15 research outputs found

    Bimbingan Teknis Komputer Akuntansi Koperasi Simpan Pinjam untuk Juru Buku Koperasi di Kabupaten Bandung Jawa Barat

    Get PDF
    The purpose of this accounting computer technical guidance is to assist cooperative financial accounting staff in overcoming the problem of recording savings and loan transactions as a support for obtaining financial information (financial reports) that is faster, more effective, and more efficient by using the software MYOB Accounting. Technical activities begin with the design of cooperative profiles followed by a manufacturing account list, opening balance, tax code, card file, initial loan balance, initial deposit balance, and a general journal. The bookkeepers showed their enthusiasm in implementing the Bimtek Computer for Savings and Loans Accounting because the savings and loan accounting information system uses the software MYOB Accounting can provide financial information effectively and efficiently and assist cooperative finance staff in increasing speed, accuracy, and ease in the process of recording transactions

    Penerapan Activity Based Costing Dalam Penentuan Harga Kamar Rawat Inap (Studi Empiris Di RSUD Sumedang)

    Get PDF
    Activity Based Costing is an appropriate method in calculating basic costs. The benefits of Activity Based Costing are as a method or cost control system that tracks various activities that occur. Activity Based Costing is a system of cost calculation approaches based on activities in the company. Cost drivers used in this study as a cost grouping are the number of inpatient days, the number of inpatients, and the floor area of ​​the room. This study uses a comparative approach between conventional methods and Activity Based Costing methods. This research instrument uses observation, interview and documentation techniques. The results of inpatient service tariff calculations that have been set by Sumedang District Hospital for VIP class are Rp.821,100, for Class III Rp. 234,750, for class II Rp. 263,200, and for class I Rp. 319,000. While using the Activity Based Costing method gives different results, namely Rp. 336,365,085 for the VIP class, Rp.172,196.4 for the third class, Rp. 190,072,304 for class II, and Rp. 200,837,52 for class I. Using the Activity Based Costing method at Sumedang District Hospital gives smaller results (undercosting) for each class (VIP class, class III, class II, and class I) of hospital rates by having a difference of Rp. 484,734,085 for VIP class, for class III amounting to Rp. 62,553.6, Rp. 73,127,696 for class II, and Rp. 118,162.48 for class I

    Desain Unit Usaha Pengadaan Barang Dalam Upaya Pengembangan Usaha

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan model bisnis yang cocok untuk digunakan dalam unit usaha pengadaan barang KPRI Banjar Patroman sebagai langkah pengambilan keputusan bisnis. Dari hasil penelitian diperoleh identifikasi dari masing-masing 9 elemen Business Model Canvas. Customer Segments adalah anggota KPRI Banjar Patroman. Value Propositions adalah kemasan yang menarik dan harga lebih terjangkau. Channels adalah berkomunikasi dengan anggota secara langsung. Customer Relationships adalah jalinan komunikasi dengan pelanggan. Revenue Streams dari penjualan produk kepada anggota dan unit usaha pelayanan simpanan. Key Resources terdiri dari kendaraan dan sumber daya manusia. Key Activities terdiri dari pengadaan barang, kegiatan produksi dan pemasaran. Key Partnerships adalah Toko Pantes. Cost Structure terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Berdasarkan analisis dari Matrix SWOT, dijelaskan strategi-strategi yang dapat digunakan oleh koperasi yaitu seperti strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi W

    STRATEGI MEMOTIVASI WIRAUSAHA MELALUI PENGEMBANGAN USAHA EKONOMI PRODUKTIF DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DESA PAJAGAN KABUPATEN SUMEDANG

    Get PDF
    Penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif di desa ini merupakan kegiatan yang digalakkan oleh Pemerintah baik itu Pusat, Provinsi ataupun Kabupaten/Kota. Sasaran kegiatan tersebut adalah para wirausaha yang ada di desa tersebut. Wirausaha Desa Pajagan Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang merupakan objek pengabdian masyarakat yang diharapkan dapat memberikan percepatan laju kesejahteraan masyarakat desa. Strategi motivasi dilaksanakan oleh tim pengabdian masyarakat terhadap wirausaha desa pajagan dengan teknik yang lebih efektif dan efesien diharapkan dapat meningkatkan wirausaha menjadi usahawan bervisi, memiliki motivasi tinggi, mempunyai skill mumpuni, bemodal yang cukup, pasar yang luas dan SDM berkemauan. Metode Pengabdian pada Masyarakat yang digunakan adalah pola atau sistim tindakan yang telah dilakukan, dimana tahapannya terdiri : (1) Analisa situasi masyarakat, (2) Menentukan tujuan kerja secara spesifik, (3) Rencana pemecahan masalah, (4) Pendekatan sosial, (5) Pelaksanaan kegiatan, (6) Evaluasi kegiatan dan hasil. Metode penyampaian materi yang digunakan lebih pada pendekatan andragogik, karena peserta yang dilibatkan adalah orang-orang dewasa yang butuh tidak hanya menyimak namun butuh juga untuk menyampaikan pengalaman dan permasalahannya.Luas wilayah Desa Pajagan secara keseluruhan adalah 964.250 ha, jumlah penduduk mencapai 2.573 jiwa yang tersebar di 3 (tiga) Dusun. Wirausaha yang ada terdiri dari pengrajin 4 orang, peternak 279 orang, pedagang 49 orang. Sedangkan potensi ekonomi usaha kecil masyarakat : (a) usaha petani pisang, (b) petani gula aren, (c) penggilingan padi, (d) industri mebeul, (e) perdagangan, (f) wisata, (g) koperasi. Sedangkan potensi ekonomi oleh desa (a) Bumdes, (b) Pengelolaan sampah, (c) PAM Desa. Permasalahan wirausaha yang teridentifikasi : (1) Permodalan, (2) Bahan Baku yang masih terbatas, (3) pemasaran produk kecil dan berdasarkan pesanan, (4) Belum lengkap pencatatan pembukuan.Solusi masalah : (1) Permodalan, di sarankan untuk lebih sering berhubungan dan bekerja sama dengan lembaga keuangan dan Instansi terkait serta pemasok (suplier) untuk mempermudah jalannya proses produksi; (2) Bahan Baku yang masih terbatas, disarankan untuk mampunyai persediaan bahan baku, pembelian secara bersama, kualitas BB terstandar dan persediaan barang jadi; (3) pemasaran produk kecil dan berdasarkan pesanan, disaranka melakukan spesialisasi, konsinyasi menyimpan barang jadi di toko- toko mebeul, promosi melalui media electronic dan brosur; (4) Belum lengkap pencatatan pembukuan, disarankan melakukan pencatatan di setiap transaksi, menghitung pendapatan, biaya dan keuntungan, buat arus kas, memisahkan antara uang perusahaan dengan uang milik pribadi pengusah

    PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT DI APOTEK DANA PHARMA KOTA SOLOK

    Get PDF
    Pengendalian persediaan merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur maupun perusahaan non manufaktur (jasa) untuk menentukan jumlah pemesanan produk, waktu pemesanan, dan persediaan pengaman. Apotek merupakan tempat dilakukannya praktik kefarmasian dan pemberian pelayanan kesehatan serta pendistribusian obat kepada konsumen. Apotek Dana Pharma adalah salah satu apotek di Kota Solok mengalami permasalahan terkait persediaan obatnya. Saat ini Apotek Dana Pharma belum menerapkan kebijakan tertentu dalam pengendalian persediaan. Pengadaan obat dilakukan hanya berdasarkan stok obat yang berada digudang saja, sehingga terjadi permasalahan persediaan yaitu kelebihan dan kekurangan persediaan obat. Penelitian ini yang bertujuan untuk menentukan kebijakan terhadap pengendalian perencanaan persediaan obat di Apotek Dana Pharma sehingga dapat mengatasi permasalahan yang sedang dialami oleh apotek. Tahapan penelitian diawali dengan melakukan uji distribusi normal, klasifikasi ABC-FSN, peramalan permintaan tahun 2021, perhitungan biaya aktual serta usulan tahun 2020, dan perencanaan persediaan tahun 2021 menggunakan metode continuous review system. Hasil penelitian yang didiapatkan yaitu nilai jumlah pemesanan kembali, reorder point, dan safety stock. Berdasarkan hasil penelitian, obat dikelompokkan menjadi tujuh kelas berdasarkan klasifikasi ABC-FSN yaitu kelas AF terdapat 31 obat, AS terdapat 5 obat, BF terdapat 27 obat, BS terdapat 10 obat, CF terdapat 22 obat, CS terdapat 15 obat, dan CN terdapat 1 obat. Perhitungan total biaya persediaan usulan menggunakan metode continuous review system dapat menghemat senilai Rp1.620.967 atau 1,86% dari kondisi total biaya persediaan aktual tahun 2020. Berdasarkan analisis sensitivitas didapatkan perubahan biaya perencanaan persediaan tahun 2021 terbesar pada perubahan harga beli obat dengan kenaikan sebesar Rp13.366.102 atau sebesar 9,46% dari biaya normal dan penurunan Rp13.369.132 atau sebesar 9,47% dari biaya normal. Kata kunci : analisis ABC, apotek, metode continuous review system, metode FSN

    ANALISIS RELATIONSHIP MARKETING DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN UNIT USAHA WASERDA

    Get PDF
    KSU Mitra Saudara Merupakan Koperasi Karyawan PT. Bank Woori Saudara Indonesia. Koperasi ini memiliki 5 (lima) unit usaha. Permasalahan yang di hadapi Waserda KSU Mitra Saudara terdapat pada pelayanan. Kerugian yang dialami setiap tahun, serta pendapatan usaha yang rendah setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksaanaan relationship marketing, pelayanan, dengan upaya meningkatkan pelayanan di Waserda KSU Mitra Saudara Bandung, untuk mengetahui tanggapan pelanggan tentang relationship marketing yang ada di Waserda KSU Mitra Saudara Bandung, Untuk mengetahui penilaian anggota terhadap pelayanan yang ada di Waserda KSU Mitra Saudara Bandung. Untuk mengetahui upaya-upayaa yang di lakukan Waserda KSU Mitra Saudara Bandung untuk meningkatkan pelayanan melalui relationship marketing yang berpengaruh ke pendapatan usaha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan kuesioner. Hasil data yang diperoleh dianalisis melalui analisis deskriptif. Sehingga penulis bisa menyimpulkan bahwa indikator mana saja yang harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa relationship marketing dan pelayanan bisa di sebut cukup baik. dilihat dari jawaban responden secara keseluruhan kriteria baik, namun perlu di tingkatkan lagi

    ANALISIS BAURAN PROMOSI UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Unit Susu Sapi Perah Koperasi Unit Desa (KUD), Jl. Kolonel Matsuri Desa Jambudipa Kec. Cisarua, Bandung 40551

    Get PDF
    The research was motivated by the problem of declining sales of KUD Sarwa Mukti in the Cow Milk  Unit. The Dairy Cattle Business currently accommodates 236,580 liters of milk produced by members per month in 2019, in 2018 it accommodates members' milk production of 413,535 liters per month. In 2019 the production of dairy cows decreased by 176,955 liters, this was due to the termination of cooperation with a company PT. Cimory due to the impact of Covid- 19. To be able to increase the sales volume of cow's milk, a sales promotion is needed, with a good sales promotion it can increase sales volume and the cooperative's dairy cow is more widely known by the public.This research is: (1) Knowing the promotional mix applied in KUD Sarwa Mukti to increase sales volume, (2) Knowing what factors can increase the promotion mix in the dairy unit of KUD Sarwa Mukti, (3) Knowing the efforts What are the efforts made by KUD Sarwa Mukti to increase sales volume in the dairy unit of dairy cows.The results showed that the promotional mix carried out by KUD Sarwa Mukti was not maximized and the cooperative was still using Word OF Mount Marketing promotions, in 2013 they had time to distribute brochures but only once to introduce more widely to the public. The suggestion put forward by the researcher is that it is recommended to KUD Sarwa Mukti to improve the promotion mix so that the cooperative is better known by the general public outside or inside the city and makes it easier to find information about cow's milk and the condition of KUD Sarwa Mukti and can also compete with other companies in promoting their products for increase sales volume. And always maintain quality and good service to consumers

    APLIKASI PETA WISATA BERBASIS MOBILE GIS PADA SMARTPHONE ANDROID (STUDI KASUS DESA GUCI, KABUPATEN TEGAL)

    Get PDF
    ABSTRAK Objek Wisata Guci merupakan ujung tombak pariwisata pada kabupaten Tegal, terletak di kaki Gunung Slamet Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Sebagai tempat wisata unggulan Objek Wisata Guci memiliki banyak wahana dan fasilitas. Banyaknya keberadaan wahana dan fasilitas wisata ini menyulitkan wisatawan yang baru pertama kali berkunjung. Maka dari itu Objek Wisata Guci harus memiliki fasilitas pendukung berupa panduan mengenai objek wisata beserta fasilitas, sehingga dapat memudahkan para wisatawan yang berkunjung. Penelitian ini memanfaatkan data koordinat dan deskripsi dari masing – masing objek wisata yang didapat dengan cara survei langsung ke lapangan dengan menggunakan A-GPS. Langkah selanjutynya adalah membangun sebuah aplikasi menggunakan aplikasi CarryMap. Pada tahap akhir dilakukan uji validitas dengan dua tahap yaitu uji aplikasi dan uji usability. Penelitian tugas akhir ini menghasilkan sebuah aplikasi peta wisata yang dapat diakses menggunakan smartphone melalui aplikasi CarryMap Apps. Informasi yang dapat diakes pengguna adalah lokasi objek wisata dan fasilitas penunjangnya seperti penginapan, dan tempat ibadah. Ketelitian titik dari aplikasi ini didapatkan rata - rata 4,018 meter dan standar deviasi sebesar 3,913 meter, dan ketelitian jarak didapatkan rata - rata 11,850 meter dan standar deviasi sebesar 3,772 meter. Kriteria efisiensi dengan nilai 82,33 dan kriteria kepuasan dengan nilai 80,5 yang diperoleh dari uji usability. Diharapkan dengan adanya peta wisata yang dapat diakses dengan smartphone ini dapat mempermudah wisatawan dalam memperoleh berbagai informasi pariwisata serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar objek wisata. Kata Kunci : CarryMap, Objek Wisata Guci, penginapan, peta wisata, Wisata

    Subchronic toxicity, immunoregulation and anti-breast tumor effect of Nordamnacantal, an anthraquinone extracted from the stems of Morinda citrifolia L.

    Get PDF
    Background: Morinda citrifolia L. that was reported with immunomodulating and cytotoxic effects has been traditionally used to treat multiple illnesses including cancer. An anthraquinone derived from fruits of Morinda citrifolia L., nordamnacanthal, is a promising agent possessing several in vitro biological activities. However, the in vivo anti-tumor effects and the safety profile of nordamnacanthal are yet to be evaluated. Methods: In vitro cytotoxicity of nordamnacanthal was tested using MTT, cell cycle and Annexin V/PI assays on human MCF-7 and MDA-MB231 breast cancer cells. Mice were orally fed with nordamnacanthal daily for 28 days for oral subchronic toxicity study. Then, the in vivo anti-tumor effect was evaluated on 4T1 murine cancer cells-challenged mice. Changes of tumor size and immune parameters were evaluated on the untreated and nordamnacanthal treated mice. Results: Nordamnacanthal was found to possess cytotoxic effects on MDA-MB231, MCF-7 and 4T1 cells in vitro. Moreover, based on the cell cycle and Annexin V results, nordamnacanthal managed to induce cell death in both MDA-MB231 and MCF-7 cells. Additionally, no mortality, signs of toxicity and changes of serum liver profile were observed in nordamnacanthal treated mice in the subchronic toxicity study. Furthermore, 50 mg/kg body weight of nordamncanthal successfully delayed the progression of 4T1 tumors in Balb/C mice after 28 days of treatment. Treatment with nordamnacanthal was also able to increase tumor immunity as evidenced by the immunophenotyping of the spleen and YAC-1 cytotoxicity assays. Conclusion: Nordamnacanthal managed to inhibit the growth and induce cell death in MDA-MB231 and MCF-7 cell lines in vitro and cease the tumor progression of 4T1 cells in vivo. Overall, nordamnacanthal holds interesting anti-cancer properties that can be further explored

    Reducing the environmental impact of surgery on a global scale: systematic review and co-prioritization with healthcare workers in 132 countries

    Get PDF
    Abstract Background Healthcare cannot achieve net-zero carbon without addressing operating theatres. The aim of this study was to prioritize feasible interventions to reduce the environmental impact of operating theatres. Methods This study adopted a four-phase Delphi consensus co-prioritization methodology. In phase 1, a systematic review of published interventions and global consultation of perioperative healthcare professionals were used to longlist interventions. In phase 2, iterative thematic analysis consolidated comparable interventions into a shortlist. In phase 3, the shortlist was co-prioritized based on patient and clinician views on acceptability, feasibility, and safety. In phase 4, ranked lists of interventions were presented by their relevance to high-income countries and low–middle-income countries. Results In phase 1, 43 interventions were identified, which had low uptake in practice according to 3042 professionals globally. In phase 2, a shortlist of 15 intervention domains was generated. In phase 3, interventions were deemed acceptable for more than 90 per cent of patients except for reducing general anaesthesia (84 per cent) and re-sterilization of ‘single-use’ consumables (86 per cent). In phase 4, the top three shortlisted interventions for high-income countries were: introducing recycling; reducing use of anaesthetic gases; and appropriate clinical waste processing. In phase 4, the top three shortlisted interventions for low–middle-income countries were: introducing reusable surgical devices; reducing use of consumables; and reducing the use of general anaesthesia. Conclusion This is a step toward environmentally sustainable operating environments with actionable interventions applicable to both high– and low–middle–income countries
    corecore