling in each period were -1.54 cm, -1.62 cm, -1.2 cm and -1.8 cm, respectively. Tensile stress on girdled trees have a vary value. However, it is lower than ungirdled trees, which is less than 1300 mikrostrain
    corecore