12 research outputs found

    GAMBARAN WORKPLACE WELL-BEING DI PT.X MEDAN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Workplace Well-being di PT. X  di kota Medan.  Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 121 orang karyawan di PT.X. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan  kuantitatif yang menggunakan skala Workplace Well-Being yang dikemukakan oleh Page (2005). Reliabilitas dari alat ukur ini adalah sebesar 0.837. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program SPSS 24. Hasil penelitian menunjukkan Workplace Well-Being pegawai di PT. X berada pada kategori sedang mengarah ke tinggi

    GAMBARAN WORKPLACE WELL-BEING DI PT.X MEDAN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Workplace Well-being di PT. X  di kota Medan.  Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 121 orang karyawan di PT.X. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan  kuantitatif yang menggunakan skala Workplace Well-Being yang dikemukakan oleh Page (2005). Reliabilitas dari alat ukur ini adalah sebesar 0.837. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program SPSS 24. Hasil penelitian menunjukkan Workplace Well-Being pegawai di PT. X berada pada kategori sedang mengarah ke tinggi

    Religiousity and Psychological Well-Being of the Parmalim Community

    Get PDF
    Parmalim is a belief in the Mulajadi Debate of Na Bolon, and this doctrine has existed since ancient times. As adherents of religious beliefs, parmalim adherents often receive different treatment from the society.  The study aims to understand and describe the influence of religiousity on the psychological well-being of the Parmalin community in North Sumatra. This research uses quantitative research methods. Sampling techniques in this study are non-random sampling with purposive sampling techniques. The research sample consisted of 78 people from the Parmalim Community in North Sumatra who had adhered to the Parmalim belief system for at least 11 years. Data collection was directly to the participants at Parmalim’s place of worship in Medan, and by online. Data analysis using a double linear regression test with the help of SPSS for Windows 17 The method of data collection using a psychological scale is the scale of Religiousness and the psychological well-being scale.  The psychological scale used is the Religiosity scale and the Psychological Well-Being scale. In this study, religiosity was measured using The Centrality of Religiosity Scale-15 (CRS-15) while Psychological well-being used The Scales of Psychological Well-being. The results of this study found that there was a positive influence of religion on psychological well-being among Parmalim believers, the contribution is 25.9%. Religiosity in the Parmalim Community is in the high category (85.9%).  Psychological well-being in supporters of parmalim beliefs is mostly in the high category of 68%, where individuals with high psychological wellness are able to be warm in relationships with others, have empathy, have a purpose in life and understand the principle of giving and receiving in a relationship.Parmalim merupakan sebuah  aliran kepercayaan terhadap Debata Mulajadi Na Bolon dan ajaran ini sudah ada sejak dahulu kala. Sebagai penganut aliran kepercayaan, para penganut parmalim seringkali mendapatkan perlakuan yang berbeda dari lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh religiusitas terhadap Psychological Well-Being Komunitas Parmalin di Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non random sampling dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian terdiri dari 78 orang dari Komunitas Parmalim di Sumatera Utara yang telah menganut aliran kepercayaan Parmalim minimal 11 tahun.  Pengumpulan data dilakukan secara langsung di 2 rumah ibadat Parmalim di Medan dan melalui online. Analisis data menggunakan uji regresi linear berganda bantuan SPSS for Windows 17. Metode pengumpulan data menggunakan skala psikologi, Skala psikologi yang digunakan adalah skala Religiusitas dan skala Psychological Well-Being. Dalam penelitian ini Religiusitas diukur menggunakan The Centrality of Religiosity Scale-15 (CRS-15) sementara Psychological well-being menggunakan skala The Scales of Psychological Well-being. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa ada pengaruh positif religiusitas terhadap psychological well -being pada penganut kepercayaan parmalim yaitu sebesar 25.9%. Religiusitas pada Komunitas Parmalim berada pada kategori tinggi (85.9 %). Psychological well-being pada penganut kepercayaan parmalim kebanyakan berada pada kategori tinggi yaitu 68%, dimana individu dengan psychological well-being tinggi mampu bersikap hangat dalam berhubungan dengan orang lain, memiliki empati, memiliki tujuan hidup dan memahami prinsip memberi dan menerima di dalam suatu hubungan

    Intervensi Pratek Lapangan Bidang Psikologi Industri Dan Organisasi Di Rumah Sakit Columbia Asia Medan

    Get PDF
    Students are one of the human resources who will later enter the world of work and must adapt and be able to develop themselves to the environment they will face after graduating from college by equipping themselves with education and skills (soft skills and hard skills). In order to produce a workforce that is reliable and professional in their fields, universities are required to prepare their graduates well in implementing the knowledge they have learned in improving human resources (HR). From the results of interviews conducted by the author to the four staff, it is known that the have problems related to team performance. This statement can be supported from complaints that have been submitted by staff that the contribution made by each individual in the team is very minimal, such as in terms of giving arguments/opinions/ideas to problems in the room. The purpose of this study is to apply psychological principles related to carrying out data collection, diagnosis, prognosis, counseling and psychotherapy activities under the guidance of a psychologist. The main areas of study in this internship program include: educational psychology, social psychology, organizational industrial psychology, clinical psychology and developmental psychology. This research method conducted interviews and observations

    College Students’ Anxiety in Facing the World of Work in terms of Self–Efficacy and Gender

    Get PDF
    College students are expected to complete their studies and achieve a bachelor's degree on time. They also expected to get prepared to enter the world of work. The purpose of this study was to obtain empirical data regarding the effect of self-efficacy and gender on student anxiety in facing the world of work. This research is a quantitative study with self-efficacy scale and anxiety scale. The population of this study were final year students at public and private universities in Medan with 300 respondents. Results from this research are there is a negative effect of self-efficacy on students' anxiety in entering the world of work as much as 42.9 percent. It also found that there was no difference in anxiety between men and women in facing the world of work. Both male and female students feel anxiety about facing the world of work, specifically they are worried about whether they will immediately get a job after graduate from university. Suggestions from this research are to provide input to universities regarding the importance of preparing students for how to enter the world of work. This is also compatible with the Main Performance Indicator (IKU) by The Ministry of Education and Culture Indonesia in 2020 that graduates are expected to have a waiting period for work of less than six months after graduated and have a salary of more than 1.2 (one point two) times the minimum wage early in their early career.Mahasiswa sebagai calon pekerja memiliki tuntutan yang lebih berat dibandingkan siswa SMU. Tuntutan tersebut antara lain adalah menyelesaikan studi dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan mencapai gelar sarjana. Tuntutan lainnya adalah mahasiswa diharapkan untuk  memiliki kesiapan mental  dalam memasuki dunia kerja yang penuh tantangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empiris mengenai pengaruh dari self efficacy dan jenis kelamin terhadap kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan alat ukur self efficacy  dan alat ukur kecemasan menghadapi dunia kerja. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir di Universitas Negeri dan Universitas Swasta di kota Medan dengan jumlah responden sebanyak 300 orang.  Penelitian ini memberikan hasil yaitu terdapat pengaruh negatif self efficacy terhadap kecemasan mahasiswa dalam memasuki dunia kerja sebanyak 42.9 persen.  Selain itu ditemukan bahwa tidak ada perbedaan kecemasan antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi dunia kerja. Mahasiswa laki-laki dan perempuan secara bersama merasakan kecemasan menghadapi dunia kerja, secara spesifik mereka cemas apakah akan segera mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan perkuliahan. Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah memberikan masukan kepada Perguruan Tinggi mengenai pentingnya mempersiapkan mahasiswa sejak dini  untuk memasuki dunia kerja. Hal ini sesuai dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) I yang diwacanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  Indonesia tahun 2020. Indikator Utama 1 menjelaskan bahwa lulusan diharapkan memiliki masa tunggu kerja kurang dari 6 (enam) bulan setelah tanggal terbit ijazah dan memiliki gaji lebih dari 1.2 kali lipat upah minimum di awal kariernya

    Merdeka Belajar Merdeka Mengajar

    Get PDF
    Kebijakan pemerintah “Merdeka Belajar, Kampus Merdeka” tentu menimbulkan respon tersendiri bagi para dosen selaku akademisi bagaimana menyikapi, merencanakan, menyusun dan mengimplementasikan sistem dan model belajar yang paling sesuai dengan kebijakan tersebut. Dan di buku Antologi inilah akan dijumpai berbagai pandangan, pemikiran, dan juga mungkin gambaran usulan untuk mengimplementasikan kebijakan MBKM di era informasi teknologi yang sangat cepat berubah dewasa ini. Sebagai pendidik profesional, para dosen tentu memiliki kiat dan cara tersendiri untuk bisa menghasilkan output lulusan peserta didik yang benar-benar sesuai dengan tujuan dan target kebijakan MBKM tersebu

    Pengaruh Quarter Life Crisis terhadap Subjective Well-Being pada Dewasa Awal di Kota Medan

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh quarter life crisis terhadap subjective well-being pada dewasa awal di Kota Medan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh quarter life crisis terhadap subjective well-being pada dewasa awal di Kota Medan. Dalam penelitian ini, jumlah sampel ditentukan dengan tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan 5% sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 347 orang dewasa awal di Kota Medan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan design penelitian regresi linear sederhana. Variabel bebas (X) adalah quarter life crisis dan variabel terikat (Y) adalah subjective well-being. Skala quarter life crisis disusun berdasarkan aspek menurut Robins dan Wilner  (2001) dan skala subjective well-being disusun berdasarkan aspek menurut Diener (2005). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh koefisien regresi linear dengan nilai (r=0,682) dan (p) = 0.000 (p<0,05). Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis diterima,  yakni terdapat pengaruh quarter life crisis terhadap subjective well-being pada dewasa awal di Kota Medan. Dengan arah yang negative yang artinya adalah semakin tinggi skor quarter life crisis maka semakin rendah subjective well-being demikian sebaliknya

    Resiliensi terhadap Quarter Life Crisis pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Medan

    No full text
    Emerging adulthood adalah periode di antara masa remaja dan dewasa yang terjadi di usia sekitar 18 tahun hingga 29 tahun. Pada periode ini individu memperoleh banyak tuntutan dari lingkungan, baik dalam hal keterampilan tertentu hingga pengetahuan seiring dengan dimulainya masa transisi menuju masa dewasa, terutama pada mahasiswa tingkat akhir. Krisis emosional yang terjadi pada individu yang memasuki tahap emerging adulthood dikenal dengan istilah quarter life crisis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh resiliensi terhadap quarter life crisis pada mahasiswa tingkat akhir di Kota Medan. Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subjek penelitian ini berjumlah 400 mahasiswa dengan karakteristik mahasiswa tingkat akhir di kota Medan. Pengambilan sampel menggunakan simpel random sampling. Analisis data menggunakan teknik regresi linear sederhana dengan nilai (p<0.05) dan (R= 0.086). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan resiliensi terhadap quarter life crisis dengan arah negatif yang artinya semakin tinggi resiliensi maka quarter life crisis semakin rendah demikian seballiknya

    The Effect of Social Support and Batak Values on Self-Acceptance of Fathers Who Have Children with Special Needs

    Get PDF
    Having children is a blessing. Because the case may be different for children born with special needs conditions. What comes is emotional feelings such as anger, sadness, disappointment, and not accepting it. In this condition, the father has a significant impact on the development of the child. However, due to the child's condition, it becomes a challenge for the father to adjust. The purpose of this study was to determine the effect of social support and Batak values on self-acceptance in fathers who have children with special needs (ABK). The research method used is a quantitative approach using data analysis techniques, namely multiple linear regression analysis by applying SPSS 22 with independent variables, social support and Batak values, and dependent variables, namely self-acceptance. The study sample consisted of 44 fathers who had ABK, using purposive sampling techniques.  The data were analyzed using multiple linear regression with the application of SPSS 22.  The results showed that social support and Batak values negatively affect the acceptance of fathers who have children with special needs, which means that the higher the social support and Batak values, the lower the acceptance of fathers. Keywords: Self-acceptance, Social Support, Batak Values, Children with Special Needs
    corecore