2,315 research outputs found

    On (4,2)-digraph Containing a Cycle of Length 2

    Get PDF
    A diregular digraph is a digraph with the in-degree and out-degree of all vertices is constant. The Moore bound for a diregular digraph of degree d and diameter k is M_{d,k}=l+d+d^2+...+d^k. It is well known that diregular digraphs of order M_{d,k}, degree d>l tnd diameter k>l do not exist . A (d,k) -digraph is a diregular digraph of degree d>1, diameter k>1, and number of vertices one less than the Moore bound. For degrees d=2 and 3,it has been shown that for diameter k >= 3 there are no such (d,k)-digraphs. However for diameter 2, it is known that (d,2)-digraphs do exist for any degree d. The line digraph of K_{d+1} is one example of such (42)-digraphs. Furthermore, the recent study showed that there are three non-isomorphic(2,2)-digraphs and exactly one non-isomorphic (3,2)-digraph. In this paper, we shall study (4,2)-digraphs. We show that if (4,2)-digraph G contains a cycle of length 2 then G must be the line digraph of a complete digraph K_5

    Determining Finite Connected Graphs Along the Quadratic Embedding Constants of Paths

    Full text link
    The QE constant of a finite connected graph GG, denoted by QEC(G)\mathrm{QEC}(G), is by definition the maximum of the quadratic function associated to the distance matrix on a certain sphere of codimension two. We prove that the QE constants of paths PnP_n form a strictly increasing sequence converging to −1/2-1/2. Then we formulate the problem of determining all the graphs GG satisfying QEC(Pn)≤QEC(G)<QEC(Pn+1)\mathrm{QEC}(P_n)\le\mathrm{QEC}(G)<\mathrm{QEC}(P_{n+1}). The answer is given for n=2n=2 and n=3n=3 by exploiting forbidden subgraphs for QEC(G)<−1/2\mathrm{QEC}(G)<-1/2 and the explicit QE constants of star products of the complete graphs.Comment: 24 pages, 6 figure

    LAPORAN PLT INDIVIDU

    Get PDF
    Pelaksanaan Praktik Lapangan Terbimbing (PLT) merupakan salah satu mata kuliah praktek lapangan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dengan bobot 3 SKS. Visi dari PLT adalah wahana pembentukan calon guru atau tenaga kependidikan yang profesional. Salah satu misi dari PLT adalah penyiapan dan menghasilkan calon guru atau tenaga kependidikan yang memiliki nilai, sikap, pengetahuan, dan keterampilan profesional. Pelaksanaan kegiatan PLT dilaksanakan di SMK Negeri 1 Seyegan yang beralamat di Jalan Kebonagung Jamblangan Margomulyo Sleman. Pelaksanaan kegiatan PLT selama 2 (dua) bulan dimulai dari tanggal 15 September 2017 sampai dengan 15 November 2017 yang ditandai dengan penerjunan langsung ke sekolah oleh UPPL LPPMP melalui DPL PLT masing-masing. PLT merupakan praktik belajar mengajar secara terbimbing di sekolah melalui pembagian kelas mengajar dan didampingi oleh guru pembimbing. Guru Pembimbing penyusun adalah Bapak Wirawan Yogiyatno,S.Kom.,M.Pd. Kegiatan pelaksanaan PLT dibagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu: 1)Perencanaan Pembelajaran, 2) Pelaksanaan Pembelajaran, dan 3) Evaluasi Pembelajaran. Dalam perencanaan pembelajaran diantaranya persiapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Persiapan Jadwal Mengajar, Persiapan Modul ajar, Bahan Evaluasi dan Media Pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas yang dilakukan seminggu sekali sesuai jadwal merupakan implementasi dari perencanaan yang telah dibuat. Hal-hal yang diperhatikan seperti penguasaan materi bahan ajar, media pembelajaran yang dipakai yaitu model, penguasaan kelas, dan keteraturan dalam pelaksanaan praktikum yang memerlukan kedisiplinan dan profesionalitas. Evaluasi pembelajaran dalam pelaksanaannya melibatkan seluruh peserta didik untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dan keberhasilan dalam sistem pembelajaran. Hasil kegiatan PLT ini mahasiswa praktikan memperoleh pengalaman yang belum pernah diperoleh di perkuliahan, terutama dalam mengajar di kelas dan penguasaan kelas. Kegiatan PLT ini sangat bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam pengembangan bakat menjadi seorang jiwa pendidik, selain itu mahasiswa mendapat pengalaman langsung membuat RPP dan mengaplikasikannya di kelas yang diampu sehingga rangkaian kegiatan dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dilalui sebagai pengalaman yang berharga. Pada pelaksanaan PLT ini tidak terlepas dari hambatan-hambatan, namun hambatan tersebut dapat teratasi dengan manajemen yang baik

    On the Metric Dimension of Corona Product of Graphs

    Get PDF
    For an ordered set W = {w_1,w_2,...,w_k} of vertices and a vertex v in a connected graph G, the representation of v with respect to W is the ordered k-tuple r(v|W) = (d(v,w_1),d(v,w_2),...,d(v,w_k)) where d(x,y) represents the distance between the vertices x and y. The set W is called a resolving set for G if every vertex of G has a distinct representation. A resolving set containing a minimum number of vertices is called a basis for G. The metric dimension of G, denoted by dim(G), is the number of vertices in a basis of G. A graph G corona H, G ⊙ H, is de�fined as a graph which formed by taking n copies of graphs H_1,H_2,...,H_n of H and connecting i-th vertex of G to the vertices of H_i. In this paper, we determine the metric dimension of corona product graphs G⊙H, the lower bound of the metric dimension of K_1 +H and determine some exact values of the metric dimension of G⊙H for some particular graphs H

    The Metric Dimension of Amalgamation of Cycles

    Get PDF
    For an ordered set W = {w_1, w_2 , ..., w_k } of vertices and a vertex v in a connected graph G, the representation of v with respect to W is the ordered k-tuple r(v|W) = (d(v,w_1), d(v,w_2 ), ..., d (v,w_k )), where d(x,y) represents the distance between the vertices x and y. The set W is called a resolving set for G if every vertex of G has a distinct representation. A resolving set containing a minimum number of vertices is called a basis for G. The dimension of G, denoted by dim(G), is the number of vertices in a basis of G. Let {G_i} be a finite collection of graphs and each G_i has a fixed vertex voi called a terminal. The amalgamation Amal {Gi , v_{oi}} is formed by taking all of the G_i’s and identifying their terminals. In this paper, we determine the metric dimension of amalgamation of cycles

    STUDI LITERATUR : PENGERING JAGUNG DENGAN ELEMEN PEMANAS MENGGUNAKAN SENSOR DHT11 DAN SERSOR KADAR AIR BERBASIS ARDUINO UNO

    Get PDF
    Abstrak Pengeringan jagung ini dilakukan untuk meningkatkan daya simpan serta menambah nilai ekonomis dari jagung tersebut dan jagung yang di pakai ini sudah dipipil dengan menurunkan kadar air hingga mencapai maksimal 14% jika jagung itu dikatakan kering. Elemen pemanas disini sangat penting digunakan untuk mempercepat pengeringan semakin banyak elemen yang dipakai maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk proses pengeringan. Untuk mendeteksi suhu ruangan dan kelembapan dibutuhkan sensor DHT11 dan sensor kadar air untuk mengetahui kandungan air yang ada pada jagung tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi literatur dengan membandingkan hasil pengukuran sensor kadar air pada percobaan sesuai SNI. Hasil pengukuran kadar air terendah menggunakan metode ventilator yang memiliki kadar air sebesar 11,41 % dengan waktu singkat yaitu sebanyak 3,7 menit saja dan jagung sebanyak 3 kg. Sedangkan untuk pengukuran kadar air tertinggi menggunakan Tray kerosin dan kayu bakar dengan kadar air sebesar 16,5% dengan waktu yang lama sebesar 360 dan 300 menit dengan jagung yang dikeringkan sebanyak 9 kg. Pengkajian penelitian nilai kadar air dengan nilai terendah pada pengujian dapat dijadikan acuan untuk merancang prototipe pengering jagung dengan elemen pemanas menggunakan sensor DHT11 dan sensor kadar air berbasis arduino uno. Kata Kunci : Sensor DHT11, Sensor Kadar Air, Elemen Pemanas

    ANALISIS DAN IDENTIFIKASI SISA MATERIAL KONTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR KELURAHAN GILINGAN

    Get PDF
    Sukho Baskoro, 2014, IDENTIFIKASI SISA MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR DAN RUMAH DINAS KELURAHAN GILINGAN, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sisa material konstruksi dapat dijadikan tolak ukur kesuksesan dari proyek konstruksi. Semakin sedikit sisa material konstruksi semakin bagus dalam proyek konstruksi tersebut. Menimbang performa kontraktor pelaksana pada proyek pembangunan gedung kantor kelurahan dalam melaksanakan proyek konstruksi perlu diadakan kajian tentang sisa material yang dihasilkan pada proyek pembangunan gedung kantor kelurahan. Langkah awal mengidentifikasi pengadaan material yang digunakan dalam proyek konstruksi menggunakan data sekunder yaitu laporan harian dan gambar rencana. Pengamatan dan wawancara langsung dengan pelaku di lapangan didapat data primer berupa overlap material yang terdapat di lapangan. Menggunakan bantuan metode hukum pareto didapat delapan jenis material yang kemudian diteliti sisa material dominan yang dihasilkan. Hasil kajian yang dilakukan menunjukkan bahwa dari delapan sisa material yang diteliti didapat sisa material bata merah paling dominan (21,84%) disusul keramik 40x40 (21,07%). Bata merah digunakan untuk bahan tambah material timbunan sedangkan keramik dibuang. Kata kunci: sisa material, proyek konstruksi, Pareto 80/20, bata merah

    Panduan stimulasi perkembangan sosial emosional anak usia dini melalui outdoor activities pada PAUD inklusif pedesaan : bermain musik

    Get PDF
    Musik adalah sumber yang sangat kaya untuk mengembangan kemampuan anak. Musik adalah bagian yang sangat alami dari permainan mereka dan menyediakan banyak interaksi positif dengan orang dewasa. Musik tidak memerlukan biaya serta teknologi yang mahal, instrumen yang paling berharga bagi pendidikan anak usia dini anak-anak adalah suara orang dewasa. Terdapat keterkaitan antara musik, emosi dan bahasa. Musik sebaiknya menjadi bagian yang integral di keseharian kelas anak-anak

    KARAKTRISTIK PERPINDAHAN PANAS DA PENURUNAN TEKANAN PIN FIN OBONG INOVATIF PADA TRAILING EDGE BLADE TURBIN GAS

    Get PDF
    This research evaluates a pin-fins cooling performance of gas turbine blade. The aim is to investigate computationally the heat transfer coefficient (HTC) and friction factor (f) along the cooling passage. By using k-epsilon turbulence model, numerical investigations were performed at two steps: first, to validate simulation results from an existing circular pin-fin cooling with staggered arrays against experimental measurement. Seven types structured mesh from coarse (Δy+ = 48.84) to fine (Δy+ = 1.21) were evaluated during this step; second, to understand the oblong pin-fins cooling performance on various angle orientation. Simulations were performed by keeping the same initials and boundary conditions as the experiment, and varying Reynolds number from 9,000 to 36,000. The result demonstrates that validation can be considered acceptable by developing mesh up to 1.6 million elements with fine resolution (Δy+ = 1.21). The expansion factor is a key important factor in order to control grid quality resolution near wall regions. CFD predicted HTC and pressure loss are in good agreement with available experimental data, even though it is found over-prediction data after the second pin-fin row in the HTC simulation. Investigation of three different oblong pin-fins cooling (GN1, GN2 and GN4) shows that the HTC of pin-fin GN2 is the greatest level compared to other configurations. The HTC of pin-fins surface increases moderately along the cooling passage due to the increase of flow turbulence that caused by contraction channel and increasing Reynolds number. In contrast, the friction factor decreases gradually along the cooling passage. The HTC of pin-fins GN2 is about twice the HTC of the baseline model (G2.5)

    Influence integrated science model and implamantation learning with the unity of science in basic biology course to increase critical thinking

    Get PDF
    This research purposed to investigate the effect of  integrated science model and its implementation in learning by Unity of Science in Basic Biology courses to improve students' critical thinking. This method research is a quasi-experimental with experimental design posttest only control group design. The population was all students of the first semester Biology, 2015/2016 academic year with consists  of  two classes.  Samples were taken with a simple random sampling technique. The data was collected using an open essay tests and observation of critical thinking skills. Data were analyzed with descriptive analysis and MANOVA test. The results showed as follows: (1) There are differences between the understanding of basic biology concepts students learn to use the integrated science model of with students who learn to use the direct teaching model (F = 7.783; p &lt;0.05), (2) there are differences in thinking skills critical significantly between students learning with integrated science model and its implementation in Unity of science learning with students who learn to use the direct teaching model (F = 11.11, p &lt;0.05)
    • …
    corecore