194 research outputs found
HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH DENGAN KECEPATAN LARI 200 METER PADA MAHASISWA KKO FIK-UNJ
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Hubungan antara panjang
tungkai (X1) dengan kecepatan lari 200 meter (Y), (2) Hubungan frekuensi
langkah (X2) dengan kecepatan lari 200 meter (Y), (3) serta mengetahui
Hubungan antara panjang tungkai (X1) dan frekuensi langkah (X2) secara
bersama-sama dengan kecepatan lari 200 meter (Y).
Pengambilan data dilakukan di Stadion Atletik Rawamangun Jakarta
Timur beralamat di Jalan Pemuda 10 Rawamangun Jakarta Timur pada
tanggal 15 April 2015. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
teknik studi korelasi, sampel yang digunakan yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta sebanyak 20 orang, pengambilan
sampel dengan menggunakan purposive sampling. Pengambilan data
panjang tungkai menggunakan alat pengukur jarak (Meteran), pengambilan
data frekuensi langkah menggunakan alat penghitung jumlah (Hand Counter)
serta pengambilan data kecepatan lari 200 Meter menggunakan alat
pengukur waktu (Stopwatch). Teknik pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis statistika korelasi sederhana dan korelasi
ganda yang dilanjutkan dengan uji-t pada taraf signifikasi α = 0,05.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
ditemukan hasil penelitian menunjukkan: pertama, terdapat hubungan yang
berarti antara panjang tungkai dengan kecepatan lari 200 meter, dengan
persamaan garis linier Ŷ = 12,91 + 0,48X1, koefisien korelasi (ry1) = 0,45 dan
koefisien determinasi (ry1²) = 0,2025, yang berarti variabel panjang tungkai
memberikan sumbangan terhadap kecepatan lari 200 meter sebesar 20,25%.
i
Kedua, Terdapat hubungan yang berarti antara frekuensi langkah dengan
kecepatan lari 200 meter, dengan persamaan garis linier Ŷ = 16,56 + 0,14
X2., koefisien korelasi (ry2) = 0,46 dan koefisien determinasi (ry1²) = 0,2116
yang berarti variabel frekuensi langkah hanya memberikan sumbangan
dengan kecepatan lari 200 meter sebesar 21,16%. Ketiga, terdapat
hubungan yang berarti antara panjang tungkai dan frekuensi Langkah,
dengan persamaan garis linier Ŷ= 21 + 0,46X1+ 0,13X2, koefisien korelasi
Ry1-2 = 0,45 dan koefisien determinasi (Ry1-2)² = 0,2025 yang berarti variabel
panjang tungkai dan frekuensi Langkah memberikan sumbangan dengan
kecepatan lari 200 meter sebesar 20,25%.
Dalam penelitian ini panjang tungkai dan frekuensi langkah secara
bersama - sama memberikan kontribusi sebesar 20,25% pada kecepatan lari
200 meter
Gaya Hidup Konsumerisme Dalam Masyarakat Pesisir Pantai di Desa Marampit Kecamatan Nanusa Kabupaten Talaud
Pola hidup masyarakat nelayan pada umumnya terkenal dengan perwatakannya yang sangat keras. Hal ini dikarenakan pola hidup mereka yang sangat tergantung dengan alam. Kehidupannya dalam penghasilan tiap hari, tingkat pendidikannya yang rendah, berhubungan dengan ekonomi tukar-menukar, permodalan perikanan membutuhkan investasi yang besar dan beresiko besar. Karakteristik tersebut telah mendarah daging dalam kehidupan nelayan. Gaya hidup diasumsikan merupakan ciri sebuah dunia modern atau yang biasa juga disebut modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarkat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian disimpulkan bahwa di Desa Marampit, gaya hidup dan pola konsumsi manusia akan mengikuti kebudayaan, tuntutan zaman, pengaruh lingkungan sekitar, efek media, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut merupakan pemicu gaya hidup konsumerisme di Desa Marampit Kecamatan Nanusa Kabupaten Talaud. Kondisi di Desa Marampit dipengaruhi oleh situasi modernisasi yang mengakibatkan sejumlah perubahan sosial dan merongrong sistem nilai tradisional masyarakat
Kata Kunci: Gaya Hidup, Konsumerisme, Masyarakat Pesisi
Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara
ABSTRACT Fishery potential in Manado Bay, especially capture fisheries is quite large; but fishing activities that carried out by fishermen are still relatively in small scale; which is dominated by various types of hook and line, and small purse seine. Trolling is a traditional fishing gear that commonly used by fishermen in Manado Bay to catch pelagic fish species with artificial bait. This research aimed to study the effect of artificial bait color on the catch of trolling; and to identify the fish species. This research was conducted in January 2015 based on the experimental method. Two types of artificial bait colors were used, i.e. blue and pink; artificial bait was made of silk fibers. Catch data collected using small boats Pelang types, with 2 units of trolling line; operated during daylight from the morning (06:00 Wita) until the afternoon (18:00 Wita), data recorded every 2 hours for two days; and the data were analyzed using t-test. The catch of trolling line consists of Auxis thazard (0.2 kg), Selar sp (0.1 kg) and Katsuwonus pelamis (1.54 kg). Results of the analysis showed that the use of blue artificial bait on trolling caught more fish than that of pink artificial bait. Keywords: trolling line, artificial bait, Manado Bay ABSTRAK Produksi perikanan di Teluk Manado terutama perikanan tangkap cukup besar; tetapi kegiatan perikanan yang dilakukan oleh nelayan adalah masih tergolong skala kecil; yang didominasi oleh berbagai jenis pancing dan pukat cincin kecil. Pancing tonda merupakan alat tangkap ikan tradisional yang umum dioperasikan oleh nelayan di Teluk Manado untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis dengan umpan buatan. Penelitian ini ditujukan untuk untuk mempelajari pengaruh warna umpan buatan terhadap hasil tangkapan pancing tonda; dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 yang menggunakan metode eksperimental. Dua jenis warna umpan buatan yang digunakan, yaitu biru dan merah muda terbuat dari serat sutera. Data tangkapan dikumpulkan menggunakan 1 unit perahu tipe pelang dan 2 unit pancing tonda; dioperasikan sejak pagi hari (pukul 06.00 Wita) hingga sore hari (pukul 18:00 Wita), pencatatan data setiap 2 jam. selama dua hari; data dianalisis dengan uji t. Hasil tangkapan pancing tonda terdiri dari Auxis thazard dengan berat rata-rata 0.2 kg, Selar sp (0,1 kg) dan Katsuwonus pelamis (1.54 kg). Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan umpan buatan warna biru pada pancing tonda memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak dibandingkan dengan umpan buatan warna merah muda. Kata-kata kunci: pancing tonda, umpan buatan, Teluk Manad
PEMIDANAAN TERHADAP PORNOGRAFI YANG MELIBATKAN ANAK SEBAGAI OBJEKNYA DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN BERMARTABAT
Skripsi ini membahas tentang Pemidanaan Terhadap Pornografi Yang Melibatkan Anak Sebagai Objeknya Dalam Prespektif Teori Keadilan Bermartabat. Istilah tindak pidana dalam bahasa Indonesia berasal dari terjemahan starfbaarfeit. Kitab Undang-Undang Hukum Tindak Pidana (KUHP) tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan starfbaarfeit itu sendiri. Biasanya tindak pidana disinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa latin yaitu kata delictum. Hukum bertujuan untuk menjaga serta mencegah agar setiap orang tak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri. Penegakan hukum sudah menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh komponen bangsa mulai dari masyarakat, kepolisian, kejaksaan, peradilan dan lembaga-lembaga advokasi. Indonesia sekarang ini banyak sekali terjadi suatu penyampain secara pornografi secara bebas yaitu dengan memperjualbelikan video compact disc porno di tengah-tengah masyarakat. pornografi merupakan perbuatan haram dan dilarang oleh agama. Perbuatan pornografi tidak memelihara kehormatan diri pelaku, keluarga maupun masyarakat dan merupakan perbuatan yang mencemarkan, menodai, menjerumuskan diri sendiri maupun orang lain, hal ini berdampak negatif seperti seks bebas, pelecehan seksual, perilaku seks menyimpang, dan sebagainya. Teori Keadilan Bermartabat tidak anti terhadap teori-teori hukum yang selama ini dirujuk dalam menjelaskan perilaku hukum yang berlaku di Indonesia. Namun Keadilan Bermartabat berusaha memberi suatu teladan untuk berperilaku hukum termasuk dalam mencari, membangun, dan melakukan konstruksi maupun rekonstruksi atas hukum serta penjelasan tentang hukum itu dari falsafah atau filosofis yang digali dari jiwa Indonesia itu sendir
Elastic moduli of polyelectrolyte multilayer films regulate endothelium-blood interaction under dynamic conditions
A broad spectrum of biomaterials has been explored in order to design cardiovascular implants of sufficient hemocompatibility. Most of them were extensively tested for the ability to facilitate repopulation by patient cells. It was shown that stiffness, surface roughness, or hydrophilicity of polyelectrolyte films have an impact on adhesion, proliferation, and differentiation of cells. At the same time, it is still unknown how these properties influence cell functionality and as a consequence interactions with blood components under dynamic conditions. In this study, we aimed to determine the impact of chemical cross-linking of Chitosan (Chi) and Chrondroitin Sulphate (CS) on endothelium-blood cross-talk. We have found that the morphology of the endothelium monolayer was not altered by changes in coating properties. However, free radical generation by endothelial cells varied depending on the elastic properties of the coating. Simultaneously, we have observed a significant decrease in the level of adhering and circulating active platelets as well as aggregates when the endothelium monolayer was formed on stiffer films than on the other coating variants. Moreover, the same type of films has promoted significantly higher adhesion of blood morphotic elements when they were not functionalized by endothelium. The observed changes in hemocompatibility indicate the importance of a design of coatings that will promote cellularization in vivo in a relatively short time and which will regulate cell function.</p
Consideration of the potential of high energy resolution X-ray absorption and X-ray emission experiments to track changes in oxidation states on nanoparticle materials
Precise control and characterization of nanomaterials at working conditions are essential for further rational applications in many areas important for modern society. Penetrating properties of X-ray radiation in combination with advanced spectroscopy schemes are an ideal tool to investigate modifications of nanomaterials with extraordinary precision. Here, we present preliminary results on the controlled oxidation of copper nanoparticles and exploration of X-ray absorption spectroscopy to follow electronic and structural changes. The described pilot experiment raises questions on the applicability of high energy resolution X-ray detection schemes in potential future investigations aimed at following reversible reduction/oxidation processes at nanoparticle surfaces
Impact of Subliminally Presented Words Valence’ on Risk-Taking Decisions in a Game of Chance
A positive mood is thought to accompany performing a risk-taking tendency, for instance in games of chance or gambling. This study concerns the impact of emotional stimuli presented in a subliminal manner on the riskiness of decisions made in a game of chance. The heights of stakes called in the game were adopted as the measure of risk taken. Special simulation of a real game of chance, based on coin tossing, was used for this experiment. The stimuli displayed subliminally were words differing in valence (three levels: negative, neutral, and positive). We expected that positive valence would provoke the riskiness of the subsequent decision. The main effect of the valence observed was that the subjects in positive word conditions bet higher stakes than in neutral and negative conditions. Positive emotions influenced the riskiness of decisions made by the subjects, which confirmed the set hypothesis. The results of the study, in addition to their theoretical implications, may have practical meaning due to realistic simulation of popular games of chance
STUDI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN NABIRE
Pariwisata di Kabupaten Nabire terdiri dari beberapa klasifikasi wisata diantaranya : Wisata Bahari, Wisata Pantai, Wisata alam, Wisata Buatan, Wisata Agro dan Wisata Budaya. Potensi-potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Nabire terus dikembangkan agar dapat menjadi destinasi wisata.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi kawasan pariwisata dan potensi-potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Nabire, serta menganalisis pengembangan sektor pariwisata dalam pembangunan dengan mengandalkan potensi-potensi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Nabire.Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, wawancara, observasi dan studi dokumentasi.Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa masih kurangnya pengelolaan dalam pengembangan pariwisata, ini disebabkan oleh masih kurangnya Sumber daya manusia berbasis kepariwisataan.Fasilitas penunjang di setiap kawasan wisata juga masih sangat kurang.Hal ini sangat mempengaruhi dalam sektor pengembangan pariwisata di Nabire. Untuk itu perlu adanya kerja sama dalam pembangunan sektor pariwisata sehingga dalam pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Nabire dapat menjadi Tujuan destinasi wisata yang cukup baik. Peningkatan Sumber daya manusia berbasis kepariwisataan juga perlu untuk ditingkatkan sehingga dapat menunjang pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Nabire.Perlu adanya strategi dan konsep pengembangan pariwisata untuk Kabupaten Nabire seperti adanya promosi-promosi yang menarik, peta perjalanan kawasan wisata, melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan sektor pariwisata.Dan Membentuk Lembaga yang berperan dalam bidang kepariwisataan. Kata Kunci : Pengembangan pariwisata, Kawasan Pariwisata Kabupaten Nabir
The association between suicidal behavior, attentional control, and frontal asymmetry
It can be difficult to identify those at risk of suicide because suicidal thoughts are often internalized and not shared with others. Yet to prevent suicide attempts it is crucial to identify suicidal thoughts and actions at an early stage. Past studies have suggested that deficits in attentional control are associated with suicide, with the argument that individuals are unable to inhibit negative thoughts and direct resources away from negative information. The current study aimed to investigate the association of suicidal behavior with neurological and behavioral markers, measuring attentional bias and inhibition in two Stroop tasks. Fifty-four participants responded to the color of color words in a standard Stroop task and the color of positive, negative, and neutral words in an emotional Stroop task. Electroencephalographic (EEG) activity was recorded from frontal areas during each task and at resting. Participants were separated into a low-risk and high-risk group according to their self-20 reported suicidal behavior. Participants in the high-risk group showed slower response times in the color Stroop and reduced accuracy to incongruent trials, but faster response times in the emotional Stroop task. Response times to the word “suicide” were significantly slower for the high-risk group. This indicates an attentional bias towards specific negative stimuli and difficulties inhibiting information for those with high levels of suicidal behavior. In the emotional Stroop task the high-risk group showed reduced activity in leftward frontal areas, suggesting limitations in the ability to regulate emotional processing via the left frontal regions. The findings support the argument that deficits in attentional control are related to suicidal behavior. The research also suggests that under certain conditions frontal asymmetry may be associated with suicidal behavior
Texture-Governed Cell Response to Severely Deformed Titanium
The phenomenon of superior biological behavior , r it observed in titanium processed by an unconventional severe plastic deformation method, that is, hydrostatic extrusion, has been described within the present study. In doing so, specimens varying significantly in the crystallographic orientation of grains, yet exhibiting comparable grain refinement, were meticulously investigated. The aim was to find the clear origin of enhanced biocompatibility of titanium-based materials, having microstructures scaled down to the submicron range. Texture, microstructure, and surface characteristics, that is, wettability, roughness, and chemical composition, were examined as well as protein adsorption tests and cell response studies were carried out. It has been concluded that, irrespective of surface properties and mean grain size, the (10 (1) over bar0) crystallographic plane favors endothelial cell attachment on the surface of the severely deformed titanium. Interestingly, an enhanced albumin, fibronectin, and serum adsorption as well as dearly directional growth of the cells with preferentially oriented cell nuclei have been observed on the surfaces having (0001) planes exposed predominantly. Overall, the biological response of titanium fabricated by severe plastic deformation techniques is derived from the synergistic effect of surface irregularities, being the effect of refined microstructures, surface chemistry, and crystallographic orientation of grains rather than grain refinement itself
- …
