599 research outputs found

    EXPLORING INTONATION IN SOME SELECTED AUDIO OF LISTENING COURSE BOOO FOR INTERMADIATE

    Get PDF
    FITRIA DEWI: This research aims to find out how the intonational pattern use in audio of listening course book through three primary system of intonations, those are tonality (unit of information), tonicity (focus of information) and tone (status of information). This research investigate intonational patterns are used in each sample of conversation in audio book and meaning construction used by the speakers in each conversation. In this research, the researcher used “speech analyzer” software that will be connected to intonational pattern. Design of the research is discourse analyses in phonological perspective which is taken from selected audio of conversations in “TOEIC 5thEdition listening course book” as a main data source to be analyzed by the researcher. Study of document becomes the only of technique of this research. This research also takes a qualitative method. The data is collected by audio in the form of WAV then segmented using “Speech Analyzer” software analysis. The analyses process is constructed based on the common pattern of tonality, tonicity and tone by Dorothy M Chun and Paul Tench. The result shows that the common pattern of clause that is used by each speaker in each conversation is independent clause that has the largest data, precisely 66%. Moreover, the common pattern of markedness of tonality is unmarked tonality that has the larger sector than marked tonality which is around more than a half of clauses from 100 clauses. It is clear that the speakers‟ tonality boundaries coincide with clause boundaries. The finding results of common pattern of tonicity as found in each of conversation shows that marked tonicity has the larger sector than neutral tonicity that has more than a half. It means that the speaker put information unit in non-final lexical items. Then, the pattern of intonation that used by the speakers are rise-fall which include of the common pattern of tone system, it is over a half of rise. It is about over a quarter. The meaning from intonation choices shows that the speakers mostly used rise intonation to convey a message to the listener. Usually rise intonation is used to command or asking something to someone. But in this research finding the researcher found mostly rise tone used for wh-question and imperative from the speaker. It means that the speakers do, in fact, know the basic proposition of the message, but there is a gap that affects full knowledge. In every conversation, every speaker impressed that they are friendly and enthuses to talk to the listener or the second speaker. It can be seen from greeting that they used before conversation begins and the some rise tone to ask the listener. It is clear that all of the results show each speaker conveyed information clearly. Keywords: Intonation, Tonality, Tonicity, Tone, Marked, Unmarked, Stressing

    Gambaran Karakteristik Petani terhadap Kemungkinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional di Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

    Get PDF
    Pada tahun 2015, terdapat 41,2% penduduk indonesia yang belum menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sistem kepesertaan JKN yang bersifat wajib dan 32,5% penduduk indonesia yang bekerja sebagai petani memungkinkan petani memiliki kontribusi besar untuk mendukung tercapainya universal coverage pada tahun 2019. Namun saat ini terdapat beberapa permasalahan, yaitu pendidikan petani rendah, pendapatan petani rendah, dan sosialisasi JKN belum optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran karakteristik, pengetahuan, sikap, bentuk sosialisasi, dan ability to pay keluarga petani terhadap JKN. Penelitian ini dilakukan pada 70 petani di Desa Jadi dan Desa Grawan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang, untuk memperdalam informasi, dilakukan wawancara mendalam kepada 6 orang pamong dari kedua desa. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan perpaduan antara metode kuantitatif dengan instrumen kuesioner dan metode kualitatif dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki karakteristik yaitu 60% berumur 40-65, 60% berpendidikan SD/Sederajat, 82,9% memiliki tanggungan keluarga 2-4 orang, 55,7% memiliki pendapatan ≥UMR Kabupaten Rembang, 61,4% merupakan petani pemilik, 71,4% merupakan petani pemilik lahan sempit yaitu ≤0.5 ha. Sebanyak 97,1% responden memiliki pegetahuan sangat kurang terhadap JKN, 95,7% memiliki sikap sangat kurang terhadap JKN, 57,1% memiliki ATP keluarga≤tarif iuran JKN, ATP tersebut sangat tidak stabil karena tergantung iklim, 88,61% mendapat informasi JKN dari televisi, 98,6% belum pernah mengikuti sosialisasi JKN, 88,6% menyatakan perlu adanya sosialisasi JKN, 64% memilih sosialisasi menggunakan bahasa jawa, 100% memilih sosialisasi dalam bentuk ceramah, 88,6% menyatakan sosialisasi dapat dilakukan diantara hari senin-minggu, 57,1% memilih sosialisasi dilakukan di malam hari, 94,3% bersedia menghadiri sosialisasi. Disarankan agar pemerintah melakukan kajian lebih lanjut untuk mempertimbangkan subsidi bagipetani dan melengkapi regulasi yang sudah adaagar lebih operasional terutama dalam mengatur penarikan premi JKN. BPJS Kesehatan perlu bekerjasama denganseluruh pihak yang terkait dengan petani untuk menyiapkan strategi sosialisasi yang efektif. Kata Kunci: Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Petani,Pengetahuan,Sikap, Ability to pay

    Hubungan Konsumsi Zat Gizi, Status Gizi, Aktivitas Fisik dengan Kebugaran Jasmani pada Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Gizi STIKES NW

    Get PDF
    Mahasiswa kesehatan seharusnya lebih mengetahui bagaimana pola hidup yang baik seperti konsumsi zat gizi dan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga agar menjaga kebugaran jasmani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi zat gizi (energi, protein, Fe dan vitamin C) dengan, status gizi (IMT dan kadar hemoglobin), aktivitas fisik, dengan kebugaran jasmani. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah 42 mahasiswa Prodi S1 Ilmu Gizi STIKES NW dengan teknik Stratified Random Sampling. Variabel penelitian tingkat konsumsi energi, protein, Fe, Vit C dengan recall 2x24 jam, IMT dengan alat timbangan berat badan dan miicrotoise, kadar Hb dengan alat cek hemoglobin analyzer, aktivitas fisik dengan kuesioner IPAQ, dan kebugaran jasmani dengan harvard step test. Uji Rank Spearman dilakukan untuk mengetahui asosiasi antar variabel. Hasil penelitian ditemukan bahwa kabugaran jasmani kurang (85,7%), tingkat konsumsi energi kurang (61,9%), Fe kurang (71,4%), vitamin C kurang (69%), anemia (76,19%). Ada hubungan konsumsi energi (r = -0,471, p = 0,002) dan protein (r = -0,352, p = 0,022) dengan indeks massa tubuh. Terdapat hubungan aktivitas fisik (r= 0,311, p= 0,045) dengan kebugaran jasmani. Tidak terdapat hubungan konsumsi Fe (r = 0,17, p = 0,915) dan vitamin C (r = 0,15, p = 0,923) dengan kadar hemoglobin. Tidak terdapat hubungan indeks massa tubuh (IMT) (r = -0,191, p = 0,226) dan kadar hemoglobin (r = 0,049, p = 0,756) dengan kebugaran jasmani. Mahasiswa harus mengkonsumsi makanan yang bergizi dan olahraga yang rutin agar memiliki kebugaran jasmani yang baik Kata Kunci: kebugaran jasmani, konsumsi zat gizi, status gizi, aktivitas fisik,mahasisw

    PENGARUH KUALITAS YANG DIRASAKAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DENGAN KEPERCAYAAN SEBAGAI PEMEDIASI PADA PELANGGAN FATMA SALON DI KOTA BANDA ACEH

    Get PDF
    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas yang dirasakanterhadap loyalitas pelanggan dengan kepercayaan pelanggan sebagai pemediasi. Studiempiris dilakukan pada Fatma Salon di Kota Banda Aceh menggunakan kuesionersebagai instrument penelitian, yang mana sampel pada penelitian ini yaitu sebesar160 orang. Nonprobability Sampling digunakan sebagai teknik pengambilan sampeldengan metode Purposive Sampling. Metode HLM (Hierarchical Linear Modelling)digunakan sebagai metode analisis data dengan menggunakan software IBM SPSS22. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas yang dirasakan berpengaruhpositif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan, kualitas yang dirasakanberpengaruh positif dan signifikan terhadap kepercayaan pelanggan, kepercayaanpelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan dan selainitu diperoleh hasil bahwa kepercayaan pelanggan memediasi pengaruh kualitas yangdirasakaan secara positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Sehinggahubungan mediasi disebut sebagi mediasi parsial.Kata Kunci : Kualitas yang Dirasakan, Kepercayaan Pelanggan, dan Loyalitas Pelanggan. ABSTRACT This study aims to determine the effect of perceived quality on customerloyalty with customer trust as a mediator. The empirical study was conducted onFatma Salon in Kota Banda Aceh using questionnaire as research instrument, whichthe sample in this research is 160 people. Nonprobability Sampling is used assampling technique with Purposive Sampling method. HLM (Hierarchical LinearModeling) method is used as data analysis method using IBM SPSS 22 software. Theresult of this research indicates that perceived quality have positive and significanteffect to customer loyalty, perceived quality have positive and significant influence tocustomer trust, customer trust have positive effect and significant to customer loyaltyand in addition to the result that customer trust mediates the positively andsignificantly influenced quality effect on customer loyalty. So the mediationrelationship is called partial mediation.Keywords : Perceived Quality, Customer Trust, and Customer Loyalty

    HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI KOTA MAGELANG

    Get PDF
    Di Kota Magelang, sumber penularan Tuberkulosis masih tinggi. Hasil penelitian sebelumnya tentang TB dikaitkan dengan faktor lingkungan rumah yang telah dilakukan masih menunjukkan kontroversi. Hal ini mendorong keinginan peneliti untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan rumah dengan kejadian TB paru di Kota Magelang. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan desain case control. Jumlah sampel sebesar 120 responden dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan uji statistik Chi Square dengan taraf signifikansi p≤0,05 dan tingkat kepercayaan 95% dan uji multivariat. Hasil uji multivariat menunjukkan jenis dinding OR=3,819 (95%CI=1,467-9,884,p=0,006), jenis lantai OR=4,034 (95%CI=1,217-13,367,p=0,022), tingkat kelembaban OR=2,846 (95%CI=1,124-7,204,p=0,027), keberadaan sumber infeksi OR=2,890 (95%CI=0,872-9,580,p=0,083). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara jenis dinding, suhu, dan tingkat kelembaban dengan kejadian Tuberkulosis paru di Kota Magelang. Diharapkan fungsi jendela dapat dioptimalkan sehingga dapat terjadi sirkulasi udara dari luar ke dalam rumah dan sebaliknya. Kata Kunci: TB Paru, lingkungan ruma

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Medokan Ayu Kecamatan Rungkut Surabaya)

    Get PDF
    Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak pusat yang objeknya berada di daerah. Hasil penerimaan PBB merupakan penerimaan Negara (dalam hal ini Pemerintah Pusat) dan disetor sepenuhnya ke rekening Kas Negara. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) memiliki peran yang cukup besar bagi kelangsungan dan kelancaran pembangunan, sehingga perlu ditangani dan dikelola lebih intensif. Penanganan dan pengelolaan tersebut diharapkan mampu menuju tertib administrasi serta mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pembangunan. Tujuan Penelitian ini Untuk menguji secara empiris pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Tingkat Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak serta Sistem Penagihan berpengaruh secara signifikan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Medokan Ayu Kecamatan Rungkut Surabaya. Populasi dan Sampel dalam penelitian ini adalah Keseluruhan/ Jumlah Responden Wajib Pajak Pribadi yang terdapat di Wilayah Kelurahan Medokan Ayu Surabaya pada Tahun 2012 yang berjumlah 14.360 Wajib Pajak berdasarkan data dari Kantor Dispenda UPTD 8 Surabaya. dan pengujian Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda. Berdasarkan pengujian diatas : 1). Sikap Pemahaman Wajib Pajak secara parsial berpengaruh terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan PBB di Kelurahan Medokan Ayu Kota Surabaya. 2). Sikap Kesadaran Wajib Pajak secara parsial terbukti berpengaruh terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan PBB di Kelurahan Medokan Ayu Kota Surabaya. 3). Sikap Kepatuhan Wajib Pajak secara parsial terbukti berpengaruh terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan PBB di Kelurahan Medokan Ayu Kota Surabaya. 4). Sistem Penagihan secara parsial terbukti berpengaruh terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan PBB di Kelurahan Medokan Ayu Kota Surabaya. Kata Kunci : Pemahaman WP, Kesadaran WP, Kepatuhan WP, Sistem Penagihan, Tingkat Keberhasilan Penerimaan PBB

    KEMAMPUAN MORFOLOGIS PADA TUTURAN ANAK DOWN SYNDROME YANG TERGOLONG MAMPU LATIH

    Get PDF
    Penelitian ini dilatarbelakangi permasalahan seputar keterbatasan atas kemampuan morfologis yang dimiliki oleh anak down syndrome yang tergolong mampu latih. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui kemampuan pembentukan afiksasi pada tuturan anak down syndrome yang tergolong mampu latih 2) mengetahui bentuk makna pada tuturan anak down syndrome yang tergolong mampu latih 3) mengetahui aspek yang memengaruhi pembentukan afiksasi pada tuturan anak down syndrome yang tergolong mampu latih. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Analisis data menunjukkan bentuk afiksasi yang digunakan oleh anak down syndrome yang tergolong mampu latih meliputi prefiks, sufiks, simulfiks, konfiks, dan klofiks. Afiksasi yang sering digunakan yakni bentuk sufiks. Kelas kata pada bentuk afiksasi terdiri atas kata kerja, kata benda, kata bilangan, kata tanya. Selain itu, terdapat afiksasi yang mengalami proses morfofonemik berupa perubahan bunyi dan penghilangan bunyi. Analisis makna gramatikal menunjukkan bahwa semua bentuk afiksasi yang dihasilkan memiliki kesesuaian antara makna dan pemahaman yang dimiliki oleh objek. Aspek-aspek yang memengaruhi pembentukan afiksasi pada tuturan anak down syndrome yang tergolong mampu latih meliputi pemerolehan bahasa, usia, dan lingkungan. Berdasarkan temuan tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa dari segi pembentukan afikasi maupun dari pembentukan makna yang dihasilkan anak down syndrome yang tergolong mampu latih bergantung pada stimulus yang diberikan oleh orang lain. Dalam hal ini, orang yang berada di lingkungan objek selalu menggunakan ragam bahasa nonbaku sehingga tuturan yang sering muncul dari objek pun berupa ragam bahasa nonbaku. Penggunaan ragam bahasa nonbaku digunakan agar objek mudah memahami maksud dari tuturan. The research is motivated by the problems around the bounderies of morfologis ability of down syndrome childrens that are able to be trained. The purpose of this research are 1) to know about afixation development ability at utterance of down syndrome children’s that are able to be trained 2) to know about meaning form at utterance of down syndrome childrens that are able to be trained 3) to know about the influence aspects in afixation development at utterance of down syndrome childrens that are able to be trained. Method of this research is kualitative descriptive. Analysis of data indicated, afixation form to be able used by down syndrome childrens that are able to be trained are prefix, sufix, simulfix, konfix, and klofix. The most frequentable afixation form of used is sufix. According to class of word, afixation form contain of verb, noun, numeral, and question tag. In addition, there are afixation whic is occured morfophonemic process kind of phone changes and phone vanishment. analysis of gramatical meaning indicated that the production of all the afixation form has an appropriatness meaning nor comprehension of the object. The influence aspects in afixation development at utterance of down syndrome childrens that are able to be trained are age,native language, and environment. Based on that result, concluded that nor afixation development and meaning development of down syndrome childrens that are able to be trained suspended to the stimulus that other people had given. In this case, almost whole people who live in object’s environment use nonformal language as always. So that utterances with nonformallanguage mostly come out from object. The use of nonformal language is used to be give more easier to object for realized the meaning of utterances

    PERAN IBU DALAM PENDIDIKAN MORAL ANAK USIA DINI DI WILAYAH RT 03 RW 04 KELURAHAN JEMURWONOSARI KECAMATAN WONOCOLO SURABAYA

    Get PDF
    Moralitas sangat dibutuhkan saat dewasa, sejak dini moralitas harus diperkenalkan dan diajarkan. Peran orangtua terutama ibu sangat penting, karena mulai dari keluargalah moral atau kepribadian akan di bentuk dan ibu berperan besar sebagai pendidik moral anak usia dini di dalam rumah. Tetapi peran ibu hampir setengahnya kurang dalam hal kognitif, afektif dan psikomotorik dalam mendidik moral anak usia dini. Data awal didapatkan dari 10 ibu yang mempunyai anak usia dini, di dapatkan 7 ibu hanya memikirkan nilai akademis serta kebutuhan finansial saja dan tidak memikirkan nilai moralnya. Tujuan penelitian untuk menggambarkan bagaimana peran ibu dalam pendidikan moral anak usia dini di Wilayah RT 03 RW 04 kelurahan Jemurwonosari kecamatan Wonocolo Surabaya. Desain penelitian adalah deskriptif. Populasi adalah semua ibu yang mempunyai anak usia dini di wilayah RT 03 RW 04 kelurahan Jemurwonosari kecamatan Wonocolo Surabaya. Sampel adalah seluruh populasi sebesar 30 responden dengan tehnik total sampling. Variabel adalah peran ibu dalam pendidikan moral. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan deskriptif, dan disajikan dalam bentuk prosentase Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran ibu dalam pendidikan anak usia dini hampir setengahnya (46,7 %) kurang, lalu hampir setengahnya (30%) cukup dan sebagian kecil (23,3%) baik. Simpulan adalah bahwa peran ibu dalam pendidikan moral anak usia dini hampir setengahnya masih kurang. Untuk itu diharapkan ibu dapat meluangkan waktu dan memperhatikan dalam mendidik anak sejak usia dini

    ANTINOMI KEWENANGAN PRESIDEN DENGAN DPR DAN BPK TERKAIT DENGAN DI INVESTASI NEWMONT

    Get PDF
     Ada 3 lembaga Negara di Indonesia, eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiganya memiliki keterkaitan satu dengan yang lain karena kedudukan dan fungsi masing-masing. Akan tetapi antar lembaga Negara tersebut memiliki hubungan yang perlu diketahui baik oleh warga Negara, dan juga antar lembaga Negara itu sendiri. Antar lembaga Negara mempunyai hubungan yang saling mengawasi dan mengontrol. problematika dalam penyelesaian sengketa kewenangan lembaga negara di Mahkamah Konstitusi. Sehingga dapat timbul terjadinya sengketa antar lembaga Negara, yang biasanya berkaitan dengan kewenangan konstitusional. Adanya perbedaan dalam mengartikan Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur wewenang maupun fungsi suatu lembaga juga memicu terjadinya sengketa. Salah satu nya permasalahan sengketa antar lembaga Negara dalam divestasi Newmont. Dalam hal ini, antar lembaga Negara sama-sama merasa memiliki wewenang untuk menyelesaikan. Rumitnya kasus ini melibatkan banyak pihak, salah satunya DPR yang tidak menyetujui pembelian 7% saham PT. NNT dikarenakan pembelian saham tersebut harus melalui persetujuan DPR. Sehingga kasus ini diselesaikan dan diputus di Mahkamah Konstitusi dengan permasalahan sengketa kewenangan antar lembaga negara.  Maka dari itu, diperlukan adanya penjelasan mengenai batasan serta makna batasan lembaga Negara, sehingga dalam penyelesaian sengketa dapat berjalan secara efektif. (LEMBAGA yang berkaitan dengan kewenangan konstitusional)Kata-Kunci: Sengketa, Newmont, Divestasi, Lembaga Negara There are 3 state institutions in Indonesia, executive, legislative, and judicial. All three have a relationship with each other because of the position and function of each. However, between state institutions it has a relationship that needs to be known both by citizens, and also between state institutions themselves. Between state institutions have a relationship that oversees and controls each other. problems in dispute resolution authority of state institutions in the Constitutional Court. So that there can be disputes between state institutions, which are usually related to constitutional authority. The existence of differences in deciphering the laws and regulations governing the authority and function of an institution also triggers disputes. One of the problems of disputes between state institutions in the divestment of Newmont. In this case, between state institutions equally feel the authority to resolve. The complexity of this case involved many parties, one of which the DPR did not approve the purchase of 7% of PT. NNT because the purchase of these shares must be through the approval of the DPR. So that the case was resolved and decided in the Constitutional Court with the issue of authority disputes between state institutions.  Therefore, it is necessary to have an explanation of the limits and the meaning of the limits of state institutions, so that the settlement of disputes can run effectively. (Institutions relating to constitutional authority).Keywords: Dispute, Newmont, Divestment, State Institution

    Oral tradition in the study of ulayat land disputes in West Sumatra

    Get PDF
    Land is a society’s potent symbol of wealth, social power, and culture. A long time ago, when extensive jungles and forests still abounded, there were probably no serious conflicts over land ownership. Groups were free to roam about and to open up land to extend their farming area in accordance to their needs. Groups in society marked the land they had cultivated to proclaim their ownership. These marks could be very simple and could simply be a tree, a big stone, or a piece of iron hammered into the soil, or they used the physical condition of the land itself such as rivers, lakes, hills etcetera as borders to distinguish their land from that of others. Minangkabau traditional society never recorded these borders in writing on paper, leaves, or stones or any other means as many peoples in other parts of the world do. Rather, they deemed it sufficient to use natural symbols to demarcate the important agreements they had made between them orally
    corecore