64 research outputs found
PEREMPUAN PESISIR DALAM KESENIAN KUDA KEPANG TRI TUNGGAL JAYA LEMPUING KOTA BENGKULU
Kuda kepang merupakan salah satu produk kesenian tradisional masyarakat Jawa. Kuda kepang juga sering disebut kuda Lumping, jathilan, jarang kepang, eblek, jarang goyang, dan mungkin masih ada istilah lainnya. Untuk masyarakat Sumatera khususnya Bengkulu, lebih popular dengan sebutan kuda kepang. Bentuk awalnya Kuda kepang merupakan sebuah tarian yang sederhana, tidak memerlukan keahlian dalam olah tari maupun olah musik. Demikian juga dengan kostum dan tata riasnya.Properti yang dipakainya pun sederhana, berupa kuda-kudaan yang terbuat dari bilahan bambu (kepang) yang berbentuk seperti kuda. Oleh karena itulah kemudian lebih popular dengan nama “kuda kepang”. Musik pengiringnya juga sederhana, yaitu hanya terdiri atas, gong dua buah, kenong dua buah, kendang, dan terompet. Para penarinya pun semula dilakukan oleh oleh kaum laki-laki saja. Kemudian dalam perkembangannya, para penarinya sudah banyak di dominasi kaum perempuan. Para perempuan pesisir ini pada mulanya hanya sebagai penggembira – penonton pasif dalam setiap pertunjukan Kuda Kepang. Tetapi seiring dengan dinamika zaman, kaum perempuan mulai bergabung dalam kesenian Kuda Kepang Tri Tunggal Jaya. Sebagian dari mereka ada yang ikut ambil bagian sebagai tukang masak, tukang cuci pakaian (kostum), bagian perlengkapan, dan lain sebagainya. Persisnya sejak kapan kaum perempuan bergabung dalam kesenian Kuda Kepang sulit dipastikan
PERAN MODAL SOSIAL DALAM PELAKSANAAN DANA DESA DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN AIR PERIUK KABUPATEN SELUMA
Penelitian ini bertujuan untuk menemukenali tentang modal sosial yang ada di masyarakat Desa Sukamaju berperan dalam melancarkan program Dana Desa sebagai proyek yang ditujukan untuk mereduksi kemiskinan yang ada pada masyarakat Desa. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa modal sosial telah berperan sebagai bonding perekat dalam menjembatani terlaksananya program pembangunan desa melalui dana desa yang diperoleh dari APBN, terlihat dari kegiatan yang diselenggarakan berjalan sesuai dengan aspirasi dari masyarakat desa. Namun demikian modal sosial berperan negatif dalam menjaga keberlanjutan program BunDes, yaitu ada keengganan untuk memberikan sanksi pada debitur yang macet. Selain juga program pemberdayaan belum sepenuhnya berjalan sebagaimana mestinya. Ketergantungan pada dana desa menjadi penentu berjalan program. Hal ini dikarenakan pemahaman tentang konsep pemberdayaan yang sempit dari perangkat desa. Pemberdayaan diidentikkan dengan bantuan dana
Community powerlessness in preventing covid 19
This study aims to describe and analyze how people's helplessness in preventing the spread of covid 19. The theory used is based on the thoughts of Solomon (1976) who stated that helplessness occurs from factors related to the inability to control emotions and negative judgments, as well as knowledge and skills in people exposed to covid 19. This research uses a qualitative descriptive method, with a case study strategy. While data collection uses several techniques, namely interviews, group discussions, observations and docuitation studies. The results showed that people's helplessness in preventing Covid-19 was caused by the inability to control emotions caused by the disease they experienced. This condition has an impact on decreasing the immunity of covid 19 sufferers. This is exacerbated by the inferiority complex caused by exposure to Covid 19. So covid 19 sufferers avoid hospital treatment. Likewise, limitations on knowledge and skills in preventing Covid 19. Impact on the avoidance of health care provided by hospitals. Those who suffer from covid 19 tend to isolate themselves more, staying home not carrying out activities outside the home, but in an open home environment. This condition causes people's helplessness in preventing exposure to covid 19
PERUBAHAN SOSIAL PADA PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PENYEDIAAN PRASARANA FISIK
Tulisan ini didasarkan atas studi kasus proyek pembangunan bendung di sebuah desa di kabupaten
Indramayu (Jawa Barat). Komunitas di desa ini memiliki masalah yaitu belum tersedianya bendung permanen
yang mereka butuhkan untuk menambah masa tanam padi tiap tahun. Pola pembangunan sentralistis dan
pendekatan top-down yang selama ini dijalankan telah menciptakan ketergantungan pada pemerintah dalam
penyediaan prasarana fisik. Komunitas tidak dapat memecahkan masalah tersebut karena kelembagaan desa
tidak mampu menggalang partisipasi dan swadaya warga. Ketidakmampuan komunitas dalam memecahkan
masalah bersama membutuhkan kesadaran untuk melakukan perubahan melalui aksi bersama.
Untuk meningkatkan kemampuan berorganisasi dan mengelola pembangunan, komunitas dibantu oleh
pendamping komunitas. Komunitas diberi otonomi untuk menyalurkan aspirasinya secara demokratis dalam
kegiatan perencanaan dan menjadi pelaku utama pembangunan. Panitia pembangunan bendung yang dibentuk
dipilih dari seluruh elemen komunitas. Kinerja panitia ini diawasi dan dipertanggungjawabkan pada anggota
komunitas. Proses-proses tersebut menimbulkan tingginya perhatian dan rasa memiliki dari komunitas. Mereka
secara antusias dan sukarela mau berpartisipasi dengan tingkat swadaya yang tinggi. Dalam keseluruhan aksi
sosial ini terjadi proses katalis yang mengarahkan dan mempercepat terjadinya perubahan persepsi dan
tanggapan masyarakat terhadap proyek penyediaan prasarana fisik.
Melalui strategi edukatif dan persuasif norma sosial yang ada dirubah menjadi mandiri, demokratis,
transparan, dan terbuka. Pada institusi sosial terjadi perubahan yaitu pemerintah desa menjadi lebih
koordinatif, demokratis, dan mandiri. Adanya perubahan peran pada aktor pembangunan menyebabkan
berubahnya pengaruh stratifikasi sosial. Status pemimpin formal menurun sedang status pemimpin informal
dan warga biasa meningkat. Dengan adanya perubahan sosial tersebut komunitas menjadi mampu
menanggulangi masalah prasarana fisik mereka sehingga dapat mengatasi masalah mereka
MASALAH ETNISITAS DAN TATA RUANG DI INDONESIA
Wacana tentang keberadaan emis dalam tata ruang merupakan suatu hal yang masih langka.
Namun, dari beberapa sumber di kota-kota di negara-negara Eropa menunjukkan adanya
perhatian pada masalah ini. Sebagaimana diketahui. kota-kota yang berkembang di Eropa Baral
dilatarbelakangi dengan industrialisasi yang membawa konsekuensi pada kebutuhan tenaga kerja
asing, yang berasal dari negara lain.Berbeda dengan Indonesia, kota-kota besar di Indonesia lebih
banyak menarik perhatian penduduk berbagai wilayah. Sebaliknya, beberapa wilayah pedesaan di
luar Jawa juga dijadikan tempat sebagai wilayah transmigrasi dari Jawa dan Bali. Akibatnya.
kontak budaya antara penduduk asli dengan pendatang tidak dapat dihindarkan. Demikian pula
konsekuensi secara spasial
Pengaruh Penggunaan Amilum Singkong Pregelatinasi Sebagai Bahan Penghancur Terhadap Sifat Fisik Tablet Aspirin
Disintegrant is added to most tablet formulation to facilitate a breakup or disintegration of the tablet when it contact with water in the gastrointestinal tract. The aim of this research was to know the influence of use pregelatinized tapioca starch as disintegrants on physical characteristic of aspirin tablets. Sixth formulas of aspirin tablets were made by disintegrants concentration different are three formulas use pregelatinized tapioca starch by concentration F1 5%, F2 10% dan F3 15% and the others three formulas use tapioca starch by concentration is same with pregelatinized tapioca starch. Tablets were made by direct compression method. The tablets produced were tested physical characteristic (fluidity of granule, uniformity of weight, tablets hardness, friability and disintegration time). The result of research showed that pregelatinized tapioca starch yield physical characteristic of tablets fluidity of granule quicker, tablet hardness higher, friability smaller and disintegration time longer compared to tapioca starch.
Keywords: Aspirin, Pregelatinized Tapioca Starch, Disintegrant
Pengaruh Penambahan Sodium Lauril Sulfat (Sls) Sebagai Surfaktan Terhadap Sifat Fisik Dan Uji Disolusi Tablet Ketoprofen
Ketoprofen (acid 2-(3-benzoilfenil) propanoat) was derivated of propionat acid which has analgesic, antipyretic, and anti-inflammatory with poor solubillity in water. This research allowed to increase the dissolution rate of ketoprofen tablets and effect on the physical characteristic by adding sodium lauril sulfat as surfactant. Sodium lauryl sulfat is a surfactant that can be used to improve wetting and dissolution rate. This study was done with make four formula of ketoprofen tablets by different concentration of sodium lauryl sulfat (0%, 0,5%, 1%, and 1,5%) as a wetting agent. Ketoprofen without sodium lauryl sulfat was used as control. The tablets were made by wet granulation method. Tablet produced were tested for the physical characterisation (uniformity of weight, and hardness, friability, and disintegration time tablet) and dissolution test. The dissolution test were done by using pedal method with dissolution buffer of phosphate buffer pH 7,2 with spinning rate of 100 rpm in the temperature 37±0,5ºC for 60 minutes. The parameter used in this research is Dissolution Efficiency or DE30 (%). Data gained then analyzed statistically by using one way Analysis of Variance (ANOVA) and LSD (Least Significant Difference). The result showed the data have signifficant differences at the confidence of 95% The result of this study indicate that the addition of sodium lauryl sulfate had not effects on hardness, fragility and weight uniformity of tablets, but it has effect on the disintegration time. By adding more sodium lauryl sulfat, the disintegration time and the dissolution rate were greater. The percentage of ketoprofen dissolved after 30th minute, for formula I, II, III and IV respectively were 14,64% ; 29,66% ; 32,06% ; 35,81%.
Key words: sodium lauryl sulfate, tablet, ketoprofen, dissolutio
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK OLEH MAHASISWA S-1 FARMASI PADA PERGURUAN TINGGI DI KOTA PADANG
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Salah satu faktor yang sangat berperan dalam peningkatan resistensi antibiotik adalah pengetahuan. Hasil suatu studi menunjukkan bahwa mahasiswa kesehatan lebih memahami penggunaan antibiotik dibandingkan dengan mahasiswa bukan kesehatan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengetahuan mahasiswa farmasi tentang antibiotik dan kaitannya dengan sikap dan tindakan mahasiswa terhadap penggunaan antibiotik. Telah dilakukan penelitian terkait pengetahuan tentang antibiotik di perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) S-1 Farmasi di Kota Padang. Penelitian dilakukan dengan metoda Survei Eksplanatif menggunakan kuisioner. Data dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa terhadap antibiotik dikategori sedang (48,5 %). Sikap mahasiswa terhadap penggunaan antibiotik menunjukkan sikap positif (49,1 %) dan sikap negatif (50,9 %), sedangkan tindakan mahasiswa terhadap penggunaan antibiotik menunjukkan nilai positif (53,7 %) dan tindakan negatif (46,3 %). Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan mahasiswa adalah tahun kuliah dan umur (p 0,05).
Kata Kunci : Antibiotik, pengetahuan, sikap, tindakan, mahasiswa farmas
ANALISIS ANATOMI AKAR TUMBUHAN KI URAT (Plantago major L) BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT
Setiap lingkungan dengan ketinggian tertentu dari atas permukaan laut
memiliki faktor lingkungan yang berbeda-beda. Ki Urat (Plantago major L)
merupakan tumbuhan yang hidup kosmopolitan sehingga memiliki kisaran
toleransi yang luas terhadap lingkungan. Tumbuhan harus mampu melakukan
adaptasi terhadap lingkungannya agar dapat bertahan hidup. Kemampuan adaptasi
dari tumbuhan terdiri dari adaptasi morfologi, anatomi dan fisiologi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi terkait plastisitas anatomi akar
tumbuhan Ki Urat yang dipengaruhi oleh ketinggian. Pengambilan sampel dengan
teknik purposive sampling yaitu dengan mengambil tumbuhan Ki Urat yang sudah
berbunga. Lokasi pengambilan sampel yaitu pada ketinggian 200 mdpl (meter di
atas permukaan laut), 400 mdpl , 600 mdpl, 800 mdpl, dan 1000 mdpl. Sel pada
akar Ki Urat diukur panjang dan lebarnya. Sel yang diukur meliputi sel penyusun
jaringan epidermis, korteks, endodermis, xylem dan floem yang setiap
jaringannya diukur sebanyak lima sel secara acak. Hasil penelitian menunjukan
data yang fluktuatif. Dimana Tumbuhan Ki Urat yang tumbuh pada ketinggian
600 mdpl memiliki kecenderungan variasi anatomi yang lebih tinggi. Sedangkan
kecenderungan dengan variasai anatomi terendah pada ketinggian 400 mdpl. Iklim
mikro merupakan penyebab aktual terjadinya perubahan ukuran pada tingkat sel
dari setiap jaringan tumbuhan Ki Urat yang tumbuh dari ketinggian 200 mdpl
hingga 1000 mdpl. Faktor lingkungan tersebut dantaranya kelembaban tanah, pH
tanah, material organic tanah dan suhu tanah.
Kata Kunci: Anatomi akar, Ketinggian tempat, Adaptasi, Plantago major L
- …