14 research outputs found

    ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT YANG MENGAKOMODASI TINDAK TUTUR KOMISIF PADA NOVEL INSURGENT KARYA VERONICA ROTH

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis terjemahan kalimat yang mengakomodasi tindak tutur komisif pada novel Insurgent karya Veronica Roth. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) jenis-jenis tindak tutur komisif yang muncul pada novel Insurgent, (2) teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan kalimat yang mengakomodasi tindak tutur komisif pada novel Insurgent, (3) kualitas terjemahan dari segi dan keterbacaan kalimat yang mengakomodasi tindak tutur komisif pada novel Insurgent. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah dokumen berupa novel Insurgent karya Veronica Roth dan juga informan yang menilai kualitas terjemahan. Data dalam penelitian ini adalah kalimat yang mengakomodasi tindak tutur komisif pada novel Insurgent dan informasi mengenai teknik penerjemahan dan kualitas terjemahan yang diberikan oleh informan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan analisis dokumen, kuesioner, dan Focus Group Discussion (FGD). Pada penelitian ini, telah ditemukan 10 jenis tindak tutur komisif pada novel insurgent yaitu: (1) tindak tutur komisif merencanakan, (2) berjanji, (3) menawarkan diri, (4) mengancam, (5) menolak, (6)menawarkan, (7) setuju, (8) berkaul, (9) menjamin, (10) tidak menjamin. Lebih lanjut, pada penelitian ini masing-masing jenis tindak tutur komisif ditemukan sebanyak berikut ini: (1) merencanakan ditemukan sebesar 24,17%, (2) berjanji 24,17%, (3) menawarkan diri 20%, (4) mengancam 14,17%, (5) menolak 6,67%, (6) menawarkan 5,83%, (7) setuju 2,50%, (8) berkaul 0,83%, (9) menjamin 0,83%, (10) tidak menjamin 0,83%. Terdapat 16 teknik yang digunakan untuk menerjemahan kalimat yang mengakomodasi tindak tutur komisif pada novel Insurgent yaitu pemadanan lazim 58,97%, variasi 21,25%, implisitasi, 4,91%% modulasi 4,05%, eksplisitasi 3,69%, peminjaman murni 1,84%, reduksi 1,23%, transposisi 0,85%, penambahan 0,61%, partikularisasi 0,49%, amplifikasi linguistik 0,49%, literal 0,48%, kreasi diskursif 0,37%, generalisasi 0,25%, subtitusi 0,25% dan kompresi linguistik 0, 25%. Teknik pemadanan lazim merupakan teknik yang paling sering muncul di setiap jenis tindak tutur komisif. Dalam penelitian ini menunjukan keterbacaan mendapatkan nilai sempurna yaitu 3.00. Seluruh terjemahan kata, istilah teknik, frasa, klausa, dan kalimat dapat mudah dipahami oleh pembaca. Sehingga, seluruh terjemahan mendapat memiliki keterbacaan tinggi

    WATER MASSCHARACTERISTICS OFWEDA BAY,HALMAHERA ISLAND, NORTH MALUKU

    Get PDF
    The water quality parameters at 23 observation points in Weda Bay were collected using the Sea-Bird's Conductivity Temperature and Depth (CTD) 911 and Dissolved Oxygen (DO) meter ARO-USB 66 during Weda Expedition in 13 – 23 March 2013 (transition monsoon) with research vessel Baruna Jaya VII. The main goal of this research was to identify characteristics of water masses in Weda Bay. The results showed that the thickness of mixed layer in Weda Bay was about 40 m with the average levels of temperature, salinity, and oxygen at about 29.2 °C, 34.0, and 7.0 mg/L, respectively. Within thermocline layers, it was observed that there was the water type of Southern Subtropical Lower Water (SSLW) identified by the presence of salinity maximum above 35.0 occupied between 25.7 and 24.5 sigma-theta (16,2 °C < < 20,5 °C). Furthermore, there were oxygen homogenous layers at 5.1 mg/L situated at between 26 and 24.7 sigma-theta (15°C < < 20°C). In addition, oxygen inversion was found at 0.15 mg/L in the layer of between 26.8 and 26.0 sigma-theta (10°C < < 15°C). In the intermediate layer (>500 m), the temperature and salinity tended to be constant at 7.8 °C and 34.7, controlled by the sill separating Halmahera sea and Western North Pacific Ocean (WNPO). These water mass characteristics revealed the strong influences from WNPO to Weda Bay. The water, driven by Indonesian throughflow (ITF), flowed into Halmahera Sea before turned into Weda Bay.Keywords: temperature, salinity, oxygen, SSLW, Weda ba

    Islamic perspectives of integrating Muslim cemeteries planning with recreational areas in urban setting

    Get PDF
    The provision of Muslim cemeteries is a requirement stemming from the Quranic teaching that Muslims are buried upon death. Simultaneously, the provision of recreational areas is equally important for a healthy living environment and be part of the ten percent calculation of open spaces required by planning guideline. Due to the scarcity of land particularly in the urban area, one of the ways is to integrate these two types of land uses. This study seeks to examine the Islamic perspective of integrating Muslim cemeteries planning with recreational areas. Using content analysis, Islamic injunctions of the Quran and Hadith were examined together with their exegesis by Muslim scholars. In principle, it is permissible to integrate Muslim cemeteries with the recreational areas provided that their sanctity is preserved. There are limitations of recreational activities that could be done there and only the area with severe land scarcity is allowed to do so. Consequently, a specific planning guidelines for a hybrid cemetery is required as the current GP-010A and GP-005A are standing alone in guiding the cemeteries and open spaces planning respectively. This shariah permissibility based on Maslahah mursalah helps to address the requirement of recreational areas and Muslim cemeteries in an urban setting

    Gambaran hasil pemeriksaan glukosa dan asam urat darah vena sewaktu alat poct dan fotometer di puskesmas gamping ii

    Get PDF
    Glukosa darah sewaktu merupakan gula yang diproduksi dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Asam urat adalah hasil akhir dari proses metabolisme salah satu asam nukleat atau purin di dalam inti sel tubuh. Faktor resiko yang menyebabkan penyakit asam urat yaitu usia, jenis kelamin, konsumsi purin yang berlebihan, asupan alkohol yang berlebihan, obesitas (kegemukan), kurang aktivitas. Pada penelitian ini menggunakan alat Point of Care Testing (POCT) dan alat Fotometer. Perbedaan metode pengukuran POCT dengan Fotometer kemungkinan dapat mengakibatkan ada tidaknya perbedaan hasil pengukuran glukosa dan asam urat pada sampel yang sama dengan kedua alat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan glukosa dan asam urat menggunakan darah vena sewaktu pada alat POCT dan alat Fotometer. Penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan glukosa dan asam urat menggunakan darah vena sewaktu pada alat POCT dan alat Fotometer. Pada hasil pemeriksaan glukosa alat POCT dan alat Fotometer diperoleh selisih sebesar 1,78 mg/dL. Sedangkan hasil pemeriksaan asam urat alat POCT dan alat Fotometer diperoleh selisih sebesar 0,003 mg/dL. Pemeriksaan glukosa darah setelah dilakukan uji Mann- Whitney dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pemeriksaan glukosa darah dengan alat alat POCT dan alat Fotometer. Pemeriksaan asam urat setelah dilakukan uji Independent Samples t-test dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pemeriksaan asam urat dengan alat alat POCT dan alat Fotometer. Dari hasil pemeriksaan glukosa dan asam urat darah vena sewaktu dengan alat POCT dan alat Fotometer di Puskesmas Gamping II dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Saran bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian dengan membandingkan kadar glukosa dan asam urat dengan menggunakan alat Fotometer dan Chemistry analyzer dengan variasi penundaan penyimpanan sampel

    Literature review: Efektivitas ekstrak daun katuk hijau (sauropus androgynus l.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri escherichia coli dan staphylococcus aureus secara in vitro

    Get PDF
    Penyakit diare merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Diare salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, masih menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat. World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 80% penduduk di dunia masih bergantung pada pengobatan tradisional salah satunya adalah daun katuk (Sauropus androgynus L.) memiliki banyak manfaat dalam kehidupan. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun katuk dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan adalah literature review dengan menggunakan metode PICO melalui database Google Scholar, PubMed, dan Science Direct. Jurnal yang digunakan pada penelitian ini sepuluh tahun terakhir (2011-2022). Hasil menunjukkan bahwa diameter zona hambat, ekstrak daun katuk konsentrasi 100% dan 80% lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Daun katuk berpengaruh terhadap menghambat pertumbuhan bakteri dan mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin yang berfungsi sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

    Literature review : efektivitas uji daya hambat ekstrak daun kelor ( moringa oleifera lamk) terhadap pertumbuhan bakteri pseudomonas aeruginosa dan escherichia coli

    Get PDF
    Bakteri gram negatif yang mengakibatkan infeksi yaitu bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif yang mempunyai sifat patogen. Bakteri normal yang ditemukan diusus disebut bakteri Escherchia coli, bakteri Escherchia coli merupakan bakteri gram negatif yang menghasilkan racun. Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera lamk) ditemukan senyawa sekunder antara lain: alkaloid, flavonoid, fenol dan tannin yang memiliki berbagai macam antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, antidiabetes serta kegunaan lainnya. Manfaat dari tanaman daun kelor (Moringa oleifera lamk) yang berpotensi sebagai antibiotik dalam pertumbuhan bakteri, sehingga dalam pemanfaatan tumbuhan tersebut sebagai antibiotik harus melalui proses ekstrasi, dimana proses ekstraksi beberapa tanaman memiliki peran yang sangat penting untuk menghambat patogen-patogen sehingga penggunaan ekstrak dari tanaman memiliki kemampuan aktivitas antibakteri yang dapat mengendalikan infeksi. Mengetahui tentang perbedaan uji daya hambat ekstrak daun kelor (Moringa oleifera lamk) terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli. Penelitian ini dilakukan dengan metode literature review serta pencarian menggunakan metode PICO pada tiga database yaitu PubMed, Google Schoolar, dan Science Direct. Hasil dari beberapa jurnal tentang uji efektivitas antibakteri ektrak daun kelor (Moringa oleifera lamk) pada pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli pada konsentrasi 25% dan 50% dapat dikategorikan resisten dan untuk konsentrasi 100% paling banyak ditemukan intermediet atau ditengah-tengah. Pemeriksaan yang dilakukan oleh beberapa literature bahwa efektivitas uji daya hambat ekstrak daun kelor (Moringa oleifera lamk) terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli, semua memiliki zona hambat, zona hambat tertinggi terdapat pada konsentrasi 100%, yang dimana sebagian besar dari konsentrasi ini didapatkan hasil yang resistensi, namun ada beberapa literature yang hasilnya intermediete, dan ada juga hasil yang sensitif. Memperhatikan pra analitik dan pasca analitik dengan benar, sehingga tidak tejadi kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil tersebut

    Modelling of the Heated Water Spreading in Muara Karang Coastal Waters, Jakarta Bay

    No full text
    Abstract. Modelling of the heated water spreading in Jakarta Bay had been performed as a part of the study on cooling water circulation of Muara Karang Power Plant, North Jakarta. The results of the simulation described in this paper illustrated for cast season (August 1994), transitional season (November 1995), and west season (Januari 1996). The spreading of thermal water in Muara Karang coastal waters near the outlet canal of the power plant for each season and all tidal and wind conditions is dominantly influenced by discharge of cooling water that has maximum value of 35.1 m3/sec. In the far field area the spreading is directed by monsoon (wind-induced) currents and slightly influenced by tidal currents. Thermal water which spreads out from the outlet canal into coastal waters has a minimum area of about 58.60 hectares in transitional season at highest water level, and a maximum area of about 156 hectares in transitional season when water level goes to cbb. In general, the simulation results in the cast season are comparable to the observed data, while in the transitional season of cast-west season of cast-west season the and in the west season the model is still being verified. Pemodelan Penyebaran Air Hangat dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Peraian Muara Karang, Teluk JakartaSari. Pemodelan sebaran panas di Teluk Jakarta merupakan salah satu bagian dari studi resirkulasi air pendingin PLTU Muara Karang, Jakarta Utara. Hasil simulasi pada makalah ini menggambarkan kondisi pada musim timur (Agustus 1994), musim peralihan (November 1995), dan musim barat (Januari 1996). Sebaran termal di perairan Muara Karang dekat saluran outlet PLTU untuk masing-masing musim dan semua kondisi pasang surut dan angina sangat dominan dipengaruhi oleh debit PLTU yang maksimum 35,1 m3/detik. Di daerah jauh, arah sebaran termal bergantung pada arus musim (pengaruh angin) dan sebagian dipengaruhi oleh pasang surut. Temperatur air panas yang keluar dari saluran outlet menyebar ke perairan dengan luas minimum 58,60 hektar pada musim peralihan pada saat air pasang maksimum, dan luas maksimum sekitar 156 hektar pada musim peralihan saat air menuju surut. Secara umum hasil simulasi pada musim timur yang dibandingkan dengan data lapangan hamper sesuai, sedangkan pada musim peralihan dari musim timur ke musim barat dan pada musim barat masih akan diverifikasi lebih lanjut.

    Splendor = gemerlap

    No full text
    338 hlm. ; 20,5 cm

    The effect of leaf bud trimming and fruit position arrangement on the quality of golden melon (Cucumis melo L.)

    No full text
    Melon are one of the most popular fruit commodities, but, despite the demand, its production in Indonesia has declined. One measure that can be used to optimize the quality of melon fruit is to trim off the leaf buds and arrange the position of fruiting on the stem, and this study, using the golden melon cultivar ‘Apollo,’ aimed to identify the effects of leaf bud trimming and fruit position arrangement in improving the quantity and quality of the fruit harvest. The experiment was conducted from March to May 2018 in the greenhouse of Food Crop and Horticulture Agribusiness Development (UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura), in Lebo, Sidoarjo, Indonesia. It was based on a split-plot design, with leaf bud trimming as the main factor, consisting of two groups (trimming or not trimming), and fruit positions as the secondary factor, consisting of four stages, all repeated at four different time intervals. A correlation was found between leaf bud trimming and fruit position arrangement toward the number of leaves. However, the treatments did not affect the growth and yield of the plants, but did have a significant effect on fruit weight, sweetness, and volume. It was concluded that trimming off the leaf buds and arranging the fruiting position on golden melon plants can increase the quality of fruits, with the treatment involving trimming combined with arranging fruiting on the twelfth–thirteenth segment showing the best results

    A proposal for the determination of a Protected Natural Area (PNA) of the Wirikuta zone in the state of San Luis Potosi, México

    No full text
    The Wixárika route was declared by the Government of the State of San Luis Potosí with a first proposal for a polygon as a state reserve area on 27th of October, 2000, and in 2001 the category of Natural Sacred Site is awarded. Initially, this region had an original area of 138,750 ha. Subsequently, the Federal Government of Mexico, through the National Commission of Protected Natural Areas (CONANP), creates the "Preliminary Justification Study", where a larger polygon is proposed, including the Sacred Natural Sites for the Wixárika within the reserve. On the 3rd of November 2012, a group formed by scientists and researchers discussed the study carried out, in which they argued that the limits of the Reserve should respond to natural criteria defined by the watersheds of the basins, rather than linear geometric criteria, thus protecting hydrogeological, eco-systematic and social dynamics. So it is proposed adding to the previous polygon the water area of the basin, which represented an increase of 65,437.41 ha to the previously recognized within the PNA, decreeing a total area of 256,946.32 ha, according to the basin limit. However, after analyzing the zone, it was observed that other important elements were not analyzed in-depth and must be considered, such as; physiological, hydrological and topographical elements, meteorological and climatological phenomena, hydrogeology of the area as an adequate element of the basin delimitation, establishment and location of mining concessions. Also, fauna, flora and vegetation of the area were not studied. Thus, an evaluation of the soil was considered recognizing its relationship with toxic elements that could persist in the area. Similarly, an attempt was contemplated, including economic and social elements of the place. Consequently, it was proposed to expand the polygon, covering a new area of 293,388.42 ha. This expansion included all the elements described. © Published under licence by IOP Publishing Ltd
    corecore