Introduksi Pola Pemeliharaan Sapi Potong Model Litbangtan Melalui Program Diseminasi Bibit Unggul di Jawa Timur

Pola pemeliharaan sapi potong model Litbangtan adalah sistem pemeliharaan sapi potong secara dilepas di kandang kelompok untuk meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja dan pengelolaan reproduksi sapi. Karakteristik dari sistem pemeliharaan ini adalah adanya bank pakan sumber serat sehingga peternak dapat menyediakan pakan secara ad-libitum dan di dalam kandang kelompok dimasukkan seekor pejantan unggul yang siap mengawini sejumlah sapi induk agar terjadi kebuntingan. Loka Penelitian Sapi Potong melalui program diseminasi bibit unggul PO telah menyebarkan sapi unggul tersebut untuk dikembangkan di berbagai wilayah Indonesia, salah satunya Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan introduksi pola pemeliharaan model Litbangtan di kelompok tani ternak (KTT) Lembu Jaya dan Tani. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Skor kondisi tubuh (SKT) induk jantan di kedua KTT tersebut secara berurutan yaitu: 3 – 3,5 dan 2,75 – 3; sedangkan induk betina 3,25 – 3,5 dan 1,75 – 2. Pakan berupa jerami padi disimpan di bank untuk memudahkan ternak mengakses pakan. Perkawinan di kedua KTT tersebut dengan metode kawin alami. Jumlah kematian pedet per tahun pada kedua KTT sebesar 1 ekor. Pada kedua KTT tersebut jumlah kelahiran pedet dalam satu tahun sebanyak 6 ekor. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan pola pemeliharaan model Litbangtan mudah diterapkan di peternakan rakyat, dikarenakan tidak menganggu produktivitas ternak ditinjau dari SKT dan mortalitas pedet, selain itu dapat mengurangi curahan tenaga kerja dari peternak, karena ternak kawin secara alami

Perbaikan dan Peningkatan Kualitas di Perusahaan Mie Sumber Rasa dengan Pendekatan Dmaic

Perusahaan Mie Sumber Rasa, merupakan Perusahaan yang memproduksi bermacam-macam mie seperti mie keriting, misoa, mie tekuk dan kwe tiau kering. Melalui pengamatan awal dan wawancara yang dilakukan, diperoleh permasalahan yang seringkali terjadi pada proses produksinya yaitu gagal produksi atau cacat. Dugaan penyebab terjadinya mie gagal produksi atau cacat adalah komposisi adonan mie kurang tepat. Perhitungan nilai DPMO sebelum perbaikan adalah sebesar 150.000 dengan nilai sigma 2,54. Perbaikan dilakukan dengan melakukan implementasi Six Sigma dengan pendekatan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve dan Control). Pada tahap improve dari siklus DMAIC ini menggunakan desain eksperimen yaitu metode Taguchi untuk menentukan komposisi adonan mie yang optimal agar menghasilkan cacat mie yang terkecil. Dalam pelaksanaan eksperimen ini menggunakan 2 faktor yaitu tepung tapioka dan air yang masing-masing terdiri dari 3 level. Jumlah tepung tapioka yang digunakan adalah 2,5 kg, 5 kg, dan 7,5 kg, sedangkan jumlah air 13,5 liter, 15 liter, dan 16,5 liter. Dari hasil eksperimen komposisi bahan baku yang paling tepat adalah dengan menggunakan jumlah tepung tapioka 7,5 kg dan jumlah air 16,5 liter. Dengan demikian nilai DPMO setelah perbaikan adalah sebesar 80.000 dengan nilai sigma 2,92. Penghematan yang diperoleh Perusahaan setelah dilakukan perbaikan sebesar Rp 6.265.400,- per bulan

Pengaruh Padat Penebaran terhadap Waktu Kematangan Gonad Induk Abalon, Haliotis Squamata di Hatchery

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh padat penebaran terhadap waktu yang dibutuhkan oleh induk abalonjenis H. squamata untuk mencapai matang gonad. Penelitian ini dilaksanakan selama 63 hari, dari Agustus sampai Oktober2010 di Pembenihan Abalon Kerja Sama Lembaga Pengkajian dan Penerapan Teknologi Sumber Daya Perikanan danKelautan PT. Sumber Laut Nusantara Desa Tapulaga Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Peneli -tian ini dirancang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan yaitu perlakuanA (4 induk), perlakuan B (8 induk), dan perlakuan C (12 induk) untuk tiap-tiap kontainer 60 liter. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa waktu kematangan gonad induk abalon yang dipelihara dengan perlakuan A, B, dan C yaitu rata-ratahari ke-51, hari ke-58, dan hari ke-61. Hasil pertumbuhan mutlak rata-rata panjang cangkang pada perlakuan A, B, dan Cberturut-turut yaitu 0,081±0,24 cm; 0,26±0,026 cm; dan 0,20±0,023 cm. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA), waktukematangan gonad dan pertumbuhan mutlak rata-rata panjang cangkang menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyatapada semua perlakuan (P>0,05). Hasil pengukuran parameter kualitas air yaitu suhu, salinitas, pH, dan oksigen terlarutmenunjukkan kisaran yang masih baik untuk mendukung kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangankematangan gonad induk abalon H. squamata di hatchery

DES study of blade trailing edge cutback cooling performance with various lip thicknesses

Three-dimensional detached-eddy simulation (DES) study has been carried out to evaluate the cooling performance of a trailing-edge cutback turbine blade with various lip thickness to slot height ratios (t/H). By adopting the shear-stress transport (SST) k-ω turbulence model, the numerical investigations were performed at two successive steps: first, to validate simulation results from an existing cutback turbine blade model with staggered circular pin-fins arrays inside the cooling passage against experimental measurements and other available numerical predictions; second, to understand the effects of the lip thickness to the slot height ratio on the blade trailing-edge cooling performance. It was found from the model validations that at two moderate blowing ratios of 0.5 and 1.1, DES predicted film cooling effectiveness are in very good agreement with experimental data. Further comparisons of four various t/H ratios (t/H = 0.25, 0.5, 1.0, 1.5) have revealed that the thermal mixing process between the ‘cold’ coolant gas and the ‘hot’ mainstream flow in the near wake region of the exit slot has been greatly intensified with the increase of the t/H ratio. As a result, it causes a rapid decay of the adiabatic film cooling effectiveness downstream of the blade trailing-edge. The observed vortex shedding and its characteristics in the near wake region are found to play an important role in determining the dynamic process of the ‘cold’ and the ‘warm’ airflow mixing, which in turn have significant influences on the prediction accuracy of the near-wall heat transfer performance. As the four t/H ratio increases from 0.25 to 1.5, DES predicts the decrease of main shedding frequencies as fs = 3.69, 3.2, 2.21, and 1.49 kHz, corresponding to Strouhal numbers St = 0.15, 0.20, 0.23, and 0.22, respectively. These results are in good agreement with available experimental measurements

RANCANG BANGUN ALAT UJI KEAUSAN BEERBASIS SISTEM KONTAK DISC-ON-DISC

Keausan yang berkaitan interaksi antara permukaan dan secara khusus hilangnya matrial dan deformasi material di permukaan sebagai akibat dari gaya mekanis dari keausan. Permukaan berlawanan disebabkan oleh sebagian besar penggunaan logam dengan menggeser. Dalam ilmu material, keausan adalah perpindahan material dari posisi turunan dan orisinalnya pada permukaan padat yang dilakukan oleh aksi permukaan lain. Keausan logam terjadi oleh perpindahan plastik permukaan dan bahan permukaan oleh detasemen partikel yang membentuk puing-puing bekas. Ukuran partikel yang dihasilkan dapat bervariasi dari jarak milimeter sampai ke kisaran ion. Untuk mengetahui keuasan secara cepat dari kondisi gesekan tersebut maka di perlukan alat uji tribometer. Peneliti ini di fokuskasn pada rancang bangun alat uji keausan. Alat uji ini untuk menguji komponen yang terdiri dari two disc yang terbuat dari matrial yang dapat di variasikan jenisnya. Perancangan mekanisme alat uji tribometer putaran, dan pembebanan yang dapat di variasikan. Untuk metode perancangan dengan pemilihan konsep produk yang di nilai terbaik yang akan di kembangkan menjadi produk. Pengujian di lakukan secara eksperimen untuk mengetahui keuasan dari matrial mengalami gesekan dua matrial sampai kondisi yang sama. Hasil rancangan menujukan bahwa alat uji ini dapat di gunakan untuk menentukan validasi data dalam proses pengujian. Dengan variasi jumlah putaran (maksimal 2800 rpm, beban tekan (maksimal 1000 MPa). Serta putaran dan kecepatan spesimen yang dapat di atur, gesekan pada permukaan dapat di ketahui, validasi data yang di ukur perubahan profil kontak permukaan. Hasilnya menujunkan hasil rancangan telah dapat di buat, dan layak di gunakan untuk pengujian keausan, koefisien gesek 0,4 dengan laju keausan tekanan 1000 MPa kecepatan 1m/s dengan waktu 240 menit adalah 0,19 gram.nilai keausan lebih besar jika di beri beban yang besar

Effect of Cooling Rate on the Microstructures And Hardness Of Fe-Ni-Cr Superalloy

Fe-Ni-Cr superalloy is a heat resistant material that shows good mechanical strength and resistance to oxidation and corrosion at high temperature. Heat treatment was conducted on Fe-Ni-Cr superalloy to observe its effect on the microstructures and mechanical property namely hardness. Solution treatment were carried out at 900oC, 975oC, 1050oC, and 1125oC followed by two cooling methods i.e quenching and air cool. The samples were analyzed by using materials characterization techniques such as SEM, XRD, and optical microscope. The Fe-Ni-Cr superalloy formed mainly dendritic austenitic structure with Cr23C6 precipitated along the grain boundaries. Increase in solution treatment temperature results in dissolution of chromium carbide, coarser grain, and lower hardness. Different cooling rate after solution treatment shows that fast cooling produces fewer and finer chromium carbide (Cr23C6) precipitates, finer grain, and higher hardness as compared with slow cooling rate. Highest hardness value which is 213.5 Hv was recorded on sample solution treated at 900oC followed by water quenched

Surface science of soft scorpionates

The chemisorption of the soft scorpionate Li[PhTmMe] onto silver and gold surfaces is reported. Surface enhanced Raman spectroscopy in combination with the Raman analysis of suitable structural models, namely, [Cu(κ3-S,S,S-PhTmMe)(PCy3)], [Ag(κ3-S,S,S-PhTmMe)(PCy3)], [Ag(κ2-S,S-PhTmMe)(PEt3)], and [Au(κ1-S-PhTmMe)(PCy3)], are employed to identify the manner in which this potentially tridentate ligand binds to these surfaces. On colloidal silver surface-enhanced Raman spectroscopy (SERS) spectra are consistent with PhTmMe binding in a didentate fashion to the surface, holding the aryl group in close proximity to the surface. In contrast, on gold colloid, we observe that the species prefers a monodentate coordination in which the aryl group is not in close proximity to the surface

NEW OFFER FROM PT SAFARI DHARMA SAKTIENDLESS SUMMER TOUR

PT Safari Dharma Sakti is a company engaged in transportation services. Vehicles that this company has has an international standard compared to other transportation service companies. Even in terms of service, PT Safari Dharma Sakti is also sufficient. But this company only moves in local tourists only, therefore Team 10 offers to be a consultant and help it to Go International to be known not only local tourists but also from abroad. Team 10 gets a lot of information from interviews ranging from price to promotion what has been used. Our team performs with the PIC of the company that is Mr. Samuel and discuss many things. Finally our group gave suggestions to organize tours provided by the company's own team. And the company team was very agree, interested, and expect a lot of this "Endless Summer Tour" plan

Safer topical treatment for inflammation using 5α-tetrahydrocorticosterone in mouse models

Use of topical glucocorticoid for inflammatory skin conditions is limited by systemic and local side-effects. This investigation addressed the hypothesis that topical 5α-tetrahydrocorticosterone (5αTHB, a corticosterone metabolite) inhibits dermal inflammation without affecting processes responsible for skin thinning and impaired wound healing. The topical anti-inflammatory properties of 5αTHB were compared with those of corticosterone in C57Bl/6 male mice with irritant dermatitis induced by croton oil, whereas its effects on angiogenesis, inflammation, and collagen deposition were investigated by subcutaneous sponge implantation. 5αTHB decreased dermal swelling and total cell infiltration associated with dermatitis similarly to corticosterone after 24 h, although at a five fold higher dose, but in contrast did not have any effects after 6 h. Pre-treatment with the glucocorticoid receptor antagonist RU486 attenuated the effect of corticosterone on swelling at 24 h, but not that of 5αTHB. After 24 h 5αTHB reduced myeloperoxidase activity (representative of neutrophil infiltration) to a greater extent than corticosterone. At equipotent anti-inflammatory doses 5αTHB suppressed angiogenesis to a limited extent, unlike corticosterone which substantially decreased angiogenesis compared to vehicle. Furthermore, 5αTHB reduced only endothelial cell recruitment in sponges whereas corticosterone also inhibited smooth muscle cell recruitment and decreased transcripts of angiogenic and inflammatory genes. Strikingly, corticosterone, but not 5αTHB, reduced collagen deposition. However, both 5αTHB and corticosterone attenuated macrophage infiltration into sponges. In conclusion, 5αTHB displays the profile of a safer topical anti-inflammatory compound. With limited effects on angiogenesis and extracellular matrix, it is less likely to impair wound healing or cause skin thinning

Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC): effects on light quality, microclimate, and growth of Orthosiphon stamineus in tropical climatic condition

The main challenge facing greenhouse designers is to achieve environment-appropriate greenhouses, especially in tropical regions. The excess radiant energy transmitted into the greenhouse predisposes plants to photo-inhibition and consequently reduces crop production. Lately, photovoltaic (PV) modules are equipped as a greenhouse rooftop to minimize the level of irradiation and air temperature in the greenhouse, simultaneously improving its energy consumption. Nevertheless, due to the low level of irradiation, denser conventional PV internal shading would influence the cultivated crops’ growth. Thus, Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) possesses several attractive features such as transparent, sensitive to low light levels, and various color options that render DSSC a perfect choice able to serve substantially in energy buildings. This study assessed the microclimate conditions inside the greenhouse with semi-transparent DSSC mounted on top of it, describing the Photosynthetic Photon Flux Density (PPFD) (µmol m−2 s−1), Vapor Pressure Deficit VPD (kPa), relative humidity (%), and also temperature (°C). The Overall Thermal Transfer Value (OTTV), which indicates the average thermal energy transmission rate across the external layer of a structure envelope, is also presented. The effects of colored DSSC in altering the spectral of sunlight in reference to the Orthosiphon stamineus growth responses were determined. The information of the condition of DSSC greenhouse microclimate helps to identify the information for designing PV greenhouses and to produce income from both electric power and agronomic activity