10 research outputs found
PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR
Tali pusat adalah jaringan unik yang terdiri dari atas dua arteri dan satu vena yang dilindungi oleh jaringan ikat mukoid yang diselubungi oleh selapis membran mukosa tipis. Selama kehamilan plasenta menyediakan semua zat gizi untuk pertumbuhan janin dan mengeluarkan produk sisa secara bersamaan lewat tali pusat. Perawatan tali pusat yaitu memberikan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sampai tali pusat mengering dan lepas dengan spontan Tujuan dari Pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan derajat pengetahuan masyarakat tertutama ibu postpartum tentang perawatan tali pusat dan mensosialisasikan keberadaan STIKES Mitra Adiguna Palembang Prodi DIII Kebidanan di lingkungan sekitar. Metode yang digunakan untuk dapat mencapai target dari kegiatan ini adalah dengan cara pendekatan dan penyuluhan serta pemberian konseling bagi ibu postpartum. Dengan demikian masyarakat yang dalam hal ini adalah ibu postpartum akan mendapatkan pelayanan melalui berbagai rangkaian kegiatan yang menunjang peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan masyarakat tentunya. Luaran akhir dari kegiatan ini adalah setiap ibu postpartum mampu memahami dan mengaplikasikan perawatan tali pusat sehingga dapat memberikan pemantauan terhadap bayi baru lahir karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan bayi baru lahir mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi pada bayi seperti tetanus neonatoru
PENYULUHAN SENAM HAMIL
Pengabdian ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada ibu hamil trimester III mengenai manfaat senam hamil untuk mengurangi stress menghadapi persalinan. Puskesmas Multiwahana Palembang dan bekerjasama dengan pelasakana menyenggarakan kegiatan kelas ibu hamil untuk memberikan edukasi kepada ibu hamil. Metode yang dilakukan dalam pengabdian ini yaitu dengan memberikan penyuluhan secara langsung agar ibu hamil dapat mempraktekkan secara langsung, sehingga apabila ada kendala dapat ditanggulangi secara langsung pada saat kelas ibu hamil. Peserta dalam program pengabdian ini adalah ibu–ibu hamil trimester III yang berada di sekitar daerah Puskesmas Multiwahana. Hasil kegiatan penyuluhan ini telah membantu ibu–ibu hamil mengelola tingkat stres saat menghadapi persalinan dengan dibantu video edukasi yang bisa diterapkan dirumah serta menambah wawasan tentang persiapan persalinan
PENYULUHAN PERAH ASI DAN POSISI MENYUSUI PADA IBU NIFAS
Penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada ibu nifas tentang perah ASI dan posisi menyusui pada ibu nifas di BPM Misni Herawati Palembang . Pentingnya pengetahuan perah ASI dan posisi menyusui bagi ibu setelah melahirkan untuk mencegah terjadinya bendungan ASI. Kurangnya pengetahuan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya bendungan ASI pada masa nifas. Perah ASI dilakukan untuk membantu ibu dalam keberhasilan ASI eksklusif. Posisi menyusui tidak benar dapat menyebabkan bendungan ASI dan menjadikan ibu enggan menyusui bayinya. Banyak para ibu yang tidak mengetahui teknik menyusui yang benar mengalami masalah terutama lecet pada puting, ASI tidak lancar keluar, bayi tidak mau menyusui, sehingga para ibu mengalami kesulitan. Penyuluhan ini menggunakan bahasa yang mudah di mengerti dan dipahami dalam penyampaian materi dan pesan mengenai perawatan payudara. Media yang digunakan yaitu video tentang perah ASI dan teknik menyusui yang benar. Kesimpulan dalam kegiatan ini tentang penyuluhan perah ASI dan posisi menyusui pada ibu nifas di BPM Misni Herawati Palembang berhubungan dengan pembengkakan payudara yang dapat menyebabkan terjadinya bendungan ASI
POLA KEPEKAAN ANTIBIOTIK PADA BAKTERI RESISTEN KARBAPENEM DI RSUD DR SOETOMO SURABAYA
Resistensi terhadap antibiotika saat ini merupakan suatu masalah global
yang menjadi ancaman dalam dunia kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif yang dilaporkan terus
mangalami peningkatan. Karbapenem merupakan antibiotika golongan beta laktam
yang memiliki spektrum luas. Resisten terhadap karbapenem telah meluas,
sehingga rumah sakit harus ikut serta dalam pengendalian infeksi yang baik untuk
mengontrol penyebaran bakteri tersebut.
Tujuan Penelitian: untuk mengidentifikasi pola kelompok bakteri, pola uji
kepekaan antibiotika dan diagnosis infeksi yang disebabkan oleh kelompok bakteri
resisten karbapenem di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Metode Penelitian: Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian
deskriptif terhadap data sekunder yang dilaksanakan di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya selama 2 bulan (April-Juni 2018) terhadap bakteri yang resisten terhadap
karbapenem.
Hasil Penelitian: Terdapat 586 pasien dengan berbagai spesimen
pemeriksaan hasil kultur, yang diperoleh dari spesimen darah 72 isolat (12,3%),
spesimen sputum 232 isolat (39,6%), spesimen pus 93 isolat (15,3%) , spesimen
jaringan 12 isolat (2 %) , spesimen tip 5 isolat (0,9 %) , spesimen urine 105 isolat
(17,9%) , spesimen cerobrospinal fluid (CSF) 17 isolat (2,9 %), spesimen swab
aerob 49 isolat (8,4 %), dan spesimen liquor abdomen 1 isolat (0,2%). Sebanyak
59,7% spesimen berasal dari laki-laki dan 40,3% perempuan. Pasien terbanyak
berasal dari pelayanan medik (43,5%). Ruang perawatan terbanyak adalah ICU
(9,2%). Bakteri terbanyak adalah Acinetobacter baumannii (35,7%), Pseudomonas
areuginosa (18,6%), Escherichia coli (13%), Klebsiella pneumoniae (12,6%), dan
Enterobacter cloacae (4,3%). Hasil uji kepekaan menunjukan sefoperazonesulbaktam
dan amikasin dapat dianjurkan pada bakteri gram negatif resisten
karbapenem. Diagnosis terbanyak adalah Pneumonia (17,7%).
Kesimpulan: Acinetobacter baumanni merupakan isolat terbanyak, dan
sefoperazone-sulbaktam dan amikasin dapat dianjurkan pada bakteri gram negatif
resisten karbapenem
Pemilihan Metode Akuntansi R&D dan Penghematan Pajak: Studi Empiris di Indonesia pada Era Covid-19 Era Vuca
This study examines the accounting method of expenditures for research and development by companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). This study uses the periode before and during the Covid-19 pandemic. This study uses Positive Accounting Theory and Contingency Theory as the basis for developing hypotheses with a sample of 168 obtained from 56 companies in Indonesia as one of the countries adopting International Financial Reporting Standards (IFRS) with a research period of 2018-2020. This study uses a regression test with research result showing that in the conditions of the Covid-19 pandemic with high uncertainty and limited information, the intensity of companies to capitalize on research and development expenditures is smaller than before the Covid-19 pandemic. This study provides an overview for companies in making decisions regarding the accounting treatment of expenditures for research and development, especially in conditions of uncertainty and limited information
Usulan Solusi Mengatasi Maraknya Penggunaan Softwafie Ilegal dalam Sistem Informasi Berbasis Komputer di Indonesia
Software piracy, otherwise known as copyright infringement, is one of several forbidden actions that may threat to the technological advances. This can be done by copying, downloading, sharing, selling, or installing multiple copies onto personal or work computers. The most important cause is habitual society using commercial .software even though their purchasing powers are low. This paper describes some solutions to keep level of software piracy down and which parties required to successfully implement those solutions
USULAN SOLUSI MENGATASI MARAKNYA PENGGUNAAN SOFTWAFIE ILEGAL DALAM SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER DI INDONESIA
Software piracy, otherwise known as copyright infringement, is one of several forbidden actions that may threat to the technological advances. This can be done by copying, downloading, sharing, selling, or installing multiple copies onto personal or work computers. The most important cause is habitual society using commercial .software even though their purchasing powers are low. This paper describes some solutions to keep level of software piracy down and which parties required to successfully implement those solutions
SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS MODIFIED HODGE TEST DALAM DETEKSI CARBAPENEMASE-PRODUCING ENTEROBACTERIACEAE DARI ISOLAT URIN DI RSUD DR SOETOMO SURABAYA
Resistensi antibiotik yang terjadi pada kelompok Enterobacteriaceae menjadi salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh dunia. Mikroorganisme ini
berkaitan dengan lama perawatan, biaya rumah sakit, mortalitas dan morbiditas. Hal
yang paling mengkhawatirkan adalah munculnya resistensi yang terkait dengan
penghasil carbapenem-hydrolysing beta-lactamase. Karbapenem dianggap sebagai
terapi efektif pada lini terakhir yang tersedia untuk terapi pada infeksi berat. Adanya
resistensi terhadap agen ini dapat mengurangi pilihan terapi klinik dan kegagalan suatu
terapi menjadi semakin sering terjadi. Pengenalan yang tepat dari penghasil
karbapenemase di laboratorium mikrobiologi klinik merupakan pusat dalam
mengontrol penyebaran dari organisme ini dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Pada tahun 2009, Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) menyarankan
evaluasi fenotipik adanya karbapenemase pada Enterobacteriaceae dengan kenaikan
MIC pada satu atau lebih karbapenem dengan menggunakan Modified Hodge Test
(MHT). MHT telah menjadi suatu alat yang berguna untuk deteksi produksi
karbapenemase pada Enterobacteriaceae
Tujuan Penelitian: untuk menganalisis sensitivitas dan spesifisitas uji
Modified Hodge Test (MHT) dalam deteksi carbapenemase-producing
Enterobacteriaceae (CPE) dari isolate urin di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah studi analitik observasional
dengan pendekatan cross sectional menggunakan uji diagnostik laboratorium untuk
melihat perbandingan konfirmasi carbapenemase-producing
Enterobacteriaceae (CPE) antara pemeriksaan Modified Hodge Test (MHT) dengan
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Hasil Penelitian: Jumlah total isolat yang masuk dalam kriteria inklusi adalah
43 isolat. Dari total 43 isolat resisten karbapenem, pada pemeriksaan PCR terhadap
enam gen target terdapat 33 isolat sebagai penghasil satu atau lebih gen
karbapenemase, sementara 10 lainnya tidak terdeteksi adanya gen karbapenemase.
Pada uji MHT didapatkan hasil yaitu 12 isolat (27,9%) yang memberikan hasil positif
untuk MHT dan 31 isolat (72,1%) memberikan hasil negatif. MHT dapat mendeteksi
karbapenemase gen OXA dengan baik namun kurang dalam deteksi class B. MHT
gagal mendeteksi gen GES. Sensitivitas MHT dalam deteksi CPE adalah 36,36% dan
spesifisitas MHT adalah 100%
Kesimpulan: MHT memiliki sensitivitas yang rendah namun memiliki
spesifisitas yang tinggi dalam deteksi CPE.
Kata kunci : CPE, karbapenamse, Modified Hodge Test, sensitivitas dan spesifisita
Global variation in postoperative mortality and complications after cancer surgery: a multicentre, prospective cohort study in 82 countries
© 2021 The Author(s). Published by Elsevier Ltd. This is an Open Access article under the CC BY-NC-ND 4.0 licenseBackground: 80% of individuals with cancer will require a surgical procedure, yet little comparative data exist on early outcomes in low-income and middle-income countries (LMICs). We compared postoperative outcomes in breast, colorectal, and gastric cancer surgery in hospitals worldwide, focusing on the effect of disease stage and complications on postoperative mortality. Methods: This was a multicentre, international prospective cohort study of consecutive adult patients undergoing surgery for primary breast, colorectal, or gastric cancer requiring a skin incision done under general or neuraxial anaesthesia. The primary outcome was death or major complication within 30 days of surgery. Multilevel logistic regression determined relationships within three-level nested models of patients within hospitals and countries. Hospital-level infrastructure effects were explored with three-way mediation analyses. This study was registered with ClinicalTrials.gov, NCT03471494. Findings: Between April 1, 2018, and Jan 31, 2019, we enrolled 15 958 patients from 428 hospitals in 82 countries (high income 9106 patients, 31 countries; upper-middle income 2721 patients, 23 countries; or lower-middle income 4131 patients, 28 countries). Patients in LMICs presented with more advanced disease compared with patients in high-income countries. 30-day mortality was higher for gastric cancer in low-income or lower-middle-income countries (adjusted odds ratio 3·72, 95% CI 1·70–8·16) and for colorectal cancer in low-income or lower-middle-income countries (4·59, 2·39–8·80) and upper-middle-income countries (2·06, 1·11–3·83). No difference in 30-day mortality was seen in breast cancer. The proportion of patients who died after a major complication was greatest in low-income or lower-middle-income countries (6·15, 3·26–11·59) and upper-middle-income countries (3·89, 2·08–7·29). Postoperative death after complications was partly explained by patient factors (60%) and partly by hospital or country (40%). The absence of consistently available postoperative care facilities was associated with seven to 10 more deaths per 100 major complications in LMICs. Cancer stage alone explained little of the early variation in mortality or postoperative complications. Interpretation: Higher levels of mortality after cancer surgery in LMICs was not fully explained by later presentation of disease. The capacity to rescue patients from surgical complications is a tangible opportunity for meaningful intervention. Early death after cancer surgery might be reduced by policies focusing on strengthening perioperative care systems to detect and intervene in common complications. Funding: National Institute for Health Research Global Health Research Unit
Effects of hospital facilities on patient outcomes after cancer surgery: an international, prospective, observational study
© 2022 The Author(s). Published by Elsevier Ltd. This is an Open Access article under the CC BY 4.0 licenseBackground: Early death after cancer surgery is higher in low-income and middle-income countries (LMICs) compared with in high-income countries, yet the impact of facility characteristics on early postoperative outcomes is unknown. The aim of this study was to examine the association between hospital infrastructure, resource availability, and processes on early outcomes after cancer surgery worldwide. Methods: A multimethods analysis was performed as part of the GlobalSurg 3 study—a multicentre, international, prospective cohort study of patients who had surgery for breast, colorectal, or gastric cancer. The primary outcomes were 30-day mortality and 30-day major complication rates. Potentially beneficial hospital facilities were identified by variable selection to select those associated with 30-day mortality. Adjusted outcomes were determined using generalised estimating equations to account for patient characteristics and country-income group, with population stratification by hospital. Findings: Between April 1, 2018, and April 23, 2019, facility-level data were collected for 9685 patients across 238 hospitals in 66 countries (91 hospitals in 20 high-income countries; 57 hospitals in 19 upper-middle-income countries; and 90 hospitals in 27 low-income to lower-middle-income countries). The availability of five hospital facilities was inversely associated with mortality: ultrasound, CT scanner, critical care unit, opioid analgesia, and oncologist. After adjustment for case-mix and country income group, hospitals with three or fewer of these facilities (62 hospitals, 1294 patients) had higher mortality compared with those with four or five (adjusted odds ratio [OR] 3·85 [95% CI 2·58–5·75]; p<0·0001), with excess mortality predominantly explained by a limited capacity to rescue following the development of major complications (63·0% vs 82·7%; OR 0·35 [0·23–0·53]; p<0·0001). Across LMICs, improvements in hospital facilities would prevent one to three deaths for every 100 patients undergoing surgery for cancer. Interpretation: Hospitals with higher levels of infrastructure and resources have better outcomes after cancer surgery, independent of country income. Without urgent strengthening of hospital infrastructure and resources, the reductions in cancer-associated mortality associated with improved access will not be realised. Funding: National Institute for Health and Care Research