28 research outputs found
LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SMK NEGERI 3 MAGELANG
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan program kegiatan yang
dilaksanakan untuk meningkatkan pengalaman mahasiswa dalam bidang
kependidikan sebagai tenaga pendidik secara nyata. Kegiatan ini memberikan
pengalaman secara nyata didunia pendidikan yang sesungguh, sehingga dapat melatih
dan meningkatkan skill sebagai tenaga pendidik yang sesuai dengan bidangnya.
Program PPL Di SMK N 3 Magelang yang beralamat di Jalan Piere Tendean No.1
Magelang, dimulai pada tanggal 15 Juli 2016-15 September 2016.
Pelaksanaan program PPL diawali dengan pembekalan PPL yang dilaksanakan
sesuai dengan daerah pelaksanaan program. Kemudian, dilaksanakannya kegiatan
kuliah micro teaching (latihan mengajar) dan observasi langsung ke SMK N 3
Magelang untuk mengetahui mencari data informasi untuk mengetahui kondisi dan
situasi sekolah secara langsung. Kegiatan pelaksanaan program PPL meliputi
persiapan sebelum pembelajaran dan praktik mengajar. Kegiatan persiapan
pembelajaran meliputi, penyusunan RPP, media pembelajaran, lembar penilaian dan
lembar evaluasi pembelajaran. Sedangkan kegiatan praktik mengajar adalah praktik
mengajar pada program keahlian Jasa Boga dengan mata pelajaran Boga Dasar dan
Sanitasi Hygiene dan Keselamatan Kerja. Praktik mengajar yang dilakukan oleh
mahasiswa adalah mengajar siswa kelas X Jasa Boga 1 mata pelajaran Boga Dasar
dan X Jasa Boga 2 untuk mata pelajaran Sanitasi Hygiene dan Keselamatan Kerja.
Waktu praktik mengajar dilakukan selama 7 jam dan 2 jam setiap satu kali
pertemuan. Sebelum pelaksanaan praktik mengajar mahasiswa melakukan persiapan
sebelum kegiatan pembelajaran dengan penyusunan perangkat pembelajaran dan
konsultasi dengan guru pembimbing.
Pelaksanaan program PPL di SMK N 3 Magelang berjalan dengan lancar tanpa
adanya halangan apapun. Manfaat dari pelaksanaan program PPL anatara lain
mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata dan melatih keterampilan mengajar dan
softskill sebagai calon tenaga pendidik serta belajar untuk lebih peka dalam
menanggapi permasalahan yang ada disekolah
PEMBELAJARAN MENYAJIKAN GAGASAN KREATIF TEKS NARASI BERORIENTASI MAJAS METAFORA IN PRAESETIA MELALUI PENERAPAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE PADA SISWA KELAS VII SMP PASUNDAN 2 BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Pembelajaran menyajikan gagasan kreatif teks narasi berorientasi pada majas
metafora in praesetia berkaitan dengan keterampilan menulis. Model
pembelajaran example non-example bertujuan mendorong siswa untuk belajar
berpikir kritis dengan memecahkan permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan menggunakan model example non-example. Rumusan masalah
yang peneliti ajukan yaitu: 1) Mampukah peneliti melaksanakan kegi atan
pembelajaran menyajikan gagasan kreatif teks narasi berorientasi majas metafora
in praesetia dengan menggunakan model example non-example pada siswa kelas
VII SMP Pasundan 2 Bandung tahun pelajaran 2018/2019; 2) Mampukah siswa
kelas VII SMP Pasundan 2 Bandung tahun pelajaran 2018/2019 mengikuti
pembelajaran menyajikan gagasan kreatif teks narasi berorientasi majas metafora
in praesetia dengan menggunakan model example non-example; 3) Efektifkah
penerapan model example non-example digunakan dalam pembelajaran
menyajikan gagasan kreatif teks narasi berorientasi majas metafora in praesetia
pada siswa kelas VII SMP Pasundan 2 Bandung tahun pelajaran 2018/2019?.
Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode Quasi Experiment dengan
desain the one group pretes-postes. Adapun hasil penelitiannya adalah nilai rata-rata perencanaan dan pelaksanaan sebesar 3,64; nilai rata -rata pretes sebesar 42,93
dan postes 80,33; Jadi, adanya peningkatan sebesar 37,4. Hasil perhitungan
statistik membuktikan > yaitu 16,19 > 2,04 dalam tingkat
kepercayaan 95% taraf siginfikan 5% dan derajat kebebasan 29. Berdasarkan fakta
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa peneliti berhasil melakukan pembelajaran
menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita imajinasi dengan model example
non-example.
Kata Kunci: Berorientasi, Gagasan Kreatif, Majas Metafora In Praesetia, Model
Eexample Non Example, Pembelajaran, Teks Narasi
Weathering effects on discontinuity properties in sandstone in a tropical environment : case study at Kota Kinabalu, Sabah Malaysia
Landslide susceptibility assessment using information value statistical method : a case study on northern Kota Kinabalu, Sabah
KECUKUPAN GIZI PROTEIN DAN ENERGI MAKAN SIANG SISWA DI TK TARUNA AL-QURAN YOGYAKARTA
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui jumlah kandungan protein pada menu makan siang siswa di TK Taruna Al-Quran Yogyakarta, (2) mengetahui kecukupan protein pada menu makan siang siswa di TK Taruna Al-Quran Yogyakarta, (3) mengetahui jumlah kandungan energi pada menu makan siang siswa di TK Taruna Al-Quran Yogyakarta, (4) mengetahui kecukupan energi pada menu makan siang siswa di TK Taruna Al-Quran Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah siswa TK Taruna AlQuran Yogyakarta kelas TK A dan B yang mengikuti program kelas diniyyah sebanyak 62 orang. Sampel penelitian sebanyak 62 orang yang ditentukan menggunakan jenis sampel nonprobability sampling dengan teknik sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dengan metode food weighing dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2017.
Hasil penelitian menunjukan: (1) jumlah kandungan protein pada menu makan siang siswa di TK Taruna Al-Quran Yogyakarta adalah 8,4 gr, (2) kecukupan protein pada menu makan siang siswa di TK Taruna Al-Quran Yogyakarta adalah 79,6% termasuk dalam kategori defisit tingkat sedang, (3) jumlah kandungan energi pada menu makan siang siswa di TK Taruna Al-Quran Yogyakarta adalah 190,8 kkal, (4) kecukupan energi pada menu makan siang siswa di TK Taruna Al-Quran Yogyakarta adalah 39,8% termasuk dalam kategori defisit tingkat berat
Hand Hygiene Effectiveness in Controlling the Spread of COVID-19: A Scoping Review
Encouraging proper hands, including regular handwashing with soap and water or the use of hand sanitizers, is crucial in preventing the transmission of COVID-19 and other infectious diseases. This preventive measure helps to eliminate or reduce the presence of the virus on hands, particularly after contact with potentially contaminated surfaces or objects. The study was comprehensively searching databases and other sources to identify literature on hand hygiene and COVID-19 between 16 April, 2020 and 30 May 2023. We analyzed various aspects of the retrieved articles and studies, including the sources, publication dates, types and topics covered. In the initial stage of the review process, the researchers identified 463 records from various sources. After removing 56 duplicate records, they were left with 407 unique articles for further screening. During the screening process, 280 articles were excluded for various reasons. This resulted in 127 articles that passed the initial screening. The next step involved assessing the eligibility of the full text of these 127 articles. Out of these, 108 articles were excluded based on the eligibility criteria, and the research obtained the full texts of the remaining 19 articles for further analysis. By creating a collective awareness and understanding of the importance of hand hygiene, we can create a positive impact on public health and reduce the transmission of diseases such as COVID-19
 
Tensile Strength of Geological Discontinuities Including Incipient Bedding, Rock Joints and Mineral Veins
Geological discontinuities have a controlling influence for many rock-engineering projects in terms of strength, deformability and permeability, but their characterisation is often very difficult. Whilst discontinuities are often modelled as lacking any strength, in many rock masses visible rock discontinuities are only incipient and have tensile strength that may approach and can even exceed that of the parent rock. This fact is of high importance for realistic rock mass characterisation but is generally ignored. It is argued that current ISRM and other standards for rock mass characterisation, as well as rock mass classification schemes such as RMR and Q, do not allow adequately for the incipient nature of many rock fractures or their geological variability and need to be revised, at least conceptually. This paper addresses the issue of the tensile strength of incipient discontinuities in rock and presents results from a laboratory test programme to quantify this parameter. Rock samples containing visible, natural incipient discontinuities including joints, bedding, and mineral veins have been tested in direct tension. It has been confirmed that such discontinuities can have high tensile strength, approaching that of the parent rock. Others are, of course, far weaker. The tested geological discontinuities all exhibited brittle failure at axial strain less than 0.5 % under direct tension conditions. Three factors contributing to the tensile strength of incipient rock discontinuities have been investigated and characterised. A distinction is made between sections of discontinuity that are only partially developed, sections of discontinuity that have been locally weathered leaving localised residual rock bridges and sections that have been ‘healed’ through secondary cementation. Tests on bedding surfaces within sandstone showed that tensile strength of adjacent incipient bedding can vary considerably. In this particular series of tests, values of tensile strength for bedding planes ranged from 32 to 88 % of the parent rock strength (intact without visible discontinuities), and this variability could be attributed to geological factors. Tests on incipient mineral veins also showed considerable scatter, the strength depending upon the geological nature of vein development as well as the presence of rock bridges. As might be anticipated, tensile strength of incipient rock joints decreases with degree of weathering as expressed in colour changes adjacent to rock bridges. Tensile strengths of rock bridges (lacking marked discolouration) were found to be similar to that of the parent rock. It is concluded that the degree of incipiency of rock discontinuities needs to be differentiated in the process of rock mass classification and engineering design and that this can best be done with reference to the tensile strength relative to that of the parent rock. It is argued that the science of rock mass characterisation may be advanced through better appreciation of geological history at a site thereby improving the process of prediction and extrapolating properties
Geological discontinuity persistence: Implications and quantification
Persistence of geological discontinuities is of great importance for many rock-related applications in earth sciences, both in terms of mechanical and hydraulic properties of individual discontinuities and fractured rock masses. Although the importance of persistence has been identified by academics and practitioners over the past decades, quantification of areal persistence remains extremely difficult; in practice, trace length from finite outcrop is still often used as an approximation for persistence. This paper reviews the mechanical behaviour of individual discontinuities that are not fully persistent, and the implications of persistence on the strength and stability of rock masses. Current techniques to quantify discontinuity persistence are then examined. This review will facilitate application of the most applicable methods to measure or predict persistence in rock engineering projects, and recommended approaches for the quantification of discontinuity persistence. Furthermore, it demonstrates that further research should focus on the development of persistence quantification standards to promote our understanding of rock mass behaviours including strength, stability and permeability
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Niatan Siswa Untuk Mencegah Perilaku Seks Bebas Di SMK Negeri 1 Indramayu
Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang menunjukkan usia remaja ketika pertama kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14-23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17-18 tahun. Pernikahan dini anak di bawah umur di Kabupaten Indramayu tinggi. Bahkan, setiap tahun tercatat ada ratusan anak dibawah umur yang menikah. Hal itu terungkap dari data perkara dispensasi kawin di Pengadilan Agama Kabupaten Indrama-yu yang telah dikabulkan hakim sebanyak 173 perkara. Pada 2016, perkara dispensasi kawin yang diajukan ke Pen-gadilan Agama tersebut mencapai 350 perkara dan diputus sebanyak 324 perkara. Dari jumlah tersebut, yang dikabulkan majelis hakim ada 419 kasus. Tujuan penelitian menganalisis faktor yang mempengaruhi niatan siswa untuk mencegah perilaku seks bebas di SMK Negeri 1 Indramayu. Jenis penelitian observasional analitik dengan menggunakan rancang bangun cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah Siswa/Siswi Kelas X Multi-media 3. Jumlah sampel pada penelitian yaitu sebanyak 43 sampel. Teknik pengambilan sampel yaitu Simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan melakukan wawancara langsung dengan responden. Analisis data menggunakan uji statistik uji chi-square. Hasil penelitian yaitu pengetahuan (ρ=0,002) dan penggunaan media (ρ=0,005) mempengaruhi niatan siswa mencegah perilaku seks bebas di SMK Negeri 1 Indramayu. Diharap-kan para siswa meningkatkan pengetahuan mengenai pendidikan reproduksi remaja dengan bimbingan dari sekolah dan orang tua