71 research outputs found

    PENGEMBANGAN MANAJEMEN DAN PENERAPAN SISTEM AUTOMASI PERPUSTAKAAN BERBASIS SLIMS DI PERPUSTAKAAN SMKN 1 MATARAM

    Get PDF
     Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sumber belajar yang mampu menyediakan buku/koleksi untuk menunjang materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Guru dianggap sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan dan informasi. Kiranya belum ada kesadaran yang tinggi bahwa perpustakaan sekolah merupakan sumber ilmu pengetahuan dan informasi yang ikut berperan dalam mencapai kualitas pendidikan umumnya sekolah di Kota Mataram dan khusunya pada perpustakaan SMKN 1 Mataram. Melihat kondisi tersebut, maka Tim Pengabdian memadang perlu diselenggarakan sebuah program memberikan bantuan dalam bentuk pelatihan dan penyuluhan tentang Pengembangan Manajemen  dan Penerapan Sistem Automasi Perpustakaan di Perpustakaan SMKN 1 Mataram. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah metode ceramah/penyuluhan, metode dialogis, dan metode pelatihan. Adapun hasil yang didapat dalam pengabdia ini yaitu; 1) Otomasi perpustakaan di Perpustakaan Perpustakaan SMKN 1 Mataram sudah berjalan dengan baik’ 2) Otomasi perpustakaan tersebut menggunakan sistem open source; 3) Pengelolaan koleksi dan layanan perpustakaan dilakukan melalui sistem tersebut; da

    Desain basis data relasional dinas kesehatan kota sabang

    Get PDF
    Latar Belakang: Salah satu komponen sistem informasi yang merupakan hasil perkembangan teknologi informasi yaitu basis data. Upaya penggunaan basis data bisa memberikan kontribusi secara maksimal dalam pengolahan data menjadi informasi. Model basis data relasional banyak digunakan pada proses perancangan basis data, dikarenakan mudah dipahami. Penelitian Perancangan Basis Data Relasional Dinas Kesehatan Kota Sabang dilakukan untuk meneliti proses perancangan suatu basis data sebagai komponen sistem informasi berdasarkan laporan-laporan dengan menggunakan Model Basis Data Relasional.Tujuan : Membuat Rancangan Basis Data Relasional Dinas Kesehatan Kota Sabang yang diharapkan dapat menjadi acuan model basis data kesehatan di kabupaten/kota.Metode : Penelitian dilakukan dengan Pendekatan Model Basis Data Relasional dengan berupa kumpulan konseptual untuk deskripsikan data, relasi dan batasan konsistensi. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi laporan (reporting) dan instrumen pendukung analisa atas-bawah (Top-Down).Hasil: Rancangan Basis Data Relasional Dinas Kesehatan Kota Sabang berfokus pada dua jenis laporan, yaitu; Laporan Kesling Form PL 1, PL 2, dan Laporan KIA Form 1 (ANC), Form 2 (persalinan) dan Form 4 (Kematian). Penetapan entitas berdasarkan dari spesifikasi dan kemampuan sistem yang direncanakan. Penentuan atribut merupakan hasil dari analisa terhadap permintaan data pada form-form laporan. Entitas berserta atribut digambarkan dalam bentuk Entity Relationship Diagram (ERD), sehingga terbentuk sebagai Komponen Basis Data yang merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem berdasarkan Siklus Hidup Pengembangan Sistem.Kesimpulan: Rancangan Basis Data Relasional Dinas Kesehatan Kota Sabang menghasilkan 9 tabel entitas, yaitu; entitas pengguna, entitas jabatan, entitas akun, entitas propinsi, entitas kab/kota, entitas puskesmas, entitas datadasar, entitas kesling dan entitas kia. Serta terdapat 3 file master dan 6 file transaksi.Kata Kunci: Basis data kesehatan, basis data relasional, rancangan basis data.

    Analisis Studi Kelayakan Kedai DjamoeLenial Ditinjau dari Aspek Finansial

    Get PDF
    Indonesian people have started to care about the importance of maintaining health and adopting a healthy lifestyle, as evidenced by data on people's satisfaction with their health which continues to increase. One method of maintaining health and running a healthy lifestyle is by consuming jamu (herbal drinks). Herbal drink in Indonesia already has a fairly broad market. To provide the needs of the community for herbal drinks, there is a outlet named Kedai DjamoeLenial in the Mampang Prapatan II, South Jakarta. The purpose of the research is to find out the opportunities in opening a business to carry out a feasibility study that focuses on financial aspects, useful for assessing the potential of the business to be carried out and to facilitate supervision and management of the business from a financial perspective in the future. The results of calculations and analysis from the financial aspect show that the DjamoeLenial Shop business is feasible to run with a project life of 5 years. Analysis of the eligibility criteria resulted in a Payback Period (PP) of 2 years and 7 months, an average rate of return of 37%, a Net Present Value (NPV) of IDR 6,836,790, a Profitability Index (PI) value of 1.1 and an Internal Rate of Return (IRR) of 20%. Thus the result is that this business is feasible to run.Masyarakat Indonesia sudah mulai peduli akan pentingnya menjaga kesehatan dan menjalankan pola hidup sehat, terbukti dari data kepuasan masyarakat terhadap kesehatan mereka yang terus meningkat. Salah satu metode  menjaga kesehatan dan menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi minuman jamu. Jamu di Indonesia sudah memiliki pasar yang cukup luas. Untuk menyediakan kebutuhan minuman jamu bagi masyarakat, kehadiran sebuah kedai yang diberi nama Kedai DjamoeLenial di Daerah Mampang Prapatan II, Jakarta Selatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui peluang dalam pembukaan usaha dilakukan studi kelayakan  yang fokus pada aspek keuangan, berguna untuk menilai potensi bisnis yang akan dijalankan serta untuk mempermudah dalam pengawasan dan pengelolaan bisnis dari segi keuangan kedepannya. Hasil perhitungan dan analisis dari aspek keuangan menunjukkan usaha Kedai DjamoeLenial ini dikatakan layak dijalankan dengan umur proyek selama 5 tahun. Analisis kriteria kelayakan menghasilkan Payback Period (PP) selama 2 tahun 7 bulan, average rate of return 37%, nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 6.836.790,-, nilai Profitability Index (PI) sebesar 1,1 dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 20 %. Dengan demikian diperoleh hasil bahwa usaha ini layak dijalankan

    Festival Citylink Brand Audit and Improvement

    Get PDF
    Festival Citylink (FCL) is a shopping center that using concept mixed-use integration between shopping center, hotels and convention center located in South Bandung area. The problem that faces by Festival Citylink is low on brand equity performance, brand history and the intense of competition. Based on survey result in 2011, Festival Cityink has low in brand awareness, recall and response. The negative perception brand image from predecessor Mollis as shopping center before Festival Citylink. The intense competition among shopping center in Bandung that account for 30 shopping centers. This lead to low market share which reaches only 5% compare to competitors and the average of customer traffic reach only 11.000 visitor/day considered below the company target for 20.000 visitor/day. The conceptual framework is using Customer Based Brand Equity (Keller,2008). The brand audit is done by searching source brand equity from customer and company perspective. From company perspective to find the brand strategy committed by company and from customer perspective to know what customer perception about brand, product and service offered by company. The focus of this final project is to provide solution to increase brand equity Festival Citylink in the midst of competition. the internal and external analysis conduct to find the root cause of the problems. The result shows that there are three problems consist of (1) Brand element considered less effective in create strong, unique and favorable association and low brand performance. (2) The effectiveness and efficiency of integrated marketing communication. (3) Low service environment performance for shopping center.              Some recommendation proposed for increasing brand equity consists of the change and maintain brand element that supports for brand equity performance, propose target market and positioning, increase integration marketing communication and improve servicescape to get positive experience and image. Keywords: Shopping Center, CBBE, Brand Equity, Association, Festival Citylin

    MODEL KERJASAMA VERTIKAL PELAKU RANTAI PASOK KOMODITAS PANGAN

    Get PDF
    Peningkatan daya saing komoditas pangan lokal memerlukan pendekatan sistem agribisnis mulai dari hulu sampai hilir yang melibatkan para pelaku rantai pasok. Hal ini didasari harga komoditas pangan impor yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga komoditas pangan di pasar domestik, dengan kualitas produk yang lebih terjamin. Para pelaku rantai pasok dalam hal ini perlu proaktif membina kerjasama untuk mewujudkan pemasaran komoditas pangan yang efisien mulai dari petani sampai ke industri pengolahan.  Wujud kerjasama yang saling menguntungkan adalah suatu sistem koordinasi diantara pelaku rantai pasok. Sistem koordinasi dalam rantai pasok komoditas pangan belum diketahui tingkatannya, oleh karena itu perlu diteliti tingkat koordinasi dalam rantai pasok komoditas komoditas pangan baik lokal maupun impor. Penelitian ini mengangkat permasalahan utama tentang tingkat koordinasi, yaitu bagaimanakah tingkat koordinasi dalam rantai pasok komoditas pangan lokal dan impor. Koordinasi dalam rantai pasok komoditas pangan lokal umumnya termasuk kategori tidak terkoordinasi dan dalam rantai pasok komoditas pangan impor pada umumnya terkoordinasi. Untuk menjawab permasalahan ditempuh tiga tahap analisis, yaitu analisis faktor, analisis cluster dan analisis diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat koordinasi dalam rantai pasok komoditas pangan yang terkoordinasi dengan rantai pasok komoditas pangan yang tidak terkoordinasi, dimana rata-rata skor diskriminan rantai pasok komoditas pangan terkoordinasi lebih besar dari rantai pasok komoditas pangan tidak terkoordinasi. Disarankan kepada pemerintah untuk melakukan pembinaan sistem koordinasi, sehingga rantai pasok menjadi suatu kesatuan yang para pelakunya saling tergantung dan saling menguntungkan satu sama lain. Pada akhirnya setiap pelaku rantai pasok diharapkan akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap peningkatan kinerja perorangan dan kelompok

    ANALISIS AKURASI BEARISH VERSUS BULLISH DENGAN MENGGUNAKAN CANDLESTICK ANALYSIS: Studi Empiris Terhadap Indeks Saham LQ45 (1999-2012)

    Get PDF
    The objective of the study is to determine the differences in index price prediction according to candlesticks analysis method with the actual index price data. In addition, this study intended to apply technical analysis as a continuation of fundamental analysis. Technical analysis that used in this study is the oldest method. It is found in the 17 thcenturies and called as candlestick analysis. This analysis tool is used to find how much percentage Bearish versus Bullish resulting in the movement of index within a certain time interval. The object of this research is LQ45 index, with the number of monthly stock price data as much as 168 trading month. Data taken focused on the time interval May 1999 to December 2012. Data processing was performed with the help of Hendra’s Add Ins tools software that was gained from the book of “Candlesticks and it's application in Indonesian market”. The software can be applied into MS-Excel directly (2003, 2007 and 2010). Furthermore, paired samples t-test performed on the resulting index price prediction from candlestick analysis with the actual index price with a significant level of 5%. The research proved that happened 16 times Bullish patterns and 12 times Bearish patterns in index price movement trends in LQ45 index. Finally, Paired samples t-test output showed that there is no significant differences in the price acquired from index price predictions by using candlestick analysis with the actual index

    Kajian Sistem USAhatani Buah Kesemek (Diosphyros Kaki L.f) dan Permasalahannya di Kabupaten Garut – Jawa Barat

    Full text link
    The research was conducted at Barusuda and Giriawas Villages (Cikajang District), and Cisurupan Village(Cisurupan District), Garut Regency, West Java Province from September to October 2002. Data collection wascarried through a survey using semi-structure questionnaires from 50 respondents (producing-farmer, persimmonhome industry owners, intermediate sellers, local community, and agricultural officers). The research aimed toidentify the persimmon agribusiness system. Persimmon farming was carried out in a simple manner characteristizedby: (1) minimum maintenance (without fertilizer and plant protection effort), (2) manual harvest, and (3) diversifiedplants spacing, cultivars and ages of the tress. Yileds of persimmon varied from 25 –200 kg/tree, and yeild of Kapascultivar was higher than that of Reundeu. Average farmer's tree ownership was 101 trees/farmer. Post-harvestactivities were carried by local intermediate sellers. Benefits of the producing-farmers were 1/43 of thoseagroindustries'owners (Rp 2,283,300.00/year vs. Rp 98,942,500.00/year), and 1/34 times benefit of the localintermediatae-sellers (Rp 2,283,300.00/year vs. Rp 77,931,00.00/year). The producing-farmers were lack of extensionin plants practice. The intermediate sellers and owners of persimmon home industry were lack of knowledges onharvest and post-harvest processes, and processed-fruit products diversification.Key word : Diospyros kaki, farming system, post-harvest, home industry, GarutPenelitian ini di laksanakan di Desa Barusuda dan Desa Giriawas (Kecamatan Cikajang), serta DesaCisurupan (Kecamatan Cisurupan), Kabupaten Garut, Jawa Barat dari Bulan September sampai dengan Oktober 2002,dengan metode survai menggunakan kuesioner semi terstruktur pada 50 responden : (petani-produsen; pengrajinindustri pengolahan kesemek; pedagang-pengumpul; tokoh masyarakat; dan petugas pertanian) untuk dua kecamatan.Teknik pengambilan data dilakukan melalui wawancara; pengamatan langsung, dan pengukuran. Tujuanmengidentifikasi sistem budidaya pada tingkat petani dan sistem pemasarannya, serta permasalahan dan upayapenanggulangannya. Hasil penelitian menunjukan, bahwa budidaya kesemek di tingkat petani masih dilakukan secarasederhana, dengan karakteristik : (1) pemeliharaan minimum (tanpa pupuk dan upaya proteksi tanaman); (2)pemanenan dengan cara manual (dipetik), serta (3) jarak tanam, kultivar dan umur tanaman beragam. Hasil kesemek25-200 kg/ph, kultivar Kapas lebih tinggi dibandingkan kultivar Reundeu. Pemilikan pohon petani rata-rata 101,3ph/org, Penanganan fungsi pascapanen sudah ada, namun dilakukan oleh pedagang-pegumpul (Bandar Lokal) danpengrajin industri pengolahan bukan oleh petani-produsen. Keuntungan petani-produsen setara dengan 1/43keuntungan pengrajin industri pengolahan sale (Rp 2.283.300,00/th-B/C rasio 3,40 vs Rp 98.942.500,00/th-B/C rasio2,14), dan 1/34 dari keuntungan pedagang-pengumpul desa/kecamatan (Bandar Lokal) (Rp 2.283.300,00/th-B/C rasio3,40 vs Rp 77.931.000,00/th-B/C rasio 0,94). Permasalahan pada petani-produsen adalah kurangnya upaya pembinaanpetugas dalam teknik budidaya, terutama dalam rangka peningkatan kuantitas hasil panen dan produksi. Sedangkanpada pedagang-pengumpul dan pengrajin industri pengolahan umumnya mengharapkan bimbingan dan introduksiteknologi alat dan proses pada aspek panen dan pascapanen, serta diversifikasi produk olahan kesemek. Upayapelatihan tentang berbagai aspek dari sistem produksi kesemek juga diperlukan bagi petugas lingkup pertaniansetempat

    RECONSIDERING NAFAQAH OF FAMILY RESILIENCE DURING THE COVID-19 PANDEMIC IN ISLAMIC LEGAL PERSPECTIVE

    Get PDF
    Abstract: The main goal of this research is to comprehend deeply the relation between husband and wife relating to the responsibilty of nafaqat in their family. The methodology used is juridical-sociological; where the data analyzed from textual livelihood obligations conditional or current contextual forces that all family members also have a responsible role in terms of living. The results of the study are as follows: that al-Baqarah requires a husband to provide a living to his wife, but in another context, a wife or other family members can play a role in maintaining family resilience during the Covid-19 pandemic resistance. In reality, however, the nafaqat become mutual responsibility of the husband and wife without any objection. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendalami relasi dan tanggung suami dan isteri terkait nafkah sehingga akan diketahui legal bases yang berkembang. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis-sosiologis, dimana data yang ditelaah dari tekstual kewajiban nafkah dengan kondisional atau kontekstual sekarang yang memaksa bahwa semua anggota keluarga juga punya peran tanggungjawab dalam hal nafkah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam Q.S. al-Baqarah mewajibkan seorang suami memberikan nafkah kepada istri tetapi dalam konteks lain, seorang istri atau anggota keluarga lain dapat berperan dalam menjaga ketahanan keluarga di masa pandemi covid-19. Realitasnya, nafkah keluarga menjadi tanggung bersama suami isteri tanpa ada merasa keberatan. Keywords: nafaqat, family resilience, Covid-19 pandemi

    Density and Composition of Species Clam (Tridacna sp.) Based on Coral Cover Conditions in Wawosunggu Waters, Konawe Regency

    Get PDF
    Kima is one of the protected marine resources. It has an ecological role as a water bio-filter and a symbiotic mutualism with coral reef ecosystems. The purpose of the research was to find out of species density and composition of clams (Tridacna sp.) based on the coral coverage on the waters island of Wawosunggu, South Konawe. The study was conducted in September 2022. Sampling was carried out at 3 observation stations based on habitat characteristics. The observing method used a transect belt/swept area. Data in the form of density, relative abundance of clams, and percentage of coral cover analyze by using MS software. Excel 2010. The number of clams obtained was 155 individuals consisting of 3 types, namely Tridacna maxima, T. squamosa, and T. crocea. The totally density (totals from species and locations) was 0.10 individuals/m2. The composition of all types of clams ranges from 25-56%. The percentage of coral cover obtained was grouped into 4 categories, namely fleshy seaweed/algae, hard coral, abiotic, and other biotic. The percentage of coral cover at all stations was dominated by the hard coral category (Acropora sp. and non Acropora sp.) with water quality conditions that supported the presence of clams and coral reefs
    • …
    corecore