24,994 research outputs found

    Reviewers

    Get PDF
    Teaching/Communication/Extension/Profession,

    Pengaruh Orientasi Agregat Serat Bambu Terhadap Morfologi Dan Kuat Lentur Komposit Geopolimer Berbasis Metakaolin

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh orientasi agregat serat bambu terhadap morfologi dan kuat lentur komposit geopolimer berbasis metakaolin. Mineral metakaolin diperoleh melalui proses dehidroksilasi kaolin pada suhu 750oC selama 6 jam. Pasta geopolimer disintesis melalui metode aktivasi larutan alkali dan dicuring pada suhu 60oC selama 1 jam. Serat bambu diproduksi secara termo-mekanik dengan panjang sekitar 20,00 mm dan diameter 20 -100 ìm, digunakan sebagai agregat dengan susunan acak atau membanjar searah panjang sampel. Karakterisasi mikro bahan dasar dan material yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan scanning electron microscopy (SEM) yang dilengkapi dengan electron dispersive spectroscopy (EDS). Struktur kristal dan komposisi kimia bahan dasar dan sampel dikarakterisai dengan X-Ray Diffraction (XRD). Sifat termal serat bambu diukur dengan menggunakan differential scanning caloritmetry (DSC) 400 PerkinElmer. Hasil karakterisasi dengan SEM-EDS menunjukkan bahwa matriks geopolimer cukup homogen, namun ikatan antara matriks dengan agregat serat bambu tampak belum sempurna akibat kehadiran celah yang cukup besar pada daerah antar zona antara matriks dengan agregat serat bambu. Hasil karakterisasi dengan XRD memperlihatkan bahwa matriks komposit geopolimer yang dihasilkan bersifat amorf. Uji mekanik berupa three bending points flexural strength dilakukan terhadap 3 sampel untuk setiap jenis sampel memperlihatkan bahwa kehadiran agregat serat bambu, orientasi serat dan suhu curing sangat berpengaruh terhadap kuat lentur komposit geopolimer yang dihasilkan

    Seedling Recruitment in Steppe Communities

    Get PDF

    PENGARUH PENGGUNAAN BONGKAHAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN, MODULUS ELASTISITAS, DAN ABSORPSI BETON DENGAN FAS 0,3

    Get PDF
    Kebutuhan akan beton yang terus meningkat, mendorong para peneliti untuk menggunakan material bahan pengisi beton yang lebih ramah lingkungan. Salah satu material tersebut adalah limbah perkebunan kelapa sawit berupa bongkahan cangkang sawit (BCS). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mencari material alternatif agregat kasar sebagai bahan penyusun beton. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh penggunaan BCS sebagai substitusi agregat kasar dengan persentase 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% terhadap kuat tekan, daktilitas, pola retak, nilai modulus elastisitas, dan absorpsi, dimana beton normal (persentase BCS 0%) sebagai pembanding. BCS yang digunakan yang telah ditumbuk dan lolos saringan 12 mm serta tertahan saringan 2,38 mm. Bahan tambah yang digunakan Superplasticizer (Sika Viscocrete-10). Benda uji yang dibuat berupa silinder dengan diameter 15 cm x tinggi 30 cm untuk kuat tekan dan modulus elastisitas, sedangkan absorpsi berupa kubus dengan ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. Dengan masing-masing variasi persentase BCS sebanyak 3 benda uji pada setiap pengujian. Hasil pengujian kuat tekan, menunjukkan peningkatan pada persentase BCS 40% diumur 28 hari sebesar 3,83% dari beton normal. Sedangkan hasil pengujian modulus elastisitas, mengalami penurunan dibandingkan beton normal. nilai modulus elastisitas untuk substitusi BCS terbesar ada pada persentase BCS 40% sebesar 41733,179 MPa. Hasil pengujian absorpsi untuk substitusi BCS yang terbaik diperoleh pada persentase BCS 40% sebesar 3,18%. Nilai deformasi beton dan energi kehancuran juga diperoleh nilai maksimum pada persentase 40% sebesar 0,0031 dan 0,07449 N/mm. Pada pengamatan pola retak keseluruhan benda uji diklasifikasikan kedalam jenis pola retak cone and shear, kecuali benda uji pada persentase 20% yang diklasifikasikan kedalam jenis pola retak columnar

    Lieutenant Governor Murray's Public Schedule

    Get PDF
    Terahertz (THz) thin-film total internal reflection (TF-TIR) spectroscopy is shown to have an enhanced sensitivity to the vibrational properties of thin films in comparison with standard THz transmission spectroscopy. This increased sensitivity was used to track photoinduced modifications to the structure of thin films of methylammonium (MA) lead halide, MAPbI3–xBrx (x = 0, 0.5, 1, and 3). Initially, illumination strengthened the phonon modes around 2 THz, associated with Pb–I stretch modes coupled to the MA ions, whereas the 1 THz twist modes of the inorganic octahedra did not alter in strength. Under longer term illumination, the 1 THz phonon modes of encapsulated films slowly reduced in strength, whereas in films exposed to moisture and oxygen, these phonons weaken more rapidly and blue-shift in frequency. The rapid monitoring of environmentally induced changes to the vibrational modes afforded by TF-TIR spectroscopy offers applications in the characterization and quality control of the perovskite thin-film solar cells and other thin-film semiconductors
    corecore