86 research outputs found

    Identifikasi Faktor-faktor Dominan Risiko Investasi Pembangunan Tower Telekomunikasi

    Get PDF
    Belakangan ini proses pembangunan jasa konstruksi tower semakin mengalami kesulitan dalam hal akuisisi lahan dan perijinannya serta mengharuskan perusahaan telekomunikasi merubah sistem yang sebelumnya sebagai perusahaan telekomunikasi yaitu yang sebelumnya memberikan pekerjaaan pembangunan tower pada kontraktor, namun sekarang beralih sebagai penyewa tower. Perusahaan Telekomunikasi yang sudah ada memilih sewa lokasi beserta perangkatnya dibanding membangun tower. Dengan adanya perubahan sistem ini, banyak investor atau kontraktor berlomba-lomba menjadi tower provider yang dapat memberikan pelayanannya sebagai penyedia rental tower. Investasi pada pembangunan tower telekomunikasi dapat memberikan keuntungan yang relatif besar disamping mempunyai ketidakpastian yang tinggi. Ketidakpastian ini sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek, namun sejauh ini belum diidentifikasi dengan baik, sehingga perlu dilakukan identifikasi faktor- faktor risiko pembangunan tower telekomunikasi sehingga memberikan informasi penanggulangan dari risiko tersebut. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan penting bagi pengambilan keputusan terkait dilaksanakan atau tidaknya investasi proyek tersebut. Untuk mendapatkan faktor dominan risiko investasi pembangunan tower telekomunikasi, digunakan metode survey dengan penyebaran kuisioner dan dianalisis menggunakan metoda deskriptif kualitatif dan kuantitatif serta studi kasus pada proyek pembangunan telekomunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 (tiga) faktor yang paling dominan menentukan faktor risiko investasi pembangunan tower telekomunikasi yang tertinggi adalah aspek Teknis & Teknologi, kedua adalah Aspek Pemasaran dan yang terakhir adalah Aspek Politik & Kebijakan Pemerintah. Dari aspek Teknis dan Teknologi terdiri dari beberapa faktor dominan antara lain pengaruh akses lokasi pembangunan tower (sungai, laut, elevasi tanah) terhadap kecepatan pembangunan, pengarahan / pengambilan keputusan dari manager, perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi yang membuat peralihan pembangunan tower menjadi suatu teknologi baru, ketersediaan SDM para buruh di lokasi yang berkualitas, dan yang terakhir adalah keterlambatan konstruksi karena permasalaan site acquatition. Dari segi pemasaran faktor risiko dominan antara lain keakuratan data base (titik koodinat, ketinggian tower & space, serta space lahan yang dimiliki), promosi kepada perusahaan pemberi kerja. Dan yang terakhir adalah faktor risiko dari aspek politik, sosial dan kebijakan pemerintah. Faktor risiko tersebut antara lain pengaruh stabilitas politik di Indonesia serta pengaruh penegakan hukum (law enforcement) terhadap berinvestasi

    Vibration Control of Magnetorheological Elastomer Beam Sandwich

    Get PDF
    A Magnetorheological Elastomer (MRE) is a smart material and that could change their properties by exposure to stimuli such as electric and magnetic fields, stress moisture and temperature. Objective of this research is to develop a MRE as vibration isolator of a beam sandwich under different currents to get different stiffness of the MRE. A MRE was fabricated by mixing silicon rubber, silicon oil and carbonyl iron particles together and then cured for 24 hours in a circular mold. Experimental result shows that that there were decreases in amplitude of the vibration in time and frequency domains when the current applied to the coil is increased

    Keperluan penguasaan kemahiran pendidikan seni visual sekolah menengah untuk guru-guru seni di Sarawak

    Get PDF
    Kajian ini adalah berkaitan dengan analisis ke atas keperluan penguasaan kemahiran kurikulum pendidikan seni visual sekolah menengah di negeri Sarawak. Fokus kajian ialah ke atas faktorfaktor keberkesanan dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan seni visual. Faktor pertama ialah penyungguhan kendiri responden untuk memperolehi kemahiran, faktor kedua ialah tahap penguasaan kemahiran bidang-bidang dalam pendidikan visual, faktor ketiga ialah tahap pemahaman responden dalam sukatan kurikulum pendidikan seni visual, faktor keempat kemudahan dan prasarana dan ke lima kecenderungan dan kewajaran dalam pengelolaan dan pengurusan tenaga pengajar di peringkat sekolah. Responden kajian terdiri daripada 289 orang guru-guru pendidikan seni visual daripada 55 buah sekolah menengah yang dipilih berdasarkan Prosedur Persampelan Kawasan Pelbagai Lapisan di seluruh bahagian di negeri Sarawak. Datadata dianalisis menggunakan kaedah Statistik Deskriptif, Pekali Kolerasi Pearson dan ujian Post Hoc Anova Sehala. Hasil kajian menunjukkan daripada 289 responden, 105 (36.3%) adalah guru yang mempunyai kelayakan major dalam pendidikan seni, 21 (7.3%) mempunyai kelayakan minor dalam pendidikan seni, manakala 163 (56.4%) adalah guru yang tidak mempunyai pengkhususan dalam mata pelajaran pendidikan seni. Skor min yang diperolehi bagi aspek penyungguhan kendiri menunjukkan keperluan responden untuk meningkatkan penguasaan kemahiran dalam semua bidang adalah tinggi. Skor min bagi tahap penguasaan kemahiran menunjukkan responden mempunyai tahap kemahiran tinggi dalam bidang reka bentuk dan kraf tradisional, manakala dalam bidang lukisan, catan, arca, cetakan, komunikasi visual, multimedia dan apresiasi seni tahap kemahiran responden adalah sederhana sahaja. Tahap persetujuan responden juga tinggi dalam pernyataan bahawa kurikulum pendidikan seni terlalu luas (M=3.70), masa tidak mencukupi untuk menghabiskan semua sukatan (M=3.63), peralatan dan kemudahan tidak mencukupi (M=4.08), dan sukar untuk mengintergrasi aspek teori dan amali (M=4.44). Skor sederhana diperolehi bagi penyataan sukar untuk memahami sukatan kurikulum (M=2.95). Seterusnya pihak Jabatan Pendidikan Negeri Sarawak dicadangkan supaya menempatkan guru-guru berkemahiran tinggi untuk mengajar pendidikan seni visual serta memantau kecenderungan pihak sekolah dalam pengurusan dan pengagihan tenaga kerja yang mengajar mata pelajaran pendidikan seni visual

    RANCANG BANGUN MULTIMEDIA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA MATA PELAJARAN SISTEM KOMPUTER

    Get PDF
    Mata pelajaran sistem komputer merupakan salah satu mata pelajaran dasar program keahlian Teknik Komputer dan Informatika. Mata pelajaran tersebut perlu dipelajari oleh siswa, khususnya bagi siswa jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, karena materi-materi pada mata pelajaran tersebut khususnya dasar-dasar elektronika merupakan prasyarat bagi siswa untuk memahami materi pada mata pelajaran produktif selanjutnya. Namun, tingkat ketuntasan peserta didik dalam pelajaran sistem komputer terbilang rendah, khususnya materi dasar-dasar elektronika memiliki prestasi belajar yang kurang maksimal. Dalam proses pembelajaran, setiap siswa memiliki kecenderungan dalam penyerapan informasi. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran direct instruction pada multimedia berbasis web dengan pemberian materi menyesuaikan dengan gaya belajar dari DePorter (visual dan auditori) pada mata pelajaran sistem komputer materi dasar-dasar elektronika. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan multimedia berbasis website menggunakan model pembelajaran direct instruction yang sesuai dengan gaya belajar visual dan auditori, mengkaji peningkatan pemahaman siswa setelah melakukan pembelajaran dengan multimedia, serta mengkaji respon siswa terhadap multimedia berbasis website yang digunakan dalam pembelajaran pada mata pelajaran sistem komputer materi elektronika dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah Siklus Hidup Menyeluruh (SHM), dengan subjek penelitian siswa kelas XII TKJ 2 SMKN 2 Bandung, serta desain penelitian one group pretest-posttest. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 1) multimedia pembelajaran berbasis web yang dirancang dan dibangun melalui tahap analisis, desain, pengembangan, pengujian perangkat lunak, serta penilaian. 2) adanya peningkatan pemahaman siswa setelah menggunakan multimedia pembelajaran. 3) penilaian siswa terhadap multimedia tergolong sangat layak.----------Computer System is one of the basic subjects of the Computer Engineering and Information Technology program. This subject needs to be studied by students, especially students majoring in Computer and Network Engineering, as the basics of electronics material is prerequisite for students to understand the next productive subjects. However, students’ level of mastery in Computer System subject is fairly low, especially in the basics of electronics, students’ learning achievement is less than optimum. In learning process, every student has different way and tendency in absorbing information. This study applies a direct instruction learning model in web-based multimedia by providing learning material in a way that is compatible with each of students’ learning style based on DePorter (visual and auditory) in computer system learning. This study aims to produce website-based multimedia using the direct instruction learning model that suits visual and auditory learning styles, examines the improvement of students' understanding after learning with multimedia, and examines students’ response to website-based multimedia that is used in computer system learning with basic electronics topic. The methodology used in this research is of Comprehensive Life Cycle (SHM) method with research subjects of 12th grade student TKJ 2 SMKN 2 Bandung and research design of one group pretest-posttest pre-experiment. Through this study, it can be concluded that 1) web-based learning multimedia is designed and built through the stages of analysis, design, development, software testing, and assessment. 2) there is an increase in student understanding after using multimedia learning. 3) student assessment of multimedia is classified as very good

    PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) KELAS VIII BERCIRIKAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA MATERI STATISTIKA

    Get PDF
    Ketersediaan LKS matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Pasuruan yang digunakan saat ini kurang menarik dan inovatif. Hal tersebut menjadikan siswa kurang aktif serta memaknai pembelajaran yang diterima. Oleh karena itu, perlu disusun dan dikembangkan LKS yang berkualitas. Tujuan penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan LKS bercirikan RME yang valid, praktis dan efektif. Model pengembangan yang digunakan adalah model 4-D yang telah dimodifikasi menjadi 3 tahapan yaitu: 1) pendefinisian (define), 2) perancangan ( design), dan 3) pengembangan (development). Berdasarkan analisis data terhadap uji kevalidan LKS diperoleh 3,69. Hasil uji coba terhadap uji kepraktisan pada aktivitas siswa diperoleh 4,45 dan aktivitas guru 4,63. Dan hasil uji coba terhadap uji keefektifan diperoleh rata-rata nilai akhir siswa adalah 87,87, sedangkan hasil analisis uji keefektifan produk diperoleh 86,6%. Berdasarkan data tersebut maka produk yang dikembangkan memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan dan keefektifan

    Analyse du comportement alimentaire du poisson cavernicole aveugle Anoptichthys Gen. et d\u27hybrides F\u3csub\u3e1\u3c/sub\u3e (Astyanax x Anoptichthys) et F\u3csub\u3e2\u3c/sub\u3e

    Get PDF
    The feeding behaviour of the blind cave fish Anoptichthys is characterised by two phases, an initial short chemioreceptic one and second one in which the fish explores the bottom systematically for a longer period. The whole process last approximately 30 seconds, both in adults as in youngsters

    The rise of age homogamy in 19th century Western Europe

    Get PDF
    In many parts of Western Europe the age at first marriage and the level of celibacy declined in the second half of the 19th century. This weakening of the European marriage pattern (EMP) can be interpreted as a "classic" response to the increase of the standard of living, but a more far-reaching interpretation is that the erosion of the EMP was part of a cultural shift characterized by the rise of a new, less instrumental and more egalitarian view on marriage and partner selection. The latter vision implies the increase of the preference for a same age marriage. We test this explanation by using a combined Belgian-Dutch data set of marriage certificates (N = 766,412). Our findings corroborate the "cultural shift thesis."

    Estimasi Karbon Tersimpan pada Tegakan Pohon di Hutan Pantai Pulau Kotok Besar, Bagian Barat, Kepulauan Seribu

    Get PDF
    The high activity of urban communities anthropogenic especially in Jakarta City cause high rates of carbon emissions. This problem is increased with the high rate of deforestation which is high enough in urban areas. One of ecosystem that can reduce carbon emissions is coastal forest ecosystem. Forests can reduce carbon emissions in the atmosphere and storing it in various compartments such as vegetation, litter and soil organic matter. One of the islands which have a coastal forest with good enough condition is Kotok Besar Island, the cluster of Seribu Islands. This study aims to estimate the carbon stored in tree stands at coastal forest region of west side of Kotok Besar Island, Seribu Islands. Methods of calculating carbon stock was done by making the observation plots and distributed by random sampling method to calculate diameter at breast height (dbh) and identify the type of tree stands were found in the observation plots. dbh data was inserted into allometric equation to obtain the potential of stored carbon estimates. The results showed that the coastal forest of west side of the Kotok Besar Island have the number of plant species that dominate as many as four species, which consists of Thespesia populnea, Casuarina sp., Calophyllum sp., and Cocos nucifera. Biomass value is 853.94 tons / ha and potential of carbon stored is 426.97 tons/ha

    PERBANDINGAN UDANG REBON (Acetes sp.) DENGAN KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L.) DAN KONSENTRASI TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN BAKSO KERING UDANG REB

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian mengenai perbandingan udang rebon dengan kacang merah dan konsentrasi tepung tapioka terhadap karakteristik dari bakso kering. Penelitian utama meliputi dua faktor, faktor pertama adalah perbandingan udang rebon dengan kacang merah terdiri dari tiga taraf yaitu (6:1), (5:2), dan (4:3). Faktor kedua adalah konsentrasi tepung tapioka terdiri dari tiga taraf yaitu 10%; 12,5% dan 15%. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 3x3 dan ulangan tiga kali. Respon dalam penelitian ini berupa pengujian organoleptik (uji hedonik warna, aroma, rasa, dan tekstur), analisis kimia (kadar protein metode Kjeldahl, kadar air metode gravimetri, dan kadar serat kasar metode gravimetri), dan analisis fisik (uji waktu masak, dan uji volume pengembangan). Produk yang dipilih diuji secara kimia mulai dari kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar abu, dan kadar kalsiumnya. Hasil penelitian utama didapat perbandingan udang rebon dengan kacang merah berpengaruh terhadap rasa, kadar protein, kadar air, kadar serat, dan volume pengembangan. Konsentrasi tepung tapioka berpengaruh terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, kadar protein, kadar air, waktu masak, dan volume pengembangan. Interaksi antara perbandingan udang rebon dengan kacang merah dan konsentrasi tepung tapioka berpengaruh terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, kadar protein, kadar serat, dan volume pengembangan. Produk yang dirpilih yaitu produk a2b1 (perbandingan udang rebon kering dengan kacang merah (5:2) dan konsentrasi tepung tapioka 10%) yang memiliki waktu masak 9,93 menit; volume pengembangan 24,93%; kandungan protein 19,27%; kadar air 10,25%; kadar serat 3,14%; karbohidrat pati 33,328%; lemak 1,23%; kadar abu 2,737%; dan kadar kalsium 74,469 mg. Kata kunci : Bakso Kering, Kacang Merah, Tepung Tapioka, Udang Rebon

    Mechanical response of galvanised steel sandwich structure with different numbers of web core and different spacing distance of web plate under bending load

    Get PDF
    Sandwich structures are widely used in a variety of industrial applications due to their ability to provide high bending stiffness while remaining lightweight. The deformation of this structure and its relation to the stiffness of the galvanized steel is investigated. A series of three-point bending response and subsequent failure modes in web-core laser-welded sandwich structure based on galvanised steel is also investigated. The web-core sandwich structure was manufactured using fibre laser welding technique to joint face and web plates perpendicularly to produce a range of lightweight sandwich structure. The role of the number of cores and spacing distance were purposed to determine the overall deformation of global deflection behaviour of the sandwich structure. The results were compared, and it is showed that the acted load produced bending on faceplate and caused debonding at weld joint (between faceplate and web plate). The continued bending was also caused debonding between PVC foam and adjacent plate. Subsequently, load-displacement trace was used as evidence of the comparison, where seven cores with 20 mm spacing distance exhibited higher force, approximately 1.091 kN. The three-point bending test results indicated that the higher number of cores possessed better performance in bending strength. The effect of the spacing distance of web plates in sandwich structure was also examined. In five cores specimen, it is showed that as the spacing distance decreased, the bending strength increased, where bending stiffness value of 18 mm (0.313 kN/mm) is higher than 19 mm (0.288 kN/mm) and 20 mm (0.281 kN/mm). The effectiveness of the sandwich structure depended on the optimal design as to achieve lightweight and its bending strength
    • …
    corecore