47 research outputs found

    KAJIAN LETERARTUR TENTANG PENERAPAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS) PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2011 (STUDI KASUS PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK. DAN PT BCA TBK.)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjawab pertanyaan mengenai; 1) kendala yang dihadapi dalam proses adopsi IFRS di Indonesia, 2) manfaat bisnis yang didapatkan oleh perusahaan public dalam menerapkan IFRS, 3) dampak positif yang diperoleh perusahaan setelah mengadopsi IFRS.. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskripstif kualitatif, melalui metode ini diharapkan didapat hasil yang dapat menggambarkan secara jelas dari tujuan penelitian. Data diperoleh melalui data sekunder berupa archival report dan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling agar diperoleh sampel penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Serta studi kepustakaan dalam mengumpulkan data. Melalui triangulasi sumber data diharapkan data yang diperoleh lebih beragam dan meyakinkan untuk mendapatkan kesimpulan semetara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa; 1) kendala dalam adopsi IFRS di Indonesia adalah (a) kurang siapnya SDM, (b) kelemahan proses transliterasi Bahasa Inggris dalam standar IFRS ke dalam Bahasa Indonesia, (c) Biaya yang mahal. 2) manfaat bisnis penerapan IFRS bagi perusahaan publik adalah (a) akses untuk pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global, (b) relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar, (c) kinerja keuangan (laporan laba rugi) lebih fluktuatif seiring dengan naik-turunnya harga pasaran, (d) smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunaan balance sheet aproach ddan fair value, 3) dampak positif setelah penerapan IFRS bagi perusahaan adalah membaiknya kinerja laporan keuangan mereka. Implikasi dari penelitian ini adalah secara teoritis menunjukan bahwa perbaikan kinerja perusahaan yang menerapkan IFRS. Secra praktik menunjukan bahwa masih perlunya banyak penelitian mengenai penerapan IFRS di Indonesia agar diperoleh kesimpulan mengenai manfaat dan dampak negatif penerapan IFRS. Kata kunci: IFRS, value, akuntabel, dapat diperbandingkan, IFRS capabilit

    FOLKLORE ETNIK SERAWAI DI PROVINSI BENGKI]LU SEBAGAI BATIAN PEMBELAJARAN PENIDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA SEKOLAH DASAR

    Get PDF
    Kelompok etnik Serawai merupakan salah satu etnik yang terdapat di Provinsi Bengkulu. Kelompok etnik lainnya adalah Pasemah, Nasal, Mukomuko, Rejang, Lembak, dan Enggano. Kelompok etnik Serawai mendiami desa-desa dalam wilayah Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Selatan. Dewasa ini kelompok etnik Serawai mendiami wilayah Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Selatan, serta sebagian wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah. Selan itu sebagai pendatang, kelompok etnik Serawai dewasa ini mendiami beberapa desa di Kabupaten Kepahiang. Bahasa kelompok etnik Serawai termasuk ke dalam kelompok bahasa Melayu Tengah. Bahasa Serawai memiliki varian subdialek (atau beda wicara), yang ditandai dengan perbedaan bunyi /o/ dan /au/ pada akhir kata-kata dari etimon yang sama. Pembagian secara garis besar menunjukkan bahwa wilayah pemakaian dialek /o/ tersebar di desa-desa dalam kabupaten Seluma, sedangkan wilayah pemakaian dialek /au/ meliputi desa-desa dalam kabupaten Bengkulu Selatan. Sebagaimana etnik lainya di Indonesia, etnik Serawai memiliki folklore dalam berbagai tipe, seperti lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan. Pertama-tama adalah yang termasuk ke dalam kelompok folklore lisan, dikenal antara lain nandai atau andai-andai, guritan, serdundum atau kisah kejadian, sedingan, teka-teki, pantun, dan rejung. Nandai atau andai-nadai dapat diartikan cerita pada umumnya yang berbentuk prosa. Sementara itu guritan (kadang disebut juga nandai) berbeda dari cerita prosa umumnya (andai-andai) antara lain karena bentuknya. Guritan berbentuk prosa lirik, memiliki irama ketika dibawakan atau dikisahkan oleh tukang guritan dengan alat bantu gerigiak untuk menopang dagunya. Guritan mengisahkan lingkaran hidup. Prosa rakyat lainnya nandai Kancil, Biyawak Nebat baik dalam varian lisan maupun tulis, yakni dalam naskah beraksara Ulu, koleksi Museum Negeri Bengkulu bernomor MNB 07. 32 dan MNB 07.72 dan Buaya Kuning untuk kelompok fabel. Selanjutnya adalah puisi rakyat, mencakup antara lain teka-teki, pantun, dan rejung. Pantun mencakup berbagai macam jenis menurut isinya. Pantun biasanya disampaikan dalam berbagai kesempatan. Misalnya dalam pertunjukan seni dendang, yaitu pertunjukan berupa tarian yang dimainkan oleh laki-laki dewasa dalam jumlah banyak diringi musik rebana dan biola. Para penari mengenakan peralatan kain panjang, selendang, piring porselein, dan sapu tangan. Seni dendang biasanya dipentaskan dalam acara pernikahan. Selain pantun, ada rejung. Bentuk rejung mirip pantun, tetapi berbeda jumlah satuan sintaktiknya. Jika pantun terdiri dari 4 satuan sintaktik (baris), rejung terdiri dari 5 sampai 8 satuan sintaktik. Selain itu, rejung merupakan komposisi berpasangan: ada pernyataan dan ada jawaban yang merupakan satu kesatuan semantik. Perlu diketahui bahwa rejung merupakan bagian tidak terpisahkan dari pertunjukan tari adat. Adapun folklore sebagian lisan bisa kita dapati antara lain pantun dan rejung sebagaimana dicontohkan di atas karena selain ada unsur bahasa verbal ada juga unsur bunyi instrumen musik dan gerak tari sebagai satu kesatuan. Sebab, pantun lazim juga dilantunkan dalam seni dendang. Dalam konteks ini, ada unsur gerak (tarian) dan unsur bunyi lainnya (musik biola dan rebana) yang menyertai pengucapan pantun dalam irama atau lagu tertentu, di samping perlengkapan lain seperti sapu tangan dan selendang. Rejung dilantunkan secara bersahutan atau berbalasan oleh para penari dalam kesatuannya dengan tari setelah gerakan tertentu, yaitu gerakan nyengkeling. Di sini ada unsur-unsur gerak dan bunyi instrumen kelintang, gong, dan redab, dan juga ada perlengkapan lain berupa kipas. Pertunjukan sekujang termasuk ke dalam folklore sebagian lisan. Sekujang dipertunjukan untuk meradai atau meminta sesuatu dengan cara berkunjung dari rumah ke rumah, pada malam hari, hari kedua bulan Syawal. Rombongan, salah satu di antaranya adalah dukun, mengenakan kebaya dan topeng yang menye-rupai elang, beruang, harimau, babi, atau yang menyerupai hantu, bertongkat, membawa perlengkapan keranjang berisi tumbuhan obat dan sekapur sirih serta dilengkapi obor. Tetapi ada juga pantun-pantun yang hanya diucapkan menurut keadaan atau situasi tertentu, khususnya berkaitan dengan sikap tuan rumah terhadap mereka. Pantun-pantun jenis ini biasanya merupakan respon atau tanggapan atas sikap tuam rumah. Misalnya, jika tuan rumah pelit atau kikir, tidak memberi sedekah apa pun kepada rombongan sekujang, atau benda pemberian itu adalah benda-benda kurang berharga, maka rombongan akan mengucapkan pantun yang berisi sindiran kepada tuan rumah yang kikir itu. Termasuk ke dalam folklore sebagian lisan adalah ritus atau upacara tradisional, antara lain ngindun padi, kayiak beterang, nutup lubang, serta nyialang (mengambil madu lebah pada pohon sialang), mengingat adanya campuran unsur lisan dan bukan lisan. Dalam ritus tradisional yang dimaksud terdapat unsur bahasa lisan yang berupa doa-doa atau jampi atau pernyataan-pernyataan verbal, di samping adanya unsur benda-benda untuk sesaji dan peralatan ritus maupun adanya unsur gerak, misalnya mengelilingi pohon kelapa, atau memukul-mukul batang sialang. Rumah tradisional etnik Serawai dengan arsitekturnya merupakan folklore bukan lisan yang material. Ada bagian ruang yang disebut luan, ada bagian ru-mah yang disebut berugo, ada kamar (bilik) untuk gadis tetapi tidak untuk bujang, dan bagian-bagian lain dengan fungsi sosial yang tertentu, memperlihatkan bahwa rumah mengandung ciri-ciri folklore. Ada tengkiyang (lumbung padi) yang posi- sinya tertentu terhadap rumah tinggal, dan ada juga langgar (tempat menyimpan pusaka) yang tempatnya juga tertentu, biasanya hanya terdapat dalam desa induk dan letaknya di tengah-tengah desa. Luan biasanya digunakan untuk tempat belangsungnya perhelatan penting, seperti melamar, dan mempertunjukan guritan. Dalam perhelatan penting itu, hanya orang yang memiliki hubungan kekerabatan tertentu dengan tuan rumah dan status sosial tertentu dalam masyarakatnya yang boleh duduk di ruang luan itu, sementara yang lainya di ruangan lain. Juga ada ruang yang otoritas perempuan lebih dominan dibanding laki-laki. Semua itu berkaitan dengan fungsi sosial rumah dan bagian-bagiannya dan memperlihatkan ciri folklore. Naskah (manuscripts) beraksara Ulu termasuk ke dalam folklore bukan lisan. Naskah-naskah Ulu Serawai umumnya tidak berkolofon yang memuat identitas penulisnya, dan dengan demikian bersifat anonim. Sejauh yang kami ketahui, teksteks tulis Ulu bersumber dari teks-teks lisan. Terdapat cukup banyak bukti yang memperlihatkan bahwa naskah-naskah Ulu diturunkan dari sumber lisan. Teks rejung yang tertulis dalam naskah MNB 07.18 (Museum Negeri Bengkulu) dapat dipastikan diturunkan dari sumber lisan, sebagai satu varian dari teks rejung. Contoh lain yang memperlihatkan bahwa teks-teks yang tertulis dalam naskah Ulu juga teks-teks yang terdapat dalam tradisi lisan dan/atau dalam ritus tradisional, dapat disimak dari teks serdundum. Teks serdundum adalah teks yang dibacakan atau dibawakan oleh dukun ketika mempertemukan mempelai pria dan wanita dalam rangkaian pernikahan menurut adat etnik Serawai. Sementara itu, naskah L.Or. 5447 (Perpustakaan Universitas Leiden) juga teks serdundum yang mengisahkan terjadinya alam semesta (bumi langit, laut, angin, gunung, tumbuhan, hewan), termasuk terjadinya manusia (Adam). Dalam L.Or. 5447 dikisahkan bahwa semesta dan isinya terjadi dari telur sembilan ruang yang dierami burung. Selama penelitian ini, terkumpul sekitar 40 (empat puluh) folklore lisan, yang mencakupi berbagai kategori atau kelompok, yaitu puisi rakyat dan prosa rakyat. Yang tergolong puisi rakyat antara lain rejung, pantun, rimbaian, dan teka-teki. Adapun yang termasuk ke dalam prosa rakyat, meliputi cerita binatang (misalnya Sang Kancil, Buaya Kuning, dan Biawak Nebat, Nandai Kucing Keciak, sera Kugho ngan Beghuak, di samping dongeng (seperti Gak Gerugak, Sang Beteri dan Degenam Enam), legenda (seperti Puyang Alun Segaro), dan Mite (seperti Asal Mulo Medu dan Rajo Bujang). Dari sejumlah folklore lisan yang terkumpul itu, kami akan memilih dengan mempertimbangkannya berdasarkan aspek ukuran teks, bahasa, da topik atau tema folklore agar memiliki kesesuaian dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Berdasarkankriteria tersebut, kami menetapkan 14 (empat belas) prosa rakyat yang mencakup kisah mite, legenda, dan dongeng, serta cerita binatang. Selanjutnya terpilih 35 (tiga puluh lima) bait pantun dan 20 (dua puluh) pasang rejung. Keseluruhannya akan kami satukan dan kami sajikan dalam buku kumpulan folklore kelompok etnik Serawai

    Developing Sub-wavelength Sound Absorber Based on Coiled Up Tube Resonator

    Get PDF
    Sub-wavelength sound absorbers are attractive for dealing with noise control at low-frequency (long-wavelength) sounds. To be efficient in absorbing the sound energy, resonator based absorbers are preferable over fibrous porous ones. In this paper, a coiling up space approach is introduced to a tube resonator system in order to realize a sub-wavelength absorber structure. In this way, the air channel of the tube resonator is a coplanar coiled up channel rather than a straight channel as found in conventional tube resonators. The effect of the geometrical properties of the aperture and the air channel were studied further to look at their relationship to impedance mismatch, which coiling up systems typically suffer from. It was found that the proposed approach could realize a sub-wavelength absorber system up to 1/32 wavelength of peak sound absorption. Selection of the shape and dimensions of the aperture must be done with great care as indicated by the measurement results. Moreover, the behavior of the coiled up tube resonator deviates from that of the straight tube as the reflection factor is increased, although the target resonance frequency is close to the target. It was also found that a squared aperture shape as well as increasing the cavity thickness is useful to deal with impedance mismatch

    Pengaruh Kitosan Dan Trichoderma SP. Terhadap Keparahan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum Capsici (Syd.) Butl. Et Bisby) Pada Buah Cabai (Capsicum Annuum L.)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kitosan dan Trichoderma sp. terhadap keparahan penyakit antraknosa (C. capsici) pada buah cabai (C. annuum L.). Hipotesis yang diajukan ialah bahwa aplikasi kitosan dan Trichoderma sp. dapat menekan keparahan penyakit antraknosa pada buah cabai, terdapat perbedaan pengaruh antara perlakuan kitosan, dan Trichoderma sp. terhadap keparahan penyakit antraknosa pada buah cabai, dan kitosan tidak berbeda jauh dengan fungisida berbahan aktif kaptan dalam menekan keparahan penyakit antraknosa pada buah cabai. Penelitian inidilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Mei hingga Agustus 2012. Percobaan ini terdiri atas 5 perlakuan, yaitu kontrol (P1), kitosan (P2), kitosan+Trichoderma sp. (P3), Trichoderma sp. (P4), dan fungisida berbahan aktif kaptan (P5). Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan masing-masing perlakuan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam kemudian untuk melihat perbedaan antar perlakuan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan, kitosan+Trichoderma sp. dan fungisida sintetis berbahan aktif kaptan dapat menekan keparahan penyakit antraknosa pada buah cabai. Trichoderma sp. saja tidak dapat menekan keparahan penyakit antraknosa pada buah cabai, dan pengaruh kitosan dalam menekan keparahan penyakit antraknosa pada buah cabai sebanding dengan fungisida sintetis berbahan aktif kaptan

    Designing Urban Soundscape for Various Activities based on Soundscape Expectation

    Get PDF
    The concept of soundscape aims to provide a more holistic understanding of the acoustic environment by taking several aspects into account, such as human perception, the acoustic environment and the context of the space. The soundscape concept is primarily concerned with the human experience and is considered more effective to access the acoustic quality of urban areas than traditional sound measurement. Soundscape analysis was used in this study to determine the relationship between various activities occurring in urban areas and their associated sound sources. This relationship can be used as design guidance for urban soundscape. The interaction was analyzed using the soundscape expectation approach, which is based on people’s memories of urban areas. The participants of this study were requested to compose an ideal acoustic environment according to their expectation for doing four activities: reading, relaxing, talking with friends, and playing with children. According to the data of the participants’ composition there is no significant difference in the overall sound levels between various activities. As a result, the appropriate acoustic environment cannot be determined solely based on the overall sound level. Individuals have varying expectations of sound sources when engaging in various activities

    Designing Urban Soundscape for Various Activities based on Soundscape Expectation

    Get PDF
    The concept of soundscape aims to provide a more holistic understanding of the acoustic environment by taking several aspects into account, such as human perception, the acoustic environment and the context of the space. The soundscape concept is primarily concerned with the human experience and is considered more effective to access the acoustic quality of urban areas than traditional sound measurement. Soundscape analysis was used in this study to determine the relationship between various activities occurring in urban areas and their associated sound sources. This relationship can be used as design guidance for urban soundscape. The interaction was analyzed using the soundscape expectation approach, which is based on people’s memories of urban areas. The participants of this study were requested to compose an ideal acoustic environment according to their expectation for doing four activities: reading, relaxing, talking with friends, and playing with children. According to the data of the participants’ composition there is no significant difference in the overall sound levels between various activities. As a result, the appropriate acoustic environment cannot be determined solely based on the overall sound level. Individuals have varying expectations of sound sources when engaging in various activities

    STUDI LITERATUR TENTANG PENERAPAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS) PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2011 (Studi Kasus pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan Bank Central Asia Tbk)

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjawab pertanyaan mengenai; 1) Kendala yangdihadapai dalam proses adopsi IFRS di Indonesia. 2) Manfaat bisnis yang didapatkan oleh perusahaan publik dalam menerapkan IFRS, 3) Dampak Positif apa yang diperoleh perusahaan setelah mengadopsi IFRS.Dalam penelitian ini menggunakan metode deksriptif kualitatif, melalui metode ini diharapkan didapatkan hasil yang dapat menggabarkan secara jelas dari tujuan penelitian. Data diperoleh melalui data sekunder berupa archival report dan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling agar diperoleh sampel penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Serta studi kepustakaan dalam mengumpulkan data. Melalui triangulasi sumber data diharapkan data yang diperoleh lebih beragam dan lebih meyakinkan untuk mendapatkan kesimpulan sementara.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa; 1) kendala dalam adopsi IFRS di Indonesia adalah; (A) Kurang siapnya SDM  (B) Kelemahan proses transliterasi bahasa Inggris dalam standar IFRS ke dalam Bahasa Indonesia (C) Biaya yang mahal. 2) manfaat bisnis penerapan IFRS bagi perusahaan publik adalah; (A) Akses kependanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global. (B) Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar, (C) Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif, (D) Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance sheet approach dan fair value, (E)Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management ), (F) Penggunaan off balance sheet semakin terbatas. 3) dampak positif setelah penerapan IFRS bagi perusahaan adalah membaiknya kinerja laporan keuangan mereka.Implikasi dari penelitian ini adalah secara teoritis menunjukan bahwa perbaikan kinerja perusahaan yang menerapkan IFRS. Secara praktik menunjukan bahwa masih perlunya banyak penelitian mengenai penerapan IFRS di Indonesia agar diperoleh kesimpulan mengenai manfaat dan dampak negatif penerapan IFRS.Kata kunci: IFRS, value, akuntabel, dapat diperbandingkan, IFRS capability ABSTRACTThis study aimed to understand and answer of the writer questions about; 1)  the obstacles in conducting the IFRS adoption process, 2) the business benefits for public company to adopt the IFRS standards, 3)the positive result after adopting IFRS. This study was conducted with descriptive qualitative method. Data was collected from second source. Sample was taken with purposive sampling method. And literature study to collect the data. Triangulation data source for validating the data. The results of this study indicates that; 1) the obstacles in conducting the IFRS adoption process were (A) the resources was not unprepared for the standards (B)weakness in in translating from IFRS to Bahasa Indonesia  (C)  high cost. 2) the business benefits in adopting IFRS were (A) there were a lot of chance to international funding, (B) increasing the financial report because of fair value using, (C) the financial performance will be more fluctuating because based from the market, (D) Smoothing income will be more difficult because of balance sheet approach and fair value using, (E) limited in using off balance sheet, (F) the financial report comparability will be up because of professional judgment. 3) positive result after adopting IFRS was improve the financial report performance. The implication from this research was to ensure that the IFRS adoption will be give the better result for the financial report performance and the other hand the research in this study has to be increase to get the answer about positive and negative impact in adopting IFRS.Keywords: IFRS, value, accountable, comparable, IFRS capabilit

    BEGADISAN SOCIAL INSTITUTION IN ETHNIC GROUPS IN BENGKULU: PAST TIME AND PRESENT TIME

    Get PDF
    Begadisan  is a social event that institutionalizes between bachelor (bujang) and maiden (gadis) in order to find a girlfriend or future wife/husband. Such activities were found in all ethnic groups in Bengkulu Province, such as Pasemah, Serawai, Lembak, and Rejang. It happened at night at the maiden’s house. This activity is based on knowledge that is socially understood together, generally applicable, and socially binding. In practice, this happened several times, consisting of standard stages, until an agreement between the two parties, single and girl, was fulfilled. Today, the social events of begadisan have indicated changes both at the practical level and at the ideological level. Based on the survey that we conducted in a number of regions, it seems that this change was caused by among others (1) the decreasing intensity of transmission and the transformation of cultural knowledge from the older generation to the younger generation, in line with the decline in social-traditional practices due to various constraints, (2) the education availability for all social strata and the social isolation as well, and communication technology that has provided 'unlimited' convenience and breadth among young people to achieve various sosial goals, (3) decreased appreciation and pride of socio-cultural konowledge and practices among the young people because of the change in cultural orientation. Keywords: begadisan, bengkulu, social institution, social chang

    The Implementation of Soundscape Composition to Identify the Ideal Soundscape for Various Activities

    Get PDF
    Soundscapes are affected by several factors and one of them is the activities done in the space concerned. People expect different acoustic environments for different activities, but there is no specific guidance for designing an ideal acoustic environment for different activities. This study aimed to identify ideal urban acoustic environments for four different activities: reading, relaxing, talking with friends, and playing with children. The ideal acoustic environment was evaluated using the soundscape composition concept. The concept was implemented by an acoustic environment simulator that enabled the respondents to compose their ideal acoustic environment and identify the perception of their composition. The sound source selection and perception rating were analyzed to understand the ideal acoustic environment and perception for different activities. This study identified the ideal soundscapes for four different activities and the perception expected to be present in the ideal environments for those activities. The result can be beneficial as guidance for urban soundscape design

    MAKNA NAMPUN KULE DALAM ADAT PERNIKAHAN SUKU PASEMAH

    Get PDF
    Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan makna nampun kule dalam adat pernikahan suku Pasemah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan Metode penelitian kualitatif etnografi. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat prinsip-prinsip dalam kajian etnografi dan menekankan pada penafsiran tentang fenomena kebudayaan masyarakat tertentu. Hasil dari penelitian ini sebagai berikut: tradisi nampu kule merupakan  simbol bagi pasangan bujang dan gadis calon pengantin yang akan melaksanakan akad pernikahan yang bertujuan untuk mempersatukan keluarga kedua belah pihak melalui musyawarah sampai ada kesepakatan dari sejak mereka akan menikah sampai nantinya menjadi sepasang suami istri. Tradisi nampun kule dilaksanakan dengan tahapan (1) nuei rasan (2) ngalih tutughan (3) nentukan kekendakan (4) perundingan terakhir (5) Ijab Kabul (6) bimbang. Dari aspek makna hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara keseluruhan teks pantun dalam nampun kule memiliki makna pengharapan sekaligus ungkapan perasaan sukacita dari keluarga kedua belah pihak yang akan segera mempunyai ikatan keluarga melalui perkawinan, dan unsur-unsur dalam nampun kule memberikan pemaknaan berbeda yang membentuk sebuah tatanan adat yang masih dipertahankan di masyarakat suku Pasemah. Nampun kule pada masyarakat Pasemah memiliki fungsi sebagai sarana untuk mempersatukan antara keluarga pihak bujang dan pihak gadis dengan melalui musyawarah sampai ada kesepakatan dengan rangkaian adat yang sudah ditentukan
    corecore