Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Not a member yet
692 research outputs found
Sort by
Karakteristik Pola Arus di Perairan Teluk Jakarta Pada Musim Barat dan Timur
Teluk Jakarta merupakan contoh wilayah pesisir yang berpotensi terus mengalami perubahan, baik dipengaruhi oleh faktor alami seperti angin, arus, dan gelombang, serta aktivitas manusia seperti pemukiman, pembangunan pesisir, industri, serta eksplorasi sumber daya perairan dan pesisir. Adanya fenomena munson di Laut Jawa berpengaruh terhadap perubahan pola hidrodinamika perairan Teluk Jakarta, terutama perubahan pola arus. Penelitian ini bertujuan menganalisis perubahan pola arus perairan Teluk Jakarta tahun 2021 pada dua musim yang berbeda (musim barat dan musim timur) melalui pendekatan model hidrodinamika. Penyelesaian solusi hidrodinamika dilakukan menggunakan perangkat lunak OpenFlows dengan data masukan berupa batimetri, pasang surut, angin, dan gelombang, serta validasi hasil model menggunakan data pasang surut dan arus hasil pengukuran di lapang pada bulan Maret dan Agustus tahun 2021. Hasil pemodelan hidrodinamika menunjukkan adanya perubahan arah dan kecepatan arus pada dua musim yang berbeda, baik berdasarkan fase pasang surut yang berbeda maupun pada arus non-pasut (residu). Pola arus pada kedua kondisi sejalan dengan pola perubahan angin pada kedua musim, mengindikasikan kuatnya pengaruh rezim munson di perairan Teluk Jakarta. Hasil validasi model hidrodinamika menggunakan arus dan pasang surut berdasarkan nilai Root Mean Square Error (RMSE) yang ditampilkan pada diagram taylor menunjukan nilai yang baik, mengindikasikan bahwa hasil model dapat merepresentasikan kondisi arus sebenarnya di lapangan. Hasil model hidrodinamika yang baik ini bermanfaat untuk menjadi dasar membuat model lanjutan seperti model sebaran polutan, sedimen, sampah dan lain-lain.Jakarta Bay is a coastal area influenced by both natural factors (wind, currents, waves) and human activities (residential areas, coastal development, industry, and resource exploitation). The monsoon phenomenon in the Java Sea affects hydrodynamic patterns, especially current dynamics in Jakarta Bay. This study analyzes changes in current patterns during two distinct monsoon seasons (west and east) in 2021 using a hydrodynamic modeling approach. The model was developed using OpenFlows software with input data including bathymetry, tidal, wind, and wave conditions. Model validation was conducted using tidal and current measurements from field observations in March and August 2021. The results show seasonal variations in current direction and velocity, both in tidal phases and non-tidal (residual) currents. The current patterns aligned with seasonal wind directions, indicating a strong monsoonal influence. Model validation using Root Mean Square Error (RMSE) and Taylor diagram analysis demonstrated good agreement between modeled and observed data, confirming the model's reliability. These hydrodynamic modeling results can serve as a foundation for further studies, such as simulations of pollutant, sediment, and debris dispersion in Jakarta Bay
Sedimentation Rate Analysis in Public Port, Lhokseumawe City
Sedimentation is the process of deposition of material from rocks that is transported by the movement of water and wind. Sedimentation that takes place continuously causes siltation in water areas. If shallowing occurs in the port area, it will have an impact on the decline in port functions and even threaten the security of sea transportation routes. The purpose of this study was to analyze the rate of sedimentation in the General Port of Lhokseumawe City which includes sediment characteristics and oceanographic parameters that affect the sedimentation process. This study used a survey method with purposive sampling at 4 observation stations for 7 days. The highest sedimentation rate was found at Station 4 which was 6,22 mg/cm2/day and the lowest at Station 2 which was 3,65 mg/cm2/day. The dominant sediment grain size in the General Port of Lhokseumawe City is very fine sand type with a value of 38,04%. PCA analysis of very fine sand type sediments deposited the most. The highest current velocity at station 2 with a value of 0.10 m/s while the highest tide on the first day was 320 cm in height. The current speed has an inversely correlation to the sedimentation rate with a value of 81,52%.Sedimentasi adalah proses pengendapan material dari batuan yang diangkut oleh pergerakan air dan angin. Endapan sedimen yang terjadi terus-menerus di perairan akan mengakibatkan pendangkalan yang dapat menyebabkan terjadinya akresi dan akhirnya menurunkan peranan pelabuhan hingga terganggunya keamanan jalur transportasi laut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya laju sedimentasi di Pelabuhan Umum Kota Lhokseumawe, meliputi karakteristik sedimen, dan parameter oseanografi yang mempengaruhi proses sedimentasi. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan penentuan titik sampling secara purpossive sampling dengan 4 stasiun pengamatan selama 7 hari. Laju sedimentasi tertinggi terdapat pada Stasiun 4 yaitu 6,22 mg/cm2/hari dan terendah pada Stasiun 2 yaitu 3.65 mg/cm2/hari. Karakteristik sedimen yang dominan di Pelabuhan Umum Kota Lhokseumawe berjenis pasir sangat halus dengan nilai 38.04%. Analisis PCA sedimen jenis pasir sangat halus paling banyak terendapkan. Kecepatan arus tertinggi pada stasiun 2 dengan nilai 0.10 m/s sedangkan pasang tertinggi pada hari pertama setinggi 320 cm. Kecepatan arus mempunyai pengaruh terbalik yang sangat kuat terhadap laju sedimentasi dengan nilai 81,52%
Seasonal : Thermocline Layer Thickness in the Waters off the Western Coast of Sumatra
Dinamika oseanografi di perairan barat Sumatra dapat dianalisis melalui karakteristik lapisan termoklin. Informasi mengenai ketebalan termoklin memiliki peran penting dalam mengidentifikasi variasi musiman dalam dekade terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji variasi musiman ketebalan lapisan termoklin di wilayah pantai dan lepas pantai barat Sumatra dengan menganalisis enam titik pengamatan yang mewakili kedua zona tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah metode kuantitatif dan deskriptif, dengan memanfaatkan data temperatur vertikal rata-rata bulanan dari tahun 2010 hingga 2019 yang diperoleh dari situs Marine Copernicus. Pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak Panoply dan Microsoft Excel 2010, menghasilkan nilai rata-rata ketebalan termoklin musiman dan grafik deret waktu (time series). Hasil analisis menunjukkan bahwa ketebalan termoklin tertinggi tercatat sebesar 130,3 m di wilayah pantai Bengkulu pada musim peralihan I, dan mencapai 138,7 m di lepas pantai Lampung pada musim timur. Sebaliknya, ketebalan termoklin terendah terjadi pada musim barat, yakni sebesar 74,9 m, baik di wilayah pantai maupun lepas pantai Bengkulu dan Lampung, serta di perairan Aceh pada bulan Agustus. Ketebalan yang tinggi pada musim peralihan I di wilayah Bengkulu hingga Lampung disebabkan oleh adanya distribusi angin permukaan yang membawa massa air hangat sepanjang perairan barat Sumatra. Sementara itu, ketebalan termoklin yang lebih tipis pada musim timur mengindikasikan terjadinya proses upwelling di kawasan tersebut.The oceanographic dynamics of the western waters of Sumatra can be observed through the characteristics of the thermocline layer. Information on thermocline thickness is essential for understanding seasonal variations over the past decade. This study aims to identify the seasonal variability in thermocline thickness along the coastal and offshore regions of western Sumatra by analyzing six observation points representing both zones. A quantitative and descriptive approach was employed, utilizing monthly average vertical temperature data from 2010 to 2019, obtained from the Marine Copernicus database. Data processing was conducted using Panoply software and Microsoft Excel 2010, producing seasonal average thermocline thickness values and time series graphs. The results show that the highest thermocline thickness was recorded at 130.3 meters in the coastal area of Bengkulu during the first transitional season, and 138.7 meters in the offshore area of Lampung during the southeast monsoon. In contrast, the lowest thermocline thickness was observed during the northwest monsoon, reaching 74.9 meters from the coast to offshore regions of Bengkulu and Lampung, as well as in the coastal to offshore areas of Aceh in August. The increased thermocline thickness during the first transitional season in Bengkulu to Lampung waters is attributed to the distribution of surface winds transporting warm water masses along the western coast of Sumatra. Meanwhile, the thinner thermocline layer observed during the southeast monsoon suggests the occurrence of upwelling in the region
: Study of Wave Characteristics in the Waters of Batang Bay, West Kalimantan
Pelabuhan Teluk Batang merupakan gerbang ekonomi penting bagi Kabupaten Kayong Utara dan sekitarnya. Sebagai aset nasional strategis, aspek keselamatan pelayaran di wilayah ini perlu diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik gelombang di perairan Teluk Batang sebagai informasi pendukung keselamatan pelayaran. Data angin yang digunakan berasal dari ECMWF (European Center For Medium-Range Weather Forecasting) dan digunakan untuk melakukan hindcasting gelombang. Simulasi dilakukan menggunakan model numerik dua dimensi (2D) dengan pendekatan berdasarkan musim angin. Tiga titik lokasi pengamatan dipilih untuk menganalisis variasi musiman gelombang. Hasil simulasi menunjukkan bahwa titik pengamatan 1 mencatat Hs (tinggi gelombang signifikan) tertinggi pada semua musim. Pada musim barat, Hs tertinggi tercatat sebesar 0,77 meter dan Ts (periode gelombang) 3,17 detik (2015). Musim peralihan I mencatat Hs sebesar 0,74 meter dan Ts 3,30 detik (2021), sementara musim timur menunjukkan Hs sebesar 0,57 meter dan Ts 2,76 detik (2018). Pada musim peralihan II, Hs tertinggi sebesar 0,50 meter dan Ts 2,97 detik (2018). Pola penjalaran gelombang menunjukkan arah dari luar teluk menuju ke dalam, dengan penurunan tinggi gelombang seiring perubahan kedalaman. Secara umum, kondisi gelombang di Teluk Batang dinyatakan aman untuk aktivitas pelayaran sepanjang tahun.Teluk Batang Port is the economic gateway for the North Kayong Regency region and its surroundings. The port is a national asset of strategic value, so security factors from a shipping perspective need to be considered. This research was conducted to determine the characteristics of waves in the waters of Batang Bay as information in the field of sailing safety. The wind data used ECMWF (European Center For Medium-Range Weather Forecasting) data for wave hindcasting. Wave model simulation using 2D numerical model. The results of the wave model simulation based on the wind season with three observation location points were obtained, the highest Hs in the four seasons occurred at observation point 1. The highest Hs in the west season occurred in 2015 at 0.77 meters and Ts 3 .17 seconds. The highest Hs transition season 1 occurred in 2021 at 0.74 meters and Ts 3.30 seconds. The highest east monsoon Hs occurred in 2018 at 0.57 meters and Ts 2.76 seconds. The highest Hs transition season 2 occurred in 2018 at 0.50 meters and Ts 2.97 seconds. The pattern of wave propagation in Batang Bay, the wave spreads from outside the bay into the bay. In the wave propagation process, the wave height will become smaller due to changes in water depth. The waves in the waters of Batang Bay are safe for sailing throughout the year
: Carbon Sequestration Estimation and Economic Valuation of Rhizophora apiculata in the North Nias Marine Conservation Area
Mangrove ecosystems are categorized as blue carbon due to their ability to store atmospheric carbon. Rhizophora apiculata, the dominant mangrove species in the Sawo-Lahewa conservation area, North Nias Regency, plays a key role in carbon sequestration and is widely used in ecosystem rehabilitation. This study aims to estimate the carbon stock and its economic value under different compensation scenarios. A non-destructive method was applied to estimate biomass using allometric equations, followed by calculations of carbon stock and CO₂ absorption. The economic value was assessed using three approaches: Forest Carbon Partnership Facility (FCPF), the U.S. government's Social Cost of Carbon (SCC), and Indonesia’s domestic market under the HPP Law. The estimated carbon stock of R. apiculata is 3,687.78 tons/ha, equivalent to 13,534.15 tons of CO₂ absorbed. In 2023, its economic value is approximately IDR 989.35 million (FCPF), IDR 8.31 billion (SCC), and IDR 406.02 million (domestic market). Projected values in 2043 increase to IDR 2.17 billion, IDR 18.21 billion, and IDR 889.65 million, respectively. These results highlight the ecological and economic importance of R. apiculata in supporting climate regulation services. Strategic conservation and sustainable management of mangroves can enhance their carbon offset potential, contributing to both environmental and economic benefits.Ekosistem mangrove termasuk dalam kategori karbon biru karena kemampuannya menyerap dan menyimpan karbon atmosfer. Rhizophora apiculata merupakan spesies dominan di kawasan konservasi perairan Sawo-Lahewa, Kabupaten Nias Utara, dan banyak dimanfaatkan dalam kegiatan mitigasi serta rehabilitasi ekosistem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi cadangan karbon dan nilai ekonominya berdasarkan skenario kompensasi jasa pengaturan, khususnya penyerapan karbon. Metode yang digunakan adalah metode non-destruktif dengan pendekatan persamaan alometrik untuk menghitung biomassa, cadangan karbon, dan serapan CO₂. Nilai ekonomi karbon dihitung menggunakan tiga pendekatan: Forest Carbon Partnership Facility (FCPF), Social Cost of Carbon (SCC) dari pemerintah Amerika Serikat, serta skenario pasar domestik sesuai Undang Undang Harmonisasi Per Pajakan. Hasil menunjukkan cadangan karbon sebesar 3.687,78 ton/ha dengan potensi penyerapan CO₂ sebesar 13.534,15 ton ekuivalen. Pada tahun 2023, nilai ekonomi karbon mencapai sekitar Rp989,35 juta (FCPF), Rp8,31 miliar (SCC), dan Rp406,02 juta (pasar domestik). Proyeksi tahun 2043 menunjukkan peningkatan nilai menjadi Rp2,17 miliar, Rp18,21 miliar, dan Rp889,65 juta secara berturut-turut. Temuan ini menegaskan pentingnya konservasi dan pengelolaan mangrove secara berkelanjutan dalam mendukung jasa pengaturan iklim serta memberikan manfaat ekonomi melalui perdagangan karbon
: The Benefits of Managing The Terubuk Fish Sanctuary (SPT) for Coastal Communities in Bengkalis Waters, Riau: a Social-Ecological Systems Approach
Penetapan Suaka Perikanan Terubuk (SPT) berdasarkan Peraturan Bupati Bengkalis No. 15 Tahun 2010 dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.59/MEN/2011 tentunya memberikan dampak sosial dan ekologi yang positif. Penelitian ini bertujuan menilai manfaat sosial dan ekologi SPT bagi masyarakat pesisir di Perairan Bengkalis, Riau. Data diperoleh melalui wawancara dan analisis produksi perikanan berdasarkan ketersediaan data dari tahun 2008-2016. Keberadaan ikan terubuk di perairan Kabupaten Bengkalis, Kepulauan Meranti dan Siak lekat dengan nilai sejarah dan budaya. Hasil dari pemodelan peramalan produksi selama 10 tahun menunjukkan penurunan produksi ikan terubuk, dengan prediksi penurunan 1,37 ton per tahun (-0,58%) berdasarkan model S-Curve. Hasil analisis statistik (t-test) juga menyebutkan tidak ada pengaruh antara sebelum dan setelah diterbitkannya SK (Peraturan Larangan Terubuk) dengan melihat nilai P-Value > 0,005. Secara umum, pengelolaan perikanan Terubuk yang ada di Perairan Provinsi Riau belum efektif dengan hanya diterbitkannya SK pengelolaan Kawasan, akan tetapi diperlukan beberapa langkah strategis diantaranya adalah dengan meningkatkan peran Masyarakat dalam pengelolaan, peningkatan pengawasan dan penegakan hukum dalam melakukan konservasi perikanan Terubuk.The establishment of the Terubuk Fish Sanctuary (SPT) under Bengkalis Regent Regulation No. 15 of 2010 and the Minister of Marine Affairs and Fisheries Decree No. KEP.59/MEN/2011 has undoubtedly had positive social and ecological impacts. This study aims to assess the social and ecological benefits of the SPT for coastal communities in Bengkalis Waters, Riau. Data were collected through interviews and fishery production analysis based on available data from 2008 to 2016. The presence of Terubuk fish in the waters of Bengkalis, Meranti Islands, and Siak is closely linked to historical and cultural significance. A 10-year production forecast model indicated a decline in Terubuk production, with a predicted decrease of 1.37 tons per year (-0.58%) based on the S-Curve model. Statistical analysis (t-test) also showed no significant difference in Terubuk production before and after the issuance of the regulation (P-Value > 0.005). Overall, Terubuk fishery management in the Riau Province waters has not been effective with only the issuance of area management regulations. Strategic steps are needed, including increasing community involvement in management, enhancing supervision, and enforcing laws to better conserve the Terubuk fishery
: Estimation of Lampung Bay Waters Fertility Based on Vertically Generalized Production Model (VGPM)
Lampung Bay is an important water crossing in South Sumatra that is greatly influence by anthropogenic activities and oceanographic characteristics. This study characterized and estimated the spatial and temporal Primary Productivity (PP) in the three sections of the bay: head, middle, and mouth. The PP was modeled by using Sea Surface Temperature (SST), chlorophyll-a, Primary Productivity, and Photosynthetically Active Radiation (PAR) collected from remote sensing data and field measurements. Primary productivity was modeled with a Vertically Generalized Production Model (VGPM), and data validation was done using the Root Mean Square Error method. The distribution of PAR in Lampung Bay ranged from 35–52.50 E/m2/day. The distribution of SST ranged from 28.5–31.50°C. The highest distribution of chlorophyll-a was at the hHead of the bay with a range of 0.30-12 mg/m3. Correlation analysis shows that chlorophyll-a had the highest influence on PP (R2=0.99). While the middle and outer areas of the bay have a low average with values of 122.65 and 101.84 gC/m2/year. Our models show that there is high primary production at the Head of the bay, reaching eutrophic and mesotrophic levels. The middle and outer areas of the bay show productivity levels corresponding to mesotrophic and oligotrophic levels.Teluk Lampung merupakan jalur perairan penting di Sumatera Selatan yang dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik dan karakteristik oseanografis. Penelitian ini mengestimasi produktivitas primer (PP) secara spasial dan temporal di tiga bagian teluk: hulu, tengah, dan muara, menggunakan data suhu permukaan laut (SPL), klorofil-a, dan radiasi fotosintesis aktif (PAR) dari penginderaan jauh dan pengukuran lapangan. Pemodelan PP dilakukan dengan Vertically Generalized Production Model (VGPM) dan divalidasi menggunakan metode Root Mean Square Error (RMSE). Distribusi PAR berkisar antara 35–52,50 E/m²/hari, sementara SST berada pada 28,5–31,50°C. Konsentrasi klorofil-a tertinggi ditemukan di hulu teluk (0,30–12 mg/m³). Analisis korelasi menunjukkan klorofil-a memiliki pengaruh terbesar terhadap PP (R²=0,99). Produktivitas rata-rata di area tengah dan luar lebih rendah, masing-masing sebesar 122,65 dan 101,84 gC/m²/tahun. Model menunjukkan produksi primer tinggi di hulu teluk, mencapai tingkat eutrofik dan mesotrofik, sedangkan area tengah dan luar cenderung mesotrofik hingga oligotrofik. Hasil ini penting untuk pengelolaan sumber daya pesisir dan pelestarian ekosistem perairan setempat
Jenis dan Komposisi Sampah Laut di Pesisir Randusanga, Brebes, Jawa Tengah
Permasalahan sampah plastik di Indonesia dianggap sebagai status darurat, hasil penelitian menempatkan Indonesia sebagai kontributor sampah plastik laut terbesar di dunia setelah Tiongkok. Minimnya informasi mengenai pencemaran sampah laut di pantai menjadi masalah tersendiri dalam penanggulangannya, khususnya di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis sampah laut serta mengestimasi komposisi sampah di pesisir Pantai Randusanga, Brebes. Pengambilan sampel sampah laut dilakukan menggunakan metode pengamatan transek kuadran sebanyak 3 kali dengan total 15 transek pada bulan Agustus-Oktober 2021. Data dianalisis menggunakan pendekatan Graphical Data Analysis (GDA). Hasil yang ditemukan adalah sampah plastik yang paling dominan dengan jumlah sebanyak 869 item, diikuti busa plastik 190 item, kertas dan kardus 57 item, kayu 48 item, karet 36 item, bahan lainnya 34 item, logam 22 item, kain 8 item, serta kaca atau keramik sebanyak 4 item. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa berdasarkan ukuran, jenis sampah berukuran makro merupakan sampah paling banyak ditemukan. Jumlah total makro debris yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 1.222 item, sedangkan meso debris sebanyak 66 item. Persentase komposisi kelimpahan sampah adalah plastik (71%), busa plastik (15%), kain (4%), kaca dan keramik (0%), logam (0%), kertas dan kardus (4%), karet (0%), kayu (2%), bahan lainnya (4%). Jenis sampah plastik berdasarkan Resin Indetification Code (RIC) terdiri atas sampah berjenis polypropylane (PP), low density polyethylene (LDPE), others (OT), polystyrene (PS), high density polyethylene (HDPE), polyethylene terephthalate (PET/PETE). Tingginya kelimpahan sampah laut setiap bulannya diduga berkaitan erat dengan minimnya kesadaran masyarakat terhadap keberlangsungan ekosistem sekitar serta minimnya kesadaran akan implementasi dari Peraturan Pemerintah terkait penanganan sampah yang berlaku.The problem of plastic waste in Indonesia is considered an emergency status, following research results that place Indonesia as the largest contributor to marine plastic waste in the world after China. The lack of information about marine pollution on the coast is a problem in its handling, especially in Brebes Regency, Central Java. This study aims to identify the types of marine debris and estimate their composition and distribution on the coast of Randusanga Brebes Beach. Marine debris sampling was carried out using the quadrant transect observation method which was carried out three times with a total of 15 transects in August-October 2021. Data was analyzed using Graphical Data Analysis (GDA) approach. Of the various types of waste found, plastic waste was the most dominant waste found with 869 items, followed by 190 items of plastic foam, 57 items of paper and cardboard, 48 items of wood, 36 items of rubber, 34 items of other materials, 22 items of metal, 8 items of cloth, as well as glass or ceramic as much as 4 grains. Based on size, macro-sized waste is the most commonly found waste. The total amount of macro debris found at the study site was 1,222 items, while the meso debris was 66 items. Percentage composition of tents: plastic bags (71%), plastic foam (15%), fabrics (4%), glass and ceramics (0%), metal (0%), paper and cardboard (4%), rubber (0%) , wood (2%), other materials (4%). Types of plastic waste based on the Resin Indetification Code (RIC) consist of polypropylane (PP), low density polyethylene (LDPE), others (OT), polystyrene (PS), high density polyethylene (HDPE), polyethylene terephthalate (PET/PETE) waste. The high abundance of marine debris every month is closely related to the lack of public awareness of the sustainability of the surrounding ecosystem and the lack of awareness of the implementation of Government Regulations regarding the handling of applicable waste
Analisis Kelayakan Air Laut untuk Wisata di Pantai The Legend-Pamekasan Berdasarkan Kelimpahan Bakteri Escherichia coli dan Konsentrasi Bahan Organik Total
Pantai The Legend-Pamekasan merupakan kawasan wisata yang dikelilingi oleh lima stasiun pemantauan, di mana terdeteksi kontaminasi bakteri Escherichia coli. Bakteri ini dapat berkembang biak dengan cepat di perairan yang memiliki kandungan nutrien yang cukup, terutama bahan organik total. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menilai kelayakan kawasan wisata Pantai The Legend-Pamekasan berdasarkan kelimpahan E. coli serta menganalisis hubungan antara konsentrasi bahan organik total dengan kelimpahan E. coli di lokasi penelitian. Kelimpahan bakteri dianalisis menggunakan metode filtrasi membran berdasarkan standar ISO 9308-1:2014, sedangkan kandungan bahan organik total dianalisis mengacu pada SNI 06-6989.22-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan E. coli di Stasiun 7 (Pantai The Legend-Pamekasan) berada dalam kategori aman sebagai kawasan wisata pantai, dengan nilai 30 CFU/mL. Namun, aktivitas berenang dan snorkeling tidak direkomendasikan di sekitar area pantai, karena Stasiun 1 (muara) dan Stasiun 3 (area pembuangan limbah pencucian ikan) memiliki kelimpahan bakteri yang melebihi ambang batas baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2021. Analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara konsentrasi bahan organik total terhadap kelimpahan E. coli di seluruh stasiun penelitian (ρ = 0,01; p < 0,05). Hasil penelitian ini menekankan pentingnya pengelolaan limbah di sekitar lokasi untuk mencegah potensi pencemaran lebih lanjut dan menjaga keberlanjutan Pantai The Legend-Pamekasan sebagai destinasi wisata yang aman dan layak.The Legend Beach-Pamekasan is a tourist destination surrounded by five monitoring stations, where contamination by Escherichia coli bacteria has been detected. This bacterium can proliferate rapidly in aquatic environments when sufficient nutrients, particularly total organic matter, are present. Therefore, this study aims to assess the suitability of The Legend Beach-Pamekasan for tourism based on E. coli abundance and to analyze the relationship between total organic matter concentration and E. coli abundance at the study site. Bacterial abundance was determined using the membrane filtration method following ISO 9308-1:2014, while total organic matter content was analyzed based on SNI 06-6989.22-2004. The results indicate that E. coli abundance at Station 7 (The Legend Beach-Pamekasan) falls within the safe threshold for recreational beach use at 30 CFU/mL. However, swimming and snorkeling activities are not recommended in the surrounding waters, as E. coli levels at Station 1 (estuary) and Station 3 (fish-washing waste area) exceed the quality standard threshold established by Republic of Indonesia Government Regulation No. 22 of 2021. A significant correlation was found between total organic matter concentration and E. coli abundance across all stations (ρ = 0.01, p < 0.05). These findings highlight the need for effective waste management strategies in the area to prevent further contamination and ensure the long-term sustainability of The Legend Beach-Pamekasan as a safe and viable tourism destination
: Analysis of Blue Swimming Crab (Portunus Pelagicus) Stocks in The Northern Java Sea, Tegal Regency and its Management Strategy
Tingginya nilai ekonomis rajungan dalam perekonomian mendorong peningkatan penangkapan di alam sehingga memicu terjadinya overfishing. Pendugaan stok rajungan di Kabupaten Tegal sangat minim dilakukan karena kurangnya informasi data mengenai rajungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kondisi stok rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Laut Jawa, Kabupaten Tegal. Pengambilan sampel sebanyak 715 ekor dari nelayan, pengepul rajungan di Desa Suradadi, Bojongsana dan Purwahamba. Dilakukan dengan menggunakan metode sampel acak (Simple Random Sampling). Sampel yang didapat dilakukan pengukuran lebar karapas dan berat tubuh rajungan. Analisis data secara manual dan menggunakan bantuan software FISAT II dikeluarkan oleh FAO-ICLARM. Diantaranya sebaran frekuensi lebar karapas, hubungan lebar berat, pola pertumbuhan, mortalitas dan laju eksploitasi serta pola rekrutmen rajungan (Portunus pelagicus). Hasil penelitian ini adalah karakteristik rajungan di Kabupaten Tegal penangkapannya menggunakan bubu lipat, jenis yang banyak ditangkap jantan dengan ukuran lebar karapas 14 cm. Kondisi stok rajungan di Kabupaten Tegal masih dikategorikan baik sebab laju eksploitasi rajungan hanya sebesar 0,31 per tahun yang menunjukkan bahwa upaya penangkapan belum melebihi batas tingkat eksploitasi maksimal yaitu 0,5 per tahun. Upaya pengelolaan rajungan di Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal yaitu strategi pengelolaan perikanan rajungan di perairan Kabupaten Tegal meliputi menetapkan pengelolaan perikanan rajungan dalam Peraturan Daerah dan sosialisasi kepada stakeholder terkait