SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN MAHASISWA BARU BERBASIS ANDROID

Pendaftaran mahasiswa baru merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan pihak penyelenggara kampus yang bertujuan untuk menampung, menyaring, serta menyeleksi para calon mahasiswa sebelum dinyatakan sebagai mahasiswa tetap. AMIK Labuhanbatu adalah salah satu kampus komputer yang terus berkembang dengan bertambahnya jumlah mahasiswa baru yang mendaftar setiap tahunnya. Akan tetapi proses pendaftaran mahasiswa baru di AMIK Labuhanbatu masih menggunakan metode manual yang mengakibatkan banyaknya waktu yang terbuang dalam melakukan proses pendaftaran sehingga menyebabkan berkurangnya efisiensi waktu dari calon mahasiswa. Perancangan sistem dilakukan dengan metode waterfall yang merupakan model pengembangan sistem informasi yang sistematik dan sekuensial. Dalam pembuatan sistem alat yang digunakan dalam membuat perancangan dan desain sistem aplikasi pendaftaran mahasiswa baru yaitu dengan menggunakan Unified Modeling Language (UML). Aplikasi pendaftaran mahasiswa baru dibangun menggunakan eclipse dan menggunakan media penyimpanan database Mysql. Berdasarkan hasil uji coba, diketahui bahwa aplikasi pendaftaran mahasiswa baru berbasis Android dapat digunakan sebagai media pendaftaran mahasiswa baru

Pengembangan Model Problem-Based Learning Untuk Mengetahui Keterampilan Pembelajaran dan Refleksi Mahasiswa Pendidikan Biologi

Penelitian ini bertujuan bagaimana keterampilan problem-based learning dan keterampilan refleksi pada mahasiswa Pendidikan Biologi terutama pada pembelajaran online berbasis masalah dengan siklus reflektif Gibbs pada pembahasan perkembangan alga dan lumut. Mahasiswa akan diberikan perkuliahan terkait perbedaan alga dan lumut dan meminta mahasiswa melakukan proses problem-based learning berdasarkan materinya kemudian merefleksikan apa yang telah dilakukan dalam proses tersebut. Dalam penentuan proses problem-based learning dan keterampilan refleksi, digunakanlah instrumen lima skala dengan jangkauan nilai 0-4 kemudian di survei untuk mendapatkan nilai skor masing-masing pada setiap mahasiswa. Hasilnya adalah keterampilan PBL mahasiswa lebih rendah dari kemampuan refleksinya. Dari enam komponen PBL dinilai, kemampuan untuk merumuskan masalah menjadi kemampuan tertinggi dengan skor 2,8, dan kemampuan untuk menjawab rumusan masalah adalah kemampuan terendah dengan skor 1,5. Sedangkan pada keterampilan refleksi, skor tertinggi sebesar 3,8 didapatkan pada kemampuan mahasiswa menyampaikan kesimpulan. Untuk skor terendah terdapat pada kemampuan menjelaskan rencana berikutnya dengan nilai 0,9.         Kata Kunci: problem-base learning, PBL, keterampilan refleksi, Pendidikan Biologi Abstrack. This research aims at problem-based learning skills and reflection skills in Biology Education students especially on problem-based online learning with Gibbs reflective cycles on the discussion of algae and moss development. Students will be given lectures on the differences in algae and moss and ask students to do a problem-based learning process based on the material and then reflect what has been done in the process. In determining the problem-based learning process and reflection skills, five scale instruments with a range of grades of 0-4 were then surveyed to get their score scoring on each student. The result is that the student's PBL skills are lower than his or her reflection skills. Of the six PBL components assessed, the ability to formulate a problem becomes the highest capability with a score of 2.8, and the ability to answer problem formulations is the lowest ability with a score of 1.5. While on reflection skills, the highest score of 3.8 is obtained on the ability of students to submit conclusions. For the lowest score is in the ability to explain the next plan with a value of 0.9

MODEL e-GOVERNMENT PEMERINTAHAN DESA

Pembangunan e-Government sudah menjadi komitmen pemerintah sebagaimana ditetapkan pada Inpres 3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Namun kebijakan pemerintah ini belum sepenuhnya berjalan di pemerintahan lokal sehingga menjadikan e-Government sebagai ujung tombak pemerintahan tidak dapat berjalan dengan baik. Resistensi terhadap perubahan adalah salah satu faktor penghambat dalam pengembangan e-Government. Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa menyatakan penyelenggaraan pemerintahan desa dengan memanfaatkan Teknologi Informasi bisa dilakukan melalui e-Government Desa. Diperlukan kajian mendalam terhadap model yang cocok untuk e-Government desa ini. Proses identifikasi terhadap kebutuhan e-Government Desa dilakukan dengan analisis Critical Success Factor (CSF). Hasil analisis menghasilkan empat tahapan model yang terbagi atas dimensi kompleksitas teknologi dan organisasi dengan tingkat integrasi data dan informasi. Sedangkan hasil dari future portfolio dari perkembangan model ini menggunakan McFarlan’s Analyst Grid sehingga modul strategic, high potential, support, dan key operational dapat dijabarkan. Keywords : e-Government, CSF, Desa  E-Government development has become the government commitment as established in the Inpres 3/2003 concerning about the National E-Government Development Policy and Strategy. However, this government policy has not been fully implemented in local government, resulting the e-Government role as the pledge of the government that cannot run well. Resistance to change is one of the inhibiting factors in e-Government development. The Law No. 6 of 2014 about Villages states that the implementation of village governance by utilizing Information Technology can be done through e-Government Villages. An in-depth study of models suitable for e-Government villages is needed. The process of identifying the Village e-Government needs is carried out with a Critical Success Factor (CSF) analysis. The results of the analysis produce four stages of the model which are divided into dimensions of technological complexity and organization with the level of data and information integration. Whereas the results of portfolio futures from the development of this model using McFarlan's Analyst Grid so that strategic modules, high potential, support, and operational key can be elaborated. Key words: e-Government, CSF, Villag

Sentiment Analysis of Face-To-Face Learning Based on Social Media

The use of restricted face-to-face learning during the epidemic in Indonesia was discussed not just by education and health professionals, but also on social media. The study used the Twitter dataset with the keywords 'school' and 'face-to-face' to examine public opinion about face-to-face learning. The research data was obtained from Twitter utilizing Drone Emprit Academic, and it was then processed using the Naive Bayes method to create sentiment analysis. During that time, research revealed that 32% of people were positive, 54% were negative, and 14% were indifferent. Because of worries about the dangers associated with the use of face-to-face learning, negative attitudes predominate. &nbsp

Microlearning: Transforming Education with Bite-Sized Learning on the Go—Insights and Applications

This research delves into microlearning, emphasizing its potential as a transformative tool in the digital age. It extends the theoretical foundations of microlearning, investigates evolving trends, provides practical examples, and discusses the implications associated with education. This is not only to contribute to the growing momentum of microlearning research but also to pave the way for future advancements. The study focuses on Scopus-indexed publications using a systematic review aligned with PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses) guidelines and combined with bibliometric analysis. According to the analysis, there has been a noticeable increase in publications related to microlearning since 2015, highlighting a growing interest and contributions from scholars worldwide. The findings corroborate that microlearning is not just about providing learning material in small, easily digestible portions. Crucially, microlearning goes beyond the delivery of bite-sized content. Its flourishing research trajectory underscores its significance, especially for Generation Z and succeeding digitally native generations who are accustomed to smartphones, the Internet, and digital information. Hopefully, these findings offer valuable insights and serve as a reference for the education, government, business, and academic sectors to promote, design, and implement microlearning

Merdeka Belajar Merdeka Mengajar

Kebijakan pemerintah “Merdeka Belajar, Kampus Merdeka” tentu menimbulkan respon tersendiri bagi para dosen selaku akademisi bagaimana menyikapi, merencanakan, menyusun dan mengimplementasikan sistem dan model belajar yang paling sesuai dengan kebijakan tersebut. Dan di buku Antologi inilah akan dijumpai berbagai pandangan, pemikiran, dan juga mungkin gambaran usulan untuk mengimplementasikan kebijakan MBKM di era informasi teknologi yang sangat cepat berubah dewasa ini. Sebagai pendidik profesional, para dosen tentu memiliki kiat dan cara tersendiri untuk bisa menghasilkan output lulusan peserta didik yang benar-benar sesuai dengan tujuan dan target kebijakan MBKM tersebu

ANALISA KEMAMPUAN TRANSVER DATA VPN BERBASIS OPEN SOURCE PADA KONDISI ENCRIPSI-DEKSCRIPSI DAN KOMPRENSI-DEKOMPRENSI

Virtual Private Network (VPN) merupakan tekhnologi komunikasi yang memungkinkan jaringan lokal bisa saling terkoneksi lewat jaringan publik. Keuntungan menggunakan Virtual Private Network (VPN) adalah dengan menggunakan jaringan publik, akan mendapatkan hak dan kemampuan yang sama ketika terkoneksi menggunakan jaringan lokal. Open VPN sebagai Virtual Private Network perlunya membangun jaringan Virtual Private Network (VPN) yang stabil, aman, user friendly, namun dengan cost yang sangat murah. Open VPN di harapkan menjadi solusi bagi perusahaan-perusahaan skala menengah yang memerlukan Virtual Private Network (VPN) untuk kebutuhan kantor. Pengujian Open VPN akan transfer datasangatlah di perlukan agar pemakai bisa memenuhi kemampuan Open VPN dalam bebtuk-bentuk data yang berbeda

PERANGKAT LUNAK PEMBELAJARAN SEJARAH MENGENAI MESIR KUNO

Dalam dunia pendidikan, pengguna komputer sebagai sarana pengajaran sudah banyak diminati untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan menciptakan sistem belajar mengajar yang evektif dan efisien. Sistem ini diharapkan dapat menarik minat pelajar untuk mempelajari bidang yang sulit dipahami ataupun bidang yang membosankan, terutama untuk pelajar yang kurang memperhatikan di kelas dan malas membaca buku, sistem ini dapat membantunya apalagi kalau ditambah dengan animasi. Dengan adanya aplikasi perangkat belajar berbantuan komputer dengan pendekatan multimedia dapat meningkatkan minat belajar pada anak, sistem belajar yang menyertakan pelajar secara aktif untuk menjelajahi isi pelajaran, akan meningkatkan perepat proses belajar dan piranti lunak yang digunakan untuk membuat perangkat belajar sangat mempengaruhi kecepatan dan kehandalan pembuatan progra

Motives Influencing Facebook Usage By Students And Its Relationship With Facebook Addiction Disorder

Along with the rapid development of Social Networking Sites (SNS), social media, recently, has become a lifestyle for many people around the world, including in Indonesia. The data in January 2018 showed that in Indonesia out of 132.7 million internet users, almost all (131 million), or up 23% from the data in 2017, were Facebook users with the dominance of 18-24 years old, 35% of whom were the highest active users. The rapid growth of Facebook users annually in Indonesia, especially in the age of students and college students, encourages researchers to conduct many empirical studies of Facebook use among students. There is a tendency for using Facebook continuously to create FAD effects (Facebook Addiction Disorder) among students and can affect the spirit of learning. This study also discusses what is the motivation for using Facebook and seeing the potential for FAD to occur. In this study, an online survey over 375 respondents from several students in Labuhanbatu District was conducted. To explore respondents' motives in using Facebook, respondents were given questions that were divided into the following five motives: social interaction, leisure time, entertainment, friends, and communication. While to look for potential addiction, respondents were given questions using the Bergen Facebook Addiction (BFAD) scale. In getting a connection between the motives for using Facebook and Facebook Addiction, the data was tested by analysis of variants (ANOVA) and partial tests using SPSS software. The results obtained were 65.8% of participants were at a moderate level, while 20.3% were at a low level, and only 13.9% of participants were at a high level. While the most significant motive affecting respondents in using Facebook is the motive to fill the time and motives for communicatin

SISTEM INFORMASI SELEKSI PENERIMAAN BEASISWA PTN SISWA/I LABUHANBATU BERBASIS WEB

Adapun Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk merancang suatu Sistem Informasi. Sistem ini nantinya diharapkan dapat mempermudah pendaftaran beasiswa PTN, dan mampu mengerjakan tugas dengan tepat dan cermat dalam pengambilan keputusan pada Kantor Kesra Setdakab Labuhanbatu Rantauprapat. Sekaligus sebagai salah satu syarat untuk menempuh Ujian Sidang Tugas Akhir Pada Akademi Manajemen Informatika Komputer (AMIK ) Labuhan Batu. Adapun Bahasa Pemograman yang digunakan dalam pembuatan Sistem yang dimaksud adalah Menggunakan PHP dan MySQL. Aplikasi Pembuatan databasenya menggunakan MySQL dan Server Appserv, Localhost Phpmyadmin. Penyusunan Tugas Akhir ini dimulai dengan Merumuskan masalah, Mengidentifikasi masalah, Penentuan Tujuan dan Manfaat dan Mengumpulkan data tentang Sejarah berdirinya Instansi. Setelah semua data yang di butuhkan di dapatkan, maka dilanjutkan ke Proses Analisis Sistem. Hasil dari pembuatan program yakni ditujukan dengan Terselesaikannya Sistem Informasi Seleksi Penerimaan Beasiswa PTN Labuhanbatu Berbasis Web. Semoga dengan adanya sistem informasi ini, dapat meningkatkan Kinerja dalam proses pendaftaran dan pencarian data Beasiswa PTN Siswa/i Labuhanbatu Rantauprapa