859 research outputs found

    DEVELOPING CREATIVITY THROUGH RECONTEXTUALIZATION OF TRADITIONAL ARTS

    Get PDF
    The aims of these research to explain in depth various proponent aspects on the creativie abilities among primary school children.also,to discover strategies and the comprehension of traditional music by means of verbal and non-verbalcreativities which are appropriate to the developmental stages of the subjects.Data were collected and analyzed by applying quantitative and qualitative approach of 600 subjects in Yogyakarta and Denpasar.Previously,experimenters were to treat subjects in using musical creative model of learing which is based on the local idioms for three months.a statistical analysis and the results of the focus group discussions showed that there were significant effects and differences on creativity tests between experimental and control group.Evidence showed that musical creative with ences on creativity tests between experimental and control group.evidence showed that musical creative with local idioms are significantly more affected to enhance the creative of children.these experiments brought also a special attention to the re-contextualization of traditional music which is recently has been practiced in musical activites. Keywords:creativity,music traditional,local idioms,and re-contextualizatio

    Colonization of Mangrove Forest at Abandoned Shrimp-pond of Segara Anakan-cilacap

    Full text link
    During the 1996 to 1997, large areas of mangrove forest in the Segara Anakan were cleared and converted into intensive shrimp-ponds. After one to two years, these shrimp-ponds failed and were abandoned. These abandoned ponds created large gap areas and canopy gaps, which were colonized by mangrove shrub and liana. The Segara Anakan mangrove also experienced heavy siltation, and there were tree cuttings from the remnant of the mangrove trees. This research aimed to study the colonization of mangrove vegetation at the abandoned-shrimp pond. Vegetation data were collected using rectangular plots of 25 m x 25 m with 4 replicates. The water qualities were also studied. The results revealed that the mangrove forests were composed of two layers: canopy tree and floor-vegetation. The gap areas triggered the pioneer species of mangrove shrubs and liana, Acanthus ilicifolius and Derris heterophylla, to colonize and dominate 100% of the mangrove forest floor. The mangrove trees consisted of natural and planted tree species. The natural trees were Sonneratia alba, Avicennia alba, and saplings of Aegiceras corniculatum, which varied between 56 – 136, 4, and 4 individuals per ha, respectively. The planted trees were Rhizophora apiculata, which amounted to 4 – 12 individuals per ha, at the island of the ponds. These trees and saplings were entangled by the liana mangrove, which disturbed their growth. The A. ilicifolius and D. heterophylla prevented the mangrove tree propagules to grow, and they colonized and characterized those abandoned shrimp-ponds, which threatened the Segara Anakan mangrove ecosystem

    EFFECTIVENESS OF TOMATO (SOLANUM LYCOPERSICUM) NANOHERBAL AS ANTIHYPERGLYCEMIA IN STREPTOZOTOCIN INDUCED DIABETIC RAT

    Get PDF
    Diabetes merupakan penyakit kronis yang terjadi di saat insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak bisa digunakan secara efektif maupun organ pankreas mengalami masalah dimana insulin tidak dapat diproduksi sebagaimana mestinya. Kebaruan penelitian ini karena meneliti tentang efektivitas nanoherbal tomat (solanum lycopersicum) sebagai antihiperglikemia pada tikus diabetes yang terinduksi streptozotocin. Penelitian ini bertujuan untuk secara sistematis menganalisis dan meninjau hewan dan penelitian pada tikus putih yang diinduksi STZ.  Metode pencarian elektronik dilakukan dengan mencari MEDLINE melalui platform PubMed, Web of Science, Embase melalui platform Ovid, CINAHL, dan Scopus. Penulis juga akan mencari literatur kelabu seperti makalah konferensi, laporan teknis, tesis, dan disertasi di Google Scholar, Google, OpenGrey, ProQuest Disertasi Tesis, dan British Library Ethos. Penulis mencari setiap database hingga November 2021 menggunakan kata kunci MeSH. Istilah pencarian dibagi menjadi tiga komponen, yaitu komponen populasi yang meliputi kata-kata “hewan”, “model hewan”, “studi praklinis”, “hewan percobaan”, “hewan percobaan”, “hewan laboratorium, ” "tikus", "kelinci", "tikus diabetes", "model penyakit hewan". Komponen intervensi dengan kata-kata “Solanum Lycopersicum” “tomat,” dan “nano herbal,” Akhirnya, istilah komponen penyakit akan menjadi "diabetes mellitus, tipe 2," "diabetes mellitus tidak tergantung insulin," "NIDDM," "gangguan metabolisme glukosa," "penyakit metabolik," "hiperlipidemia," "hiperglikemia," "insulin resistensi," dan "intoleransi glukosa." Hasilnya menunjukkan bahwa Efektifitas Nanoherbal tomat (Solanum Lycopersicum) sebagai Antihiperglikemia pada tikus diabetes yang terinduksi Streptozotocin. Kesimpulan penelitiannya ada bukti praklinis bahwa Solanum Lycopersicum efektif dalam menurunkan gula darah tinggi.Kata kunci: Diabetes; Streptozotocin; Tomat.AbstractDiabetes is a chronic disease that occurs when the insulin produced by the body cannot be used effectively or the pancreas has problems where insulin cannot be produced properly. The novelty of this study is that it examines the effectiveness of tomato nanoherbal (Solanum lycopersicum) as an antihyperglycemic agent in streptozotocin-induced diabetic rats. This review aims to systematically analyze and review animals and studies in STZ-induced white mice. An electronic search was carried out by searching for MEDLINE through the PubMed platform, Web of Science, Embase through the Ovid, CINAHL, and Scopus platforms. Authors will also search for gray literature such as conference papers, technical reports, theses, and dissertations on Google Scholar, Google, Open Grey, ProQuest Dissertations Theses, and British Library Ethos. The author searched each database until November 2021 using the keyword MeSH. The search term is divided into three components, namely a population component which includes the words “animal”, “animal model”, “preclinical study”, “experimental animal”, “experimental animal”, “laboratory animal,” “rat”, “rabbit ", "diabetic mice", "animal disease models". The intervention component with the words “Solanum Lycopersicum” “tomato,” and “nano herbal,” Finally, the disease component term would be “diabetes mellitus, type 2,” “non-insulin dependent diabetes mellitus,” “NIDDM,” “metabolic disorder. glucose," "metabolic disease," "hyperlipidemia," "hyperglycemia," "insulin resistance," and "glucose intolerance." The results showed that the effectiveness of Tomato (Solanum Lycopersicum) Nanoherbal as Antihyperglycemia in Streptozotocin-induced diabetic rat. The conclusion of the study is that there is preclinical evidence that Solanum Lycopersicum is effective in lowering high blood sugar

    Peran Musical Group Interaction dalam Mereduksi Kecemasan (Studi Kasus Marskanskey String Quartet)

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang memengaruhi kecemasan pemain string quartet saat memainkan karya music bertempo lambat, aspek tempo lambat yang menimbulkan kecemasan pada pemain string quartet, dan mengidentifikasi teknik untuk mengurangi tingkat kecemasan pada pemain string quartet. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Musical Group Interaction (MGI) dan Music Performance Anxiety (MPA). Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan menggunakan repertoar bertempo lambat karya Borodin dengan judul String Quartet No. 2 in D:  Nocturne. Data wawancara dikumpulkan dari nara sumber yang terdiri dari masing-masing anggota Marskanskey String Quartet. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meningkatkan kecemasan lebih disebabkan oleh kesiapan materi atau karya bertempo lambat yang akan dimainkan, kurangnya jam terbang (pengalaman) , dan situasi saat berada di atas panggung sebagai faktor pemicu utama. Selain itu, karya tempo lambat khususnya untuk string quartet cenderung menimbulkan kecemasan bagi sebagian pemain karena harus memiliki kecakapan untuk menunjukkan karakter atau reinterpretasi, melodi, tempo yang mengalir, harmoni, intonasi, teknik penjarian tangan kanan-kiri, ketepatan tempo, dan ritme yang beragam. Kesimpulannya adalah bahwa diperlukan strategi dalam mereduksi kecemasan pemain string quartet saat memainkan lagu bertempo lambat yaitu dengan mempersiapkan materi secara baik, melepaskan rasa cemas dengan gerakan atau gesture tubuh, dan menjalin komunikasi dan interaksi kelompok yang baik. Dalam artian selalu memberikan afirmasi positif saat sebelum pertunjukan, pertunjukan, dan setelah pertunjukan

    Stimulasi Ekspresi Melalui Teknik Reinterpretasi dalam Pertunjukan Musik Seni

    Get PDF
    The purpose of this study is to proved that musik reinterpretation is the most important aspect for both musikians and audiences in enjoying art musik. This is because in recent years there has been a declined in album sales and the number of audience for performing arts musik. So that the efforts of musikians to reinterpret various art musik repertoires by presenting new perspectives and impressions which in turn are expected to increased interest in art musik. The concept of emotion from Mehrabian-Russell in Bakker (1977) is used to understand the mechanism of emotional responses experienced by the audience after being treated by the modification of musikal reinterpretation. Then measurements were designed based on Westbrook & Reilly's theory of consumer satisfaction in Atila and Fisun YĂŒksel (2008) to identify the emotional responses which is the main factor in audiences satisfaction after listening to the repertoire being played. Mixed methods were used through a case study approach and a one-group experimental design with post-treatment measurements (One-group posttest-only design). Musikians recorded Allemande from Suite No. 6 for Johann Sebastian Bach's cello through the first video in the original style and in the second video, interpreting it in a romantic sense. Some of the musikal elements manipulated were tempo, dynamics, timbre and musikians' gestures. After the audience watched the two videos, they filled out a questionnaire to find out the emotional responses such as 'happy', 'joyful', 'sad', and 'bored'. The results showed that 56.4% did not experience pleasure and excitement when watching the first video. Then 73.8% of viewers experienced the emotions of 'fun' and 'joy' when watching the second video. The conclusion shows that reinterpretation of a repertoire is important because it can bring new perspectives and impressions to attract attention and give satisfaction to the audience

    STRATEGI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN TENAGA AKADEMDX PERGURUAN TINGGI DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI : Studi Kasus di Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta

    Get PDF
    Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi mutu pendidikan tinggi terletak pada pembangunan sumber daya manusia terutama tenaga akademik (dosen) oleh karena itu peningkatan mutu, relevansi dan produktivitas tenaga akademik di perguruan tinggi perlu dikembangkan secara terencana, terpola dan terpadu dalam satu sistem pegelolaan perguruan tinggi, sehingga mampu memberikan sumbanga yang berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional. Sejauh ini, telah banyak upaya yang dilakukan dalam meningkatkan mutu tenaga akademik di perguruan tinggi, terutama dalam rangka mengantisipasi tuntutan kosntituensi perguruan tinggi, khususnya PTS di daerah Ibu Kota Jakarta, sedangkan tujuan penelitian ini ialah untuk membuat deskripsi dan analisis terhadap visi, misi dan strategi peningkatan mutu tenaga akademik dan pelaksanaannya, terutama dikaji dari konsep perencanaan sumber daya mnusia yang dikaitkan dengan konsep-konsep manajemen strategik (MS), manajemen mutu terpadu (MMT) dan konsep perilaku organisasi, serta konsep pengembangan tenaga akademik bagi perguruan tinggi. Penelitian ini diarahkan terhadap 51 PTS (30% dari 171 PTS di Jakarta, menurut data 1994) yang berkaitan dengan upaya pembinaan dan pengembangan tenaga akademik yang terdiri dari 17 Universitas, 4 Institut 18 Sekolah Tinggi dan 12 Akademi. Yang tidak menjawab karena berbagai alasan ialah sebanyak 9 PTS (4 Universitas, 2 Institut dan 3 Sekolah Tinggi) atau yang menjawab dan mengembalikan koesioner sebanyak 42 PTS (hampir 80%) responden, yang terdiri dari unsur pimpinan perguruan tinggi/yayasan (4-10 orang), dosen (10-20 orang) baik yang telah maupun belum pernah mengalami pembinaan/peningkatan mutu dan juga mahasiswa (20-40 orang). Dengan demikian dapat dianggap sebagai cukup representatif. Teknik analisis data menggunakan pendekatan kualitatif melalui daftar isian serta pendekatan kualitatif melalui wawancara dan observasi, yang kemudian diolah dengan statistika presentasi. Temuan yang diperoleh ialah : (a) Semua pimpinan PTS responden sepakat bahwa peningkatan mutu tenaga akademik sebagai suatu strategi peningkatan mutu pendidikan tinggi yang dianggap paling efektif dan sebagian besar dari responden setuju indikator utamanya ialah penguasaan atau keahlian dalam bidang ilmu yang terkait di tingkat pasca sarjana baik didalam negeri maupun di luar negeri dan kemampuan didaktik metodik pengajaran. (b) Semua tenaga akademik yang menjadi responden mempunyai persepsi yang sama bahwakedudukan dan harapan yang dilimpahkan kepada mereka sangat penting dalam melaksanakan program mutu proses dan keluaran pendidikan tinggi. Mereka sependapat pengembangan dosen seyogiyannya ditempuh dengan meneruskan keprogram S-2 dan yang sudah lulus S-2 meneruskan ke program S-3 yang terkait dengan program S-l. Lebih disukai pengembangan tenaga akademik dilakukan di dalam negeri karena berbagai kendala antara lain persyaratan Bahasa Inggris dan kepentingan keluarga. Kebanyakan tenaga akademik yang dikembangan adalah berpendidikan S-l dan S-2 yang masih yunior, dan sebagian terbesar kembali ke perguruan tinggi masing-masing setelah menyelesaikan studinya. (c) Sebagian besar mahasiswa responden berpendapat bahwa dosen yang dianggap paling berdedikasi memberikan layanan paling memuaskan ialah dosen senior lulusan S-l dan S-2, karena mereka memberikan pengertian yang mudah ditangkap dan umumnya mengajak berpikir kritis disamping suka menyediakan waktu untuk konsultasi. Penelitian ini menarik beberapa kesimpulan dan memberikan saran sebagai berikut : (a) Hal ihwal mutu pendidikan tinggi amat banyak dimensi tali-temalinya, pada umumnya indikator dan kriteria mutu pendidikan tinggi secara harfiah adalah sama, karena pendidikan tinggi itu tergolong industri jasa atau pelayanan yang kebermutuannya diindentifikasikan dan dibatasi oleh aspek-aspek manajemen, perilaku dan instruksional. (b) Perlu kesepakatan yang bulat antara pimpinan yayasan dan perguruan tinggi tentang visi, misi dan strategi pembinaan dan pengembangan mutu tenaga akademik sesuai dengan kondisi dan tahap perkembangan masing-masing perguruan tinggi dalam upaya mempertahankan keberadaan dan kelangsungan hidup perguruan tingginya dengan mengindahkan berbagai konsep yang telah berhasil diterapkan di dunia bisnis seperti konsep-konsep pengembangan sumber daya manusia (PSDM) manajemen strategik, (MS), manajemen mutu terpadu (MMT), sertadidukung oleh aplikasi konsep perilaku organisasi, sehingga dapat disusun suatu konsep pengembangan tenaga akademik bagi perguruan tinggi. (c) Disarankan agar kepada dosen selain pembinaan dan peningkatan mutu dibidang ilmu masing-masing ke program S-2 dan S-3, perlu pula dibekali dengan penguasaan Bahasa Inggris dan konsep manajemen mutu terpadu yang dibudayakan dalam profesinya sehari-hari. (d) Upaya pembinaan dan pengembangan tenaga akademik di perguruan tinggi seyogiyanya dituangkan dalam suatu Rencana Strategik yang berjangka panjang dan didukung oleh dana yang memadai serta dilaksanakan secara bersungguhsungguh oleh pimpinan yayasan/perguruan tinggi

    PENGARUH PEMBERIAN MC. KENZIE EXERCISE TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI AKIBAT LOW BACK PAIN MYOGENIC PADA DOKTER GIGI.

    Get PDF
    Pada bidang profesi dokter gigi, posisi kerja saat mengerjakan pasien merupakan posisi yang menyimpangyaitu membungkuk dalam keadaan statis sehingga menyebabkan otot menjadi spasme. Mc. Kenzie Exerciseadalah metode latihan peregangan dan penguatan yang ditujukan pada kasus Low Back Pain Non Spesifiksalah satunya adalah Low Back Pain Myogenic dengan gerakan badan ekstensi dan salah satu tujuannyaadalah mengurangi nyeri dengan meningkatkan metabolic yang mempengaruhi sinergitas otot agonis (Grupotot ekstensor) dan antagonis (Grup otot fleksor).Matode penelitian ini yaitu Quasi Eksperimental dengan Time Series Design. Teknik pengambilan sampelmenggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 15 dokter gigi yang mengalami Low Back PainMyogenic.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 15 responden yang diberikan penanganan Mc. Kenzie Exercisedengan frekuensi 3 kali penanganan dalam 1 minggu mengalami perubahan. Dimana, setelah pemberian Mc.Kenzie Exercise sebanyak 3 kali mengalami perubahan sebanyak 0,78 dengan p<0,001 (p<0,05) dan setelahpemberian Mc. Kenzie Exercise sebanyak 3x lagi mengalami penambahan perubahan sebanyak 1,3 denganp<0,001 (p<0,05). Sehingga dari hasil kalkulasi sebelum intervensi mengalami perubahan sebanyak 2,10dengan p<0,001 (p<0,05). Sehingga diperoleh hasil yang lebih signifikan jika diberikan 6 kali penanganan.Hal tersebut menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap perubahan intensitas nyeri akibatLow Back Pain Myogenic pada dokter gigi dengan menggunakan Uji T berpasanga

    Pengaruh Mendengarkan Musik Terhadap Kondisi Rilaksasi

    Get PDF
    ABSTRACT The Impact of Listening to Music on Relaxation Condition. This study was conducted to identify the effectiveness of passively using instrumental music in stimulating subjects to reach relaxation. Music has been used for centuries in association with trance condition. Currently, the use has been developing, including in the realm of hypnosis or "brainwashing". The notion that music can affect listeners' self-control has become a well-known topic like the concepts of automatic responses and conditioned reflexes that form the basis of psychological models of musical stimulation. Relaxation as one of the achievements of hypnotherapy in which music has a role in the presence of 'physiological psychology' as a physical reflex phenomenon in response to sounds. The sound of gong – Indonesian traditional musical instrument – and tuning forks have been widely used to induce hypnotic trances to conditioned reflex – automatic responses to sounds that have physiological effects through the conscious mind. In the 1770s, Mesmer, a German doctor, combined the recovery process of his patients with the theory that the universe was deliberately manipulated used in health-related matters. The presence of hypnotism to gain relaxation was considered to be embodied from this treatment known as 'magnetic sleep'. The concept of magnetism was understood as a 'sympathetic vibration' which had something in common with music and it was believed that this condition can be communicated, transmitted and amplified through sounds. In subsequent developments, conventional musical instruments such as piano, violin, and harp were used which further strengthened the perspective of the previous theory. Nevertheless, hardly did the people use local traditional musical instruments or culture, such as gamelan. In this study the authors implemented experimental curation approach with one post-test design only for the same subject group. The authors picked sample consisting of adolescents with no hearing or health problems after being examined. The total sample of N = 10 were given passive musical intervention by listening through compositions of the sound sources and nuances Javanese gamelan nuances, then measurements were taken through self-report questionnaire and integrated group discussion. The results of the study indicate that attaining relaxed condition can reduce subjective stress through listening to music, thereby allowing a temporary reduction in somatic symptoms.ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi efektivitas penggunaan musik instrumental secara pasif dalam menstimuli subjek agar dapat mencapai kondisi rilaksasi. Musik telah berabad lamanya digunakan dalam asosiasinya dengan kondisi trans dan saat ini pemanfaatannya makin berkembang termasuk ke ranah hypnosis atau “cuci otak”. Gagasan bahwa musik dapat memengaruhi pengendalian diri pendengar telah menjadi tema yang makin dikenal seperti konsep respons otomatis dan refleks terkondisi yang menjadi dasar model psikologi ketika terjadi stimuli musik. Rilaksasi sebagai salah satu capaian hipnoterapi dan musik memiliki peran dengan hadirnya 'psikologi fisiologis' sebagai fenomena refleks fisik merespons suara. Mulai dari suara gong dan garpu tala banyak digunakan untuk menginduksi trans hipnosis hingga ke refleks terkondisi, respons otomatis terhadap suara yang berefek pada fisiologis melalui pikiran sadar. Pada 1770-an, Mesmer, seorang dokter kebangsaan Jerman telah menggabungkan penyembuhan pasiennya dengan teori alam semesta yang secara terencana dimanipulasi untuk digunakan dalam kaitannya dengan kesehatan. Kehadiran hipnotisme untuk mencapai rilaksasi juga dianggap lahir dari perlakuan tersebut yang dikenal dengan istilah ‘magnetic sleep’. Konsep magnetisme dipahami sebagai sebuah 'getaran simpatik' yang memiliki kesamaan dengan musik dan dipercaya kondisi tersebut dapat dikomunikasikan, disebarkan, serta diperkuat melalui suara. Pada perkembangan selanjutnya digunakan alat musik konvensional seperti piano, biola, dan harpa yang makin memperkuat pandangan teori sebelumnya. Namun demikian, hanya sebagian kecil yang menggunakan alat atau kultur musik tradisi setempat seperti, gamelan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kurasi eksperimen dengan rancangan one post-test design only pada kelompok subjek yang sama. Sampel dalam penelitian terdiri dari remaja yang telah dilakukan asesmen tanpa memiliki gangguan pendengaran atau kesehatan tertentu. Total sampel sebanyak N=10 diberi intervensi musik secara pasif dengan cara mendengarkan melalui komposisi berdasarkan sumber suara dan nuansa gamelan Jawa kemudian dilakukan pengukuran melalui kuesioner self-report serta diskusi kelompok terpadu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian kondisi rileks dapat mengurangi stres subjektif melalui mendengarkan musik sehingga memungkinkan berkurangnya gejala somatik hingga beberapa saat

    Electroencephalographic Activities as Biomarker in the Accumulative Dose of Alcoholic Drinker: A Preliminary Study

    Get PDF
    The attentional processing of the human brain during the discrimination of supra-segmental features of Thai phonemes related to working memory was investigated. The electroencephalographic activities of accumulative dose of alcohol were investigated while the measurement of brain function of the cognitive task of discrimination of supra-segmental features of Thai phonemes. The cognitive effort caused changes by the difficulty in discriminating supra-segmental features of Thai phonemes were reflected in specific electroencephalographic signals. A 14-channels electroencephalogram (EMOTIV Inc. USA) was used to record the electrical activities. The electrode array was placed according to the international 10-20 system. Both earlobes were used as references. Electroencephalographic activities were recorded in two different periods; resting period and cognitive task. In the cognitive task, the participants were asked to perform the cognitive task in order to measure their brain function of discrimination of supra-segmental features of Thai phoneme
    • 

    corecore