133 research outputs found

    Nilai-Nilai Patriotisme dan Nasioanlisme yang Terkandung dalam Pembelajaran IPS Materi Sejarah Perkembangan ISlam di Indonesia (Studi Kasus di kelas V SD Muhammadiyah Plosorejo)

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1)Materi pembelajaran sejarah perkembangan Islam di Indonesia kelas V SD Muhammadiyah Plosorejo Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar (2) Mengetahui cara guru menanamkan nilai patriotisme dan nasionalisme melalui materi sejarah perkembangan Islam di Indonesia, (3) Mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam menyampaikan nilai patriotisme dan nasionalisme yang terkandung dalam materi sejarah perkembangan Islam di Indonesia pada siswa kelas V SD Muhammadiyah Plosorejo kecamatan Kerjo dan upaya pemecahannya. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan studi kasus tunggal terpancang. Sumber data terdiri atas informan, tempat ( peristiwa) dan dokumen. Teknik atau metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Wawancara mendalam (In-depth Interviewing) dengan menggunakan pertanyaan yang bersifat ”open-ended”, (2) Observasi langsung yang dilakukan dengan observasi berperan pasif, (3) Studi dokumentasi. Informan dipilih secara purposif sesuai dengan permasalahan yang dikaji. Untuk menguji validitas data digunakan trianggulasi data, trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif yang meliputi tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, penarikan simpulan atau verifikasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Pembelajaran IPS kelas V SD Muhammadiyah Plosorejo tentang sejarah perkembangan Islam di Indonesia sesuai dengan KTSP yang meliputi proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia, (2) Nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme yang terkandung dalam pembelajaran IPS secara implisit meliputi: semangat kejuangan, kepahlawanan, kepeloporan, mempertahankan kedaulatan kerajaan, (3) Cara guru menyampaikan nilai patriotisme dan nasionalisme pada siswa (4) Kendala yang dialami guru kelas V SD Muhammadiyah Plosorejo dalam penyampaian materi tentang sejarah perkembangan Islam di Indonesi

    BIMBINGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURU-GURU SMP NEGERI 1 TULUNGAGUNG

    Get PDF
    Secara umum, hasil pelaksanaan pengabdian pada masyarakat ini adalah cukup baik dan reponsif, artinyaterdapat pemahaman para guru tentang profesinya, terutama dalam hal pemahaman penulisan/ pembuatan/pelaksanaan PTK. Para guru SMP Negeri 25 Purworejo sangat tertarik untuk meningkatkan profesinya. Pernyataan inididukung oleh antusiasnya para guru dalam mengikuti dan mengajukan pertanyaan selama pelaksanaan kegiatanpengabdian pada masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, para guru mempunyai kehendak untuk melakukanpenelitian dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Di samping itu, para guru sudah dapat memahamiPeraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentangPengembangan Keprofesian Berlanjut (PKB) sebagai bekal untuk meningkatkan diri. Dalam pelaksanaan kegiatanpengabdian pada masyarakat ini tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung dan penghambat keterlaksanaan kegiatan.Faktor yang mendukung keterlaksanaan kegiatan ini adalah semangat para guru yang sangat tinggi dalam mengikutikegiatan dan juga semangat pengabdian tim dalam memberikan materi pelatihan. Terlepas dari faktor pendukungtersebut, terdapat faktor penghambat yang dapat dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian padamasyarakat di periode yang akan datang yaitu faktor waktu yang sangat terbatas.kendala ini dapat diatasi denganpenggunaan alokasi waktu yang efisien dan efektif.Kata Kunci: Penelitian Tindakan kela

    Student Centered Learning in English Study

    Get PDF
    A highlight of the Indonesian National Curriculum 2014 is the proposed shift in emphasis in teaching methods to a Student Centered Learning SCL of communicative approach. It has major pedagogical benefits, which are particularly relevant to language learning. This is to identify and to know how the responsibility of SCL puts on learners, for their own learning by using variety of English language actively as medium of instruction during class. It involves students in more decision-making processes, and learn English by doing rather than just by listening and performing meaningless tasks which are often not in context, and therefore unreal to them. They are 90% doing participating and the real thing while students practicing English for real-world skills. Learning becomes more active and memorable: because it is personalized, relevant to the students own lives and experiences, it brings English use alive, and makes it relevant to the real world. The more actively involved students are in their own learning, the more they are likely to remember what they learn. By using communicative activity, English again becomes more real and part of the students lives

    The Effect of Steaming and Length of Storage on Physical Characteristics of Turtle Dove Feed

    Full text link
    The purpose of research was to investigate the influence of steamed preconditioning the pellet on water content, water activity (Aw), physical appearance and pellet fineness. The experiment was carried out in 2 x 3 factorial arrangement according to completely randomized design with 3 replications for each treatment combination. The factor A is the pellet-making process (steam/MBS and non steam/MBNS), while factor B is the length of storage (0, 2 and 4 weeks). The parameters observed were water content, water activity, physical appearance and pellet fineness. Data were analyzed by STASTS program version 2.6 and followed by Multiple Range Test if the treatments were significant. The results showed that treatment with MBS or MBNS and the length of storage did not affect physical appearance (colour, smell and taste) of the pellet. MBS treatment significantly reduced water contents of pellet compared with MBNS treatment (12.04 vs 11.45%) and significantly increased water activity (0.75 vs 0.80). The length of storage (0, 2 and 4 weeks) increased water content of pellet, i.e. 10.84, 12.02 and 12.47%, respectively. In conclusion, steamed preconditioning treatment (MBS) reduced water content and increased water activity of pellet, while the length of storage significantly increased water content and water activity but reduced pellet fineness

    ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

    Get PDF
    AbstrakPenelitian ini mengkaji nilai moral tokoh utama pada novel Bumi Manusia karya Pramodya Ananta Toer. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsikan wujud nilai moral tokoh utama dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, (2) untuk mendeskripsikan sikap tokoh utama dalam menghadapi persoalan hidup dalam novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh utama mempunyai moral baik diantaranya; 1) sebagai anak penurut, patuh, taat, sopan santun terhadap orang tua 2) sebagai istri yang lugu, taat, hormat, rajin, perhatian pada suami, 3) sebagai ibu, ia perhatian terhadap anaknya 4) terhadap Minke, ia selalu ramah, perhatian, terbuka, penuh kasih sayang, bijaksana, 5) terhadap pemerintah ia adalah orang yang punya kesadaran hukum tinggi. Moral buruk tokoh utama adalah; 1) sebagai anak yang tak peduli pada orang tua, pembenci, penguntuk, pendendam, 2) sebagai istri, ia tak hormat pada suami, emosional, tak mencintai suami, pengutuk, pendendam, 3) sebagai ibu, ia terhadap sulungnya bertentangan, tak peduli, pilih kasih, emosional, berprasangka buruk. Sedangkan terhadap bungsunya ia otoriter, secara tak sadar menjadikan pribadi keduanya, 4) terhadap Minke ia tak mau kalah, sok tahu, tak mau mendengarkan nasehat, 5) terhadap pemerintah ia pengkritik tajam, melawan hukum, dan mengacaukan persidangan, serta tidak menghormati aparat penegak hukum. Kata kunci: nilai moral, moral baik, moral buruk, nove

    PELATIHAN FILM PENDEK UNTUK SISWA SMA

    Get PDF
    Film pendek untuk siswa SMA adalah bentuk program pelatihan pembuatan karya seni film, dengan peserta siswa sekolah menengah atas. Film pendek adalah media audio-visual yang berdurasi kurang dari tiga puluh menit yang digunakan untuk mengekspresikan sebuah gagasan melalui media sinema. Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan rangsangan bagi siswa dalam memperkaya pengetahuan tentang jenis seni media rekam yang kini dikenal dengan istilah digital cinema. Pelatihan menggunakan metode workshop dengan praktek membuat film dari hasil pengembangan ide para siswa sendiri. Hasil yang diperoleh berupa sebuah film fiksi berdurasi 5 menit. Karya film disajikan dalam kesempatan pameran sekolah bersama karya-karya seni dari minat yang lain. Karya film juga dipersiapkan untuk mengikuti kompetisi film pendek antar sekolah menengah atas atau event kompetisi film lain untuk remaja. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa sebagai remaja, siswa SMA memiliki pemahaman dasar tentang teknik pembuatan film sehingga mampu mengaplikasikan teknik-teknik sinematik dalam pembuatan film untuk mendukung penceritaan atau naratif film

    Penambahan Aktivator Mol Bonggol Pisang dan EM 4 dalam Campuran Feses Sapi Potong dan Kulit Kopi terhadap Kualitas Kompos dan Hasil Panen Pertama Rumput Setaria (Setaria splendida Stapf)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan  kadar Nitrogen, Posfor, Kalium,  ratio C/N dan komposisi yang optimal dari penambahan aktivator MOL bonggol pisang dan EM4 hasil pengomposan. Kompos hasil penelitian diaplikasikan pada tanaman rumput setaria (Setaria splendida Stapf) dan dilakukan pengamatan  terhadap pertumbuhan dan hasil panen pertama. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangaan, yaitu : A1 = 25 ml  MOL / 5 kg bahan kompos (feses +kulit kopi),   A2 = 30 ml  MOL / 5 kg bahan kompos (feses +kulit kopi),   A3 = 35 ml  MOL / 5 kg bahan kompos (feses +kulit kopi),  A4 = 25 ml  EM4 / 5 kg bahan kompos (feses +kulit kopi),   A5 = 30 ml  EM4 / 5 kg bahan kompos (feses +kulit kopi),   A6 = 35 ml  EM4 / 5 kg bahan kompos (feses +kulit kopi).  komposisi kimia  dari  kompos  serta pertumbuhan rumput setaria (Setaria splendida Stapf) juga diteliti dalam penelitian ini dan untuk  mengetahui  pengaruh  perlakuan,  data  yang diperoleh  dianalisis  dengan  analisa sidik  ragam  dan  uji lanjut BNJ. Hasil penelitian dengan penambahan aktivator MOL bonggol pisang dan EM4 menunjukkan  berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap P-total,  K-total, jumlah anakan panen pertama rumput setaria dan berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap N-total, C/N dan berat basah tajuk panen pertama rumput setaria. Penambahan aktivator   MOL bonggol pisang sebanyak 35 ml  MOL /5 kg bahan kompos (feses + kulit kopi; A3) memberikan hasil terbaik pada unsur hara (P-total dan K-total), jumlah anakan dan berat basah tajuk pada rumput Setaria (Setaria splendida Stapf). Kata kunci: Aktivator, kompos, Rumput Setaria  (Setaria splendida Stapf)

    PROPERTIES AND MANAGEMENT IMPLICATIONS OF SOILS FORMED FROM VOLCANIC MATERIALS IN LEMBANG AREA, WEST JAVA

    Get PDF
    Soils formed from volcanic materials have a high potential for agricultural development, especially for horticultural crops, tea, and pine trees. Data on the characteristics of these soils are important for the management planning. Six representative soil profiles developed on andesitic volcanic ash and tuff in Lembang area, West Java were studied to determine the soil physical, chemical, and mineralogical properties, to study the relationship between the soil properties, and to classify the soils according to the Soil Taxonomy. The results indicated that all the soils had very deep (>150 cm) solum. In general, the volcanic ash soils were darker colored, more granular, more friable, less sticky and less plastic than the volcanic tuff soils. Physically, the ash soils had lower bulk density (0.44-0.73 mg m-3) and higher available water content (13-33%) than the tuff soils. Bulk density decreased with increasing allophane. Chemically, the ash soils had higher pHNaF (mostly > 10), higher organic carbon (4.3-6.8% in upper horizons), higher CEC (20- 44 cmolc kg-1), and higher P retention (> 85%) than the tuff soils. P retention logarithmically increased with increasing oxalate extractable Al and allophane. The sand fractions of the ash soils were dominated by hornblende, while the tuff soils were predominantly composed of opaque minerals. In the clay fractions, the ash soils were dominated by allophane, whereas the tuff soils showed high contents of gibbsite and metahalloysite. Soils developed on volcanic ash were classified as Thaptic Hapludands and Typic Melanudands, while soils formed from volcanic tuff were classified as Andic Dystrudepts. The low bulk density and friable consistency of the soils contributed to favorable soil tilth. However, high P retention and Al saturation in most soils are limiting factors for plant growth. Application of P fertilizers and liming coupled with efficient placement can be recommended to enhance P availability and reduce Al toxicity. Organic matter can be used to reduce Al toxicity. Soil conservation needs to be considered, especially in the steep slope areas

    Spatial Model of Landslide Hazard in Tarusan Watershed

    Get PDF
    Spatial modeling of landslide hazards in the Tarusan watershed is an effort to reduce losses due to landslide disasters. The purpose of this article is; determine the frequency ratio value of each parameter that causes landslides, and perform spatial modeling of landslide hazards using the frequency ratio method. The method used is a quantitative method with a modeling approach to determine the pixel value based on the frequency ratio. The results of the research show that the largest frequency value is found in the land cover parameter in the form of mixed gardens with an FR value of 2, 10, and rainfall with an FR value of 2.06. Thus, the triggering factors for landslides in the Tarusan watershed are changes in land cover and rainfall. The results of landslide hazard modeling in the Tarusan watershed show a high hazard area of ​​2095.41 ha or 7.39%, a medium hazard area of ​​4148.73 ha or 14.63%, and a low hazard area of ​​22117.46 ha or 77.98%.   Key words: hazard, landslide, spatial mode
    corecore