51 research outputs found

    ANALISIS PERTANYAAN YANG DIKEMBANGKAN DALAM LEMBAR KERJA SISWA

    Get PDF
    Skripsi yang berjudul “Analisis Pertanyaan yang Dikembangkan dalam Lembar Kerja Siswa” ini dilatarbelakangi oleh pentingnya penggunaan pertanyaan dalam lembar kerja siswa (LKS) yang digunakan sebagai petunjuk kegiatan laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai jenis pertanyaan yang dikembangkan dalam LKS. Subjek penelitian ini adalah LKS yang digunakan di SMA kelas X semester dua tahun ajaran 2007/2008. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan instrumen penelitian berupa penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar standar isi KTSP dan daftar cek (cheklist) jenis pertanyaan. Data penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang tertulis dalam LKS sebanyak 70 pertanyaan. Jenis pertanyaan dianalisis berdasarkan dimensi pengetahuan taksonomi Bloom, dimensi proses kognitif taksonomi Bloom, produktif dan tidak produktif, serta keterampilan proses sains. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data terungkap bahwa LKS mengembangkan jenis pertanyaan yang berbeda-beda. Berdasarkan dimensi pengetahuan taksonomi Bloom, LKS mengembangkan jenis pertanyaan pengetahuan faktual (25,71%), pertanyaan pengetahuan konseptual (64,29%), pertanyaan pengetahuan prosedural (8,57%), dan pertanyaan pengetahuan metakognitif (1,43%). Berdasarkan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom, LKS mengembangkan jenis pertanyaan yang bersifat mengingat (24,28%), pertanyaan yang bersifat memahami (22,86%), dan pertanyaan yang bersifat menganalisis (52,86%). Pertanyaan yang bersifat mengaplikasikan (C3), mengevaluasi (C5), dan membuat (C6) tidak dikembangkan oleh LKS. Berdasarkan produktif dan tidak produkif, LKS mengembangkan jenis pertanyaan produktif sebesar 55,71%, yang terdiri dari produktif melakukan kegiatan (15,71%), produktif membandingkan objek (8,57%), dan produktif memecahkan masalah (8,57%), dan 44,29% merupakan pertanyaan tidak produktif. Berdasarkan KPS, LKS mengembangkan jenis pertanyaan yang mengarah pada KPS sebesar 55,71% yang terdiri dari pertanyaan KPS observasi (21,43%), KPS interpretasi (4,29%), KPS klasifikasi (7,14%), KPS aplikasi (7,14%), dan KPS berkomunikasi (14,28%), dan sebesar 44,29% merupakan pertanyaan yang tidak mengarah pada KPS. Berdasarkan hasil analisis tersebut, terungkap bahwa LKS masih belum sepenuhnya mengembangkan KPS yang diharapkan muncul oleh kurikulum melalui pertanyaan

    Pengaruh komitmen organisasi dan kepuasan kerja karyawan terhadap niat untuk keluar (Turnover Intention) karyawan PT. Muawanah Al-Ma’soem Bandung

    Get PDF
    Niat untuk keluar (turnover intention) merupakan sinyal awal terjadinya turnover karyawan di dalam perusahaan. Dengan tingkat turnover yang tinggi akan berdampak negatif bagi organisasi karena menciptakan ketidakstabilan terhadap kondisi tenaga kerja, menurunnya produktifitas karyawan, suasana kerja yang tidak kondusif dan juga berdampak pada meningkatnya biaya sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komitmen organisasi yang mencakup (komitmen afektif, komitmen kontinuans dan komitmen normatif) dan kepuasan kerja terhadap niat untuk keluar (turnover intention) baik secara parsial atau secara simultan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Muawanah Al-Ma’soem Bandung yang berjumlah 98 orang. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 79 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan data yang telah terkumpul kemudian diuji validitasnya dengan korelasi Pearson product moment dan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa komitmen organisasi yang mencakup (komitmen afektif, komitmen kontinuans dan komitmen normatif) dan kepuasan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap niat untuk keluar (turnover intention) terbukti melalui pengujian yang menghasilkan nilai Fhitung = 13,931. Komitmen afektif berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk keluar (turnover intention) terbukti melalui pengujian yang menghasilkan nilai thitung = -2,925. Komitmen kontinuans tidak berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk keluar (turnover intention) terbukti melalui pengujian yang menghasilkan nilai thitung = 1,172. Komitmen normatif berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk keluar (turnover intention) terbukti melalui pengujian yang menghasilkan nilai thitung = -2,178 serta kepuasan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap niat untuk keluar (turnover intention) terbukti melalui pengujian yang menghasilkan nilai thitung = -0,864. Berdasarkan koefisien determinasi didapatkan nilai sebesar 0,430. Hal ini menunjukkan bahwa niat untuk keluar (turnover intention) dipengaruhi oleh komitmen afektif, komitmen kontinuans, komitmen normatif dan kepuasan kerja sebesar 43% sedangkan 57% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini

    Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kinerja Guru

    Get PDF
    This study aims to answer problems related to the efforts of madrasah heads in improving teacher performance. This research uses a qualitative approach with a descriptive type of research. Data collection techniques: Observation, interviews and documentation. Data analysis techniques: data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Research Results: The efforts of the head of madasah in improving teacher performance in Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Hijriyah Prabumulih city are carried out through attendance, motivating teachers to always maintain sincerity in teaching, giving awards, restoring the spirit of teachers through madrasah family gatherings at the home of teachers / employees, holding study tours at the end of the year, holding iftar together every month romadhon, improving the knowledge of teachers by sending teachers to follow Training training, which is held in the city and in the province, sends teachers to participate in the Subject Teacher Deliberation (MGMP) throughout the city of Prabumulih or in Madrasah. The teacher's performance is already good. In conclusion, the madrasa head's efforts to improve teacher performance have been quite good Keywords: Head of Madrasah, Teacher Performance

    THEEFFECTOF PROCESS CONDITIONSINPREPARATIONOF VEGETABLE BROTHAS SAVORYFLAVORFROMMUNGBEANS (Phaseolus radiatus L.) USINGINOCULUMOF Rhizopus-C1

    Get PDF
    ABSTRACT Preparation of vegetable broth from mung beans (Phaseolus radiatus L.) in semi pilot scale is an attempt development to get product of savory flavor in larger scale. The aim of this activity was to find out the effect of process multiplication on composition of vegetable broth from mung beans using inoculum of Rhizopus-C1through brine fermentation in mixtures of inoculum,salt, and mung beans of 26, 23, and 51 %. This activity was conducted in both temperature of fermentation (room temperatureand 30°C), various time of fermentation (0, 2, 4, 6, 8, 10, and 12 weeks) and process scales, namely laboratory scale (300 g) and semi pilot scale (:t 25 kg), respectively. The result of experiment indicated that fermentation temperature and time and process scales were tend to affect on composition of product. The length of fermentationtime would increase concentrationsof dissolved protein, N-amino and reducing sugar, decreased concentrationsof fat and VolatileReduction Substance (VRS), while concef!trations of total protein, and water were tend to be constant in laboratory and semi pilot scales at the both process temperatures. Multiplication in preparation process of inoculum (7 kg) using starter of Rhizopus-C1resulted inoculum with activities of proteolytic of O.71 U/g, and amilolytic of 17.5 U/g at 56 h of incubation. The whole process in semi pilot scale decreased composition of products. The optimal treatment based on recovery of total protein, and the highest amino acids as N-amino in semi pilot scale was at fermentation temperature of 30°C for 10 weeks with concentrations of water of 44.96%, total protein of 11.77% (dry matter), dissolved protein of 8 mg/mL, N-amino of 15.4mgimL, reducing sugar of 582.5 mg/mL,fat of 0.26% and, VRSof90 J.leq.reduction/g. Keywords: Brine fermentation, vegetable broth, mung beans (Phaseolus radiatus L.), Rhizopus-C1, semi pilot

    Membrane Performance of Micro and Ultrafiltration on Folic Acid Separation from Dent Corn (Zea mays var. indentata) Hydrolyzed by Rhizopus oligosporus-C1

    Get PDF
    Performance of microfiltration (MF) and ultrafiltration (UF) membranes to separate of folic acid from corn (Zea mays var. indentata) hydrolysate equipped in stirred filtration cell (SFC) mode were performed as a reference guide toward semi pilot scale. Separation on hydrolysate suspension of yellow dent corn (HSYCD) and hydrolysate suspension of white dent corn (HSWCD) as a results of hydrolysis of protease enzyme of Rhizopus oligosporus strain-C1 0.025 % and 0.075 % (w/w, dissolved protein) at pH 5 and 30 °C for 24 hours was conducted by MF (0.45 ”m) and UF (100000 MWCO) membranes at stirrer rotation speed 400 rpm and trans-membrane pressure (TMP) of 20, 30 and 40 psia for 30 minutes. The experimental result showed that based on optimization of fluxes, the best performances of MF and UF membranes on HSYDC and HSWDC were achieved at TMP 40 psia and gave fluxes of 0.0534 and 0.0508 mL/cm2.min., respectively. In these process conditions, it take place an increase of folic acid in concentrates of HSYDC and HSWDC compared with before process (feed). Identification of molecular weight (MW) on folic acid from HSYDC and HSWDC displayed dominant folic acid monomer at T2.7, and T2.4 and T2.89. This matter showed that commodity of yellow dent corn has more potential use as source of folic acid compared with white dent corn at both similar condition of hydrolysis and separation and/or purification processes

    Fermentation of Spinach (Amaranthus spp) and Broccoli (Brassica oleracea L.) Using Kombucha Culture as Natural Source of Folic Acid for Functional Food

    Get PDF
    The importance of folate (folic acid, B9 vitamin, pteroyl-L-glutamic acid) in human diet for the prevention of neural tube defects during pregnancy is widely known. Green vegetables are known to be a potential source of natural occurring folic acid instead of legumes and grains. The fermentation process using a mixed culture of kombucha is an alternative of natural folic acid production from green vegetables. Broccoli and spinach was selected based on its folic acid content compared to other vegetables. This research was conducted by the extraction of broccoli and spinach at 80 °C with a ratio of vegetable and water of 1:4. The inoculum was obtained by inoculating kombucha culture on vegetable extracts for 7 days at room temperature. The vegetable extracts were then fermented using inoculum with concentration of 15, 25 and 35% (v/w of polyphenol of vegetable extracts) for 0, 3, 6, 9, 12 and 15 days at room temperature. The analysis were performed on total solids, polyphenol, dissolved protein, reducing sugars, amylase and protease activities, total acid, total plate counts and folic acid contents. This study showed that the type of vegetables, inoculum concentration and fermentation time affect the chemical composition of fermented vegetables. Fermented broccoli and spinach with inoculum concentration of 15% had the highest yield of folic acid of 69,52 ”g/mL and 62,05 ”g/mL after 6 days and 3 days of fermentation time, respectively. Identification of folic acid in fermented vegetable extracts at optimum condition by LC-MS were carried out with the relative intensity for fermented spinach and broccoli were 0,48% and 0,56%, respectively, with a molecular weight of 459 m/z are identified as 5-methyl tetrahydrofolate

    PENGARUH KECEPATAN PUTAR DAN JENIS GEL SORGUM (Sorghum Bicolor L. Moench) DALAM PEMEKATAN PATI RESISTEN MELALUI SEL ULTRAFILTRASI BERPENGADUK UNTUK ANTI KOLESTEROL

    Get PDF
    Abstrak Pemekatan serat makanan (Dietary Fiber) dari sorgum Sorgum bicolor L. Moench) yang diperoleh dari ekstraksi secara kimia (gelatinisasi) melalui ultrafiltrasi ((UF) sel berpengaduk dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kecepatan putar pengaduk pada gel sorgum dari proses gelatinisasi dengan pH yang semakin meningkat terhadap komposisi konsentrat gel sorgum terutama SDF (Solouble Dietary Fiber) yang berfungsi sebagai pati resistan atau pati tak tercernakkan untuk anti kolesterol. Pemekatan dilakukan pada gel sorgum dari proses gelatinisasi dengan pH 10, 11, 12, 13 dan 14 menggunakan membran UF 30000 MWCO pada kecepatan putar 200, 300 dan 400 rpm dengan tekanan proses 30 selama 30 menit pada suhu ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan putar pengaduk akan meningkatkan komposisi retentat pada tingkat alkalinitas gel yang semakin rendah. Kondisi proses optimal berdasarkan SDF tertinggi dicapai pada kecepatan putar 400 rpm selama 30 menit  pada gel dari proses gelatinisasi pada pH 10 dengan menghasilkan konsentrat sebagai pati tidak tercernakkan (resistance starch) dengan konsentrasi SDF, Tannin, Total Padatan, Serat kasar berturut-turut sebesar 5,62 % (b.k),  0,36% (b.k) , 0,79%, 1,19% dan IDF sebesar 2,635% (by difference).  Pada kondisi optimal ini dihasilkan perolehan kembali SDF sebesar 60,08% dari TDF sebesar 8,255% pada konsentrasi 30% pati kering whole grain atau rendemen sebesar 27,52% dari whole grain sorgum berdasarkan 100% pati kering. Kata kunci : sorgum, gelatinisasi, serat terlarut (SDF), kecepatan putar pengaduk, ultrafiltrasi. Abstract Dietary Fiber concentration from sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) extract by gelatinization process (chemical method) through Stirred Ultrafiltration (UF) Cell was aimed to find out effect of rotation speed of stirred cell on gelatinized sorghum gel. pH value becoming more and more high on composition of sorghum gel concentrate, especially Total Dietray Fiber (TDF) and Soluble Dietary Fiber (SDF) functioned as resistance starch for anti cholesterol. Concentrating of gelatinized sorghum gel with pH of 10, 11, 12, 13 and 14 utilized UF membrane of 30,000 MWCO at stirrer rotation speeds of 200, 300 and 400 rpm, room temperature and operation pressure of 30 psia for 30 minutes. The experiment result indicated that rotation speed of high stirrer cell would increase retentate composition at low gel alkalinity level. Based on the highest SDF, optimal process condition was reached at rotation speed of stirrer cell of 400 rpm for 30 minutes using gelatinized gel at pH of 10 produced retentate as resistance starch with concentrations of  SDF, Tannin, Total Solids, Crude Fibre of 5.62 % (dry weight), 0.36 % (dry weight), 0.79 %, 1.19 %, and IDF of 2.635 % (by difference). At this optimal process condition was resulted a recovery of SDF of 60.08 % and TDF of 8.255 % at dry starch concentration (whole grain) of 30 % or or rendement of 27.52 % from whole grain sorghum based on 100 % of dry starch. Key Words : Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench), dietary fiber (DF), gelatinization, soluble dietary fiber (SDF), ultrafiltration (UF)

    Kajian Isolat Bakteri Asam Laktat dalam Menurunkan Kolesterol secara In Vitro dengan Keberadaan Oligosakarida

    Get PDF
    Penelitian ini mengevaluasi lima isolat bakteri asam laktat (BAL) dari sumber yang berbeda, yaitu Lactobacillus fermentum S21209 dan Lactobacillus plantarum 1-S27202 dari tempe, Lactobacillus rhamnosus R23 dan Pediococcus pentosaceus 1-A38 dari ASI dan isolat komersial Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 dari percernaan manusia dalam kemampuannya menurunkan kolesterol secara in vitro dan kemampuannya memetabolisme senyawa oligosakarida prebiotik. Pengaruh senyawa oligosakarida terhadap kemampuan isolat BAL terpilih untuk menurunkan kolesterol juga dievaluasi. Pengujian dilakukan pada media berbasis MRS dengan atau tanpa oligosakarida terdiri dari galaktooligosakarida (GOS), fruktooligosakarida (FOS), inulin, hidrolisat inulin atau kombinasi oligosakarida sebagai prebiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua isolat mampu menurunkan kolesterol, dan penurunan kolesterol tertinggi ditunjukkan oleh isolat L. acidophilus FNCC0051 dan L. rhamnosus R23. Penurunan kolesterol diduga terjadi melalui dua cara yang berbeda. Mekanisme penurunan kolesterol oleh isolat P. pentosaceus 1-A38 melibatkan asimilasi kolesterol, sedangkan pada keempat isolat lainnya kemungkinan melibatkan pengikatan kolesterol pada permukaan sel. Selain itu, isolat BAL juga memiliki kemampuan yang berbeda dalam memanfaatkan oligosakarida prebiotik, terlihat pada penurunan total gula dalam medium. Metabolisme senyawa oligosakarida oleh L. acidophilus FNCC0051 dan L. rhamnosus R23 menghasilkan beberapa asam organik termasuk SCFA dengan proporsi terbesar asam laktat diikuti oleh asam asetat. Selain itu, proporsi asam propionat dan butirat dipengaruhi oleh jenis isolat dan sumber karbon. L. acidophilus FNCC 0051 mampu menurunkan kolesterol dalam media berbasis MRS dengan keberadaan oligosakarida baik tunggal maupun kombinasi sebagai sumber karbon dan melibatkan mekanisme baik asimilasi dan pengikatan kolesterol pada permukaan sel

    PENGAYAAN ASAM FOLAT PADA JUS PISANG FERMENTASI MENGGUNAKAN KULTUR BAKTERI ASAM LAKTAT (Folic Acid Enrichment of Fermented Banana Juice with Lactic Acid Bacteria)

    Get PDF
    Folic acid (Vitamin B9) involved in numerous metabolisms. Folate deficiency is responsible for some negative health problems. The fermentation of foodstuffs to produce rich content of folic acid beverages using lactic acid bacteria (LAB) is an effort to overcome the health issues. This study aimed to determine the effect of banana juice fermentation using LAB on the folic acid content of the banana juice. Banana juice was fermented for 48 hours at 37oC with monoculture of Lactobacillus plantarum and mixed LAB cultures of Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum, Bifidobacterium bifidum and Bifidobacterium breve. The changes of folic acid characteristics were observed every 8 hours during 0 – 48 hours of fermentation, as well as the change in pH, total acid, soluble protein, and reducing sugar. The identification of folic acid monomers was conducted at the most optimal condition of the fermentation by using LC-MS. The result showed fermentation affect the folic acid content, pH, total acid, reducing sugar and soluble protein of banana juice. During fermentation, pH of the sample decreased with the increasing of total acid. Reducing sugar and soluble protein content tended to fluctuate. Optimal condition for folic acid enhancement was obtained by 32 hours of fermentation with mixed LAB, in which it yielded folic acid 34.07 ÎŒg/mL, pH .,00, total acid 0.51%, reducing sugar 119.17 mg/L, dissolved protein 0.43 mg/mL. Folic acid identification on the optimal condition revealed that it was dominated by compound with a molecular weight of 441.49 Dalton.Keywords: banana, fermentation, folic acid, lactic acid bacteriaABSTRAKAsam folat (Vitamin B9) terlibat dalam berbagai metabolisme. Kekurangan folat bertanggung jawab atas beberapa masalah kesehatan. Fermentasi bahan pangan untuk menghasilkan minuman kaya asam folat menggunakan bakteri asam laktat (BAL) merupakan upaya untuk mengatasi masalah kesehatan akibat defisiensi folat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fermentasi jus pisang menggunakan BAL terhadap kandungan asam folat jus pisang. Jus pisang difermentasi selama 48 jam pada suhu 37oC dengan kultur tunggal Lactobacillus plantarum dan kultur campuran BAL yaitu Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum, Bifidobacterium bifidum dan Bifidobacterium breve. Perubahan karakteristik asam folat diamati setiap 8 jam selama 0-48 jam fermentasi. Selain itu, diamati pula perubahan pH, total asam, protein terlarut dan gula pereduksi. Identifikasi monomer asam folat dilakukan pada kondisi fermentasi paling optimum dengan menggunakan LC-MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fermentasi dapat mempengaruhi kandungan asam folat, pH, total asam, gula pereduksi dan protein terlarut dari jus pisang. Selama fermentasi, pH sampel menurun diikuti dengan peningkatan total asam. Nilai gula pereduksi dan protein terlarut cenderung berfluktuasi. Kondisi optimum peningkatan kandungan asam folat diperoleh pada fermentasi menggunakan mix kultur LAB selama 32 jam dengan kandungan asam folat 34,07 mg/mL, pH 4,00, total asam 0,51%, gula pereduksi 119,17 mg/L dan protein terlarut 0,43 mg/mL. Identifikasi monomer asam folat pada kondisi optimum fermentasi didominasi senyawa dengan berat molekul 442,49 Dalton (Da).Kata kunci: asam folat, bakteri asam laktat, fermentasi, pisan

    Mikrofiltrasi Isolat Tempe Kedelai (Glycine Soja L.) Dan Distribusi Partikelnya Sebagai Sumber Asam Folat (Soybean (Glycine Soja L.) Tempe Isolate Microfiltration and Its Particle Distribution as Folic Acid Source)

    Full text link
    Kedelai (Glycine soja L.) yang terfermentasi (tempe) oleh Rhizopus oligosporus-C1 berpotensi sebagai isolat protein sumber asam folat alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik partikel isolat protein dan komposisinya terutama asam folat dari bubur dan konsentrat bubur tempe. Penelitian dilakukan dengan melumatkan tempe pada rasio 1 bagian tempe dan 4 bagian air, filtrasi lolos 80 mesh dan pemurnian melalui sistem mikrofiltrasi (MF) sel berpengaduk. Perolehan bubur tempe dan konsentrat hasil MF selanjutnya dikeringkan dengan pengering vakum pada suhu 30°C dan tekanan absolut 22 cmHg selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelumatan dan filtrasi meningkatkan asam folat, protein terlarut dan N-amino serta menurunkan total solid bubur dan filtrat. Sistem MF mampu memperoleh kembali asam folat, protein terlarut, N-amino dan total solid dalam konsentrat berturut-turut 51,41%; 73%; 74,3% dan 34,26% dibandingkan konsentrasi komponen-komponen dalam retentat dan permeat. Proses pengeringan konsentrat hasil MF menghasilkan bubuk dengan ukuran partikel lebih kecil, warna lebih cerah dan tingkat kehalusan lebih merata dengan partikel berukuran Ø 0,4-100 ”m (50,2%) dan sisanya (49,8%) berupa partikel berukuran antara 100-1000 ”m dengan komposisi total padatan 95,12%, protein terlarut 0,75 mg/mL, N-amino 14,56 mg/mL dan asam folat 299,66 ”g/mL
    • 

    corecore