27 research outputs found
The Influence Of Propolis Giving To The Guppy Fish Sex Reversal (Poecilia Reticulata) Soaking Method With Broodstock
The purpose of this study was to determine the effect of propolis on the sex reversal of Guppy fish (Poecilia reticulata) with broodstock immersion method in a range of 24 hours and a different dose. This study was conducted over 80 days, performed at the Laboratory of Fish Hatchery and Breeding, Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau. The experimental design used was a completely randomized design (CRD) with 1 factor of 4 treatments and 3 replications the P0 treatment (control), treatment P1 (0.2 ml), treatment P2 (0.4 ml) and P3 treatment (0.6 ml). The variables measured were Survival (SR), Briefing Gender Male, Weight Absolute Growth, Growth Absolute length and Growth Daily. The results showed that the direction of the male gender is the highest in the P2 treatment (0.4 ml) with the percentage of males was 72%, survival rate (SR) were highest in treatment P3 (85%) at a dose of 0.6 ml, where as growth absolute weight of 0.27 grams (P0), the absolute growth in length by 2.87 cm (P0 and P1) and daily weight growth rate of 2.84% (P0)
Morphological adaptation in an energy efficient vibration-based robot
Morphological computation is a concept relevant to robots made of soft and elastic materials. It states that robot's rich dynamics can be exploited to generate desirable behaviors, which can be altered when their morphology is adapted accordingly. This paper presents a low-cost robot made of elastic curved beam driven by a motor, with morphological computation and adaptation ability. Simply by changing robot's shape and the rotating frequency of the motor that vibrates the robot's body, the robot is able to shift its behavior from showing a tendency to slide when it needs to perform tasks like going under confined space, to have more tendency to hop diagonally forward when the robot stands upright. It will also be shown that based on the proposed mechanism, the energy efficiency of the robot locomotion can be maximized
Kajian Arsitektur Vernakular pada Bangunan di Kampung Mahmud
Kampung Mahmud is one of the villages in Indonesia. Normally an indigenous village generally have distinctive features and special rules one of them is building. The building was established following the climate, culture, environment and materials, religion/beliefs, tradition law, science and technology at the time. Based on these, so Kampung Mahmud can be regarded as a vernacular village. Simplicity that highlighted of building be a characterize of building typology which existing in Kampung Mahmud. Nowadays building typologi in Kampung Mahmud has changes a lot started with the times. By qualitative research methods, survey, observations and interviews with relevant parties, obtained aspects that influence the development of the alteration building typology in Kampung Mahmud
Fractional diffusion equation for an n-dimensional correlated Lévy walk.
Lévy walks define a fundamental concept in random walk theory that allows one to model diffusive spreading faster than Brownian motion. They have many applications across different disciplines. However, so far the derivation of a diffusion equation for an n-dimensional correlated Lévy walk remained elusive. Starting from a fractional Klein-Kramers equation here we use a moment method combined with a Cattaneo approximation to derive a fractional diffusion equation for superdiffusive short-range auto-correlated Lévy walks in the large time limit, and we solve it. Our derivation discloses different dynamical mechanisms leading to correlated Lévy walk diffusion in terms of quantities that can be measured experimentally
Pembagian Kerja Internasional yang Baru Sebagai Faktor Pengembangkan Wilayah
New International Division of Labor theory, introduced by Frobel, Heinrichs and Kreye in 1980, proposed that there is a qualitative shift in the nature of North-South relation in political economy. South is no longer a mere provider of raw material for North industries. Some parts of industrial processes, particularly those labor-oriented and use simple technologies, are relocated to South. It makes South becomes industrialized, although only caused by its cheap labor cost. Regions with abundant supply of cheap and docile labor, good harbor and other infrastructures become the favored location of these industries. As it usually coincides with national metropolis, increased regional inequalities are unavoidable. Due to telecommunication and Internet development, again, there is a qualitative shift in North-South economic relation. Practically all jobs that can be transmitted via Internet or telephone can be done in South who has lower salaries for the same quality work in North. It brings considerable local or regional economic development in some particular South countries.Keywords: New International Division of Labor, North-South, regional inequalities
Karakteristik Angin Zonal Dan Meridional Di Indonesia
Keluaran model area terbatas DARLAM (Division of Atmospheric Research Limited Area Model) CSIRO yang dibahas pada makalah ini adalah berupa hasil simulasi rata-rata bulanan angin zonal dan meridional di Biak dan Pangkal Pinang untuk periode waktu 1991 - 1998. Hasil simulasi pada ketinggian 16 km ke atas menunjukkan indikasi Quasi-Biennial Oscillation (QBO) untuk angin zonal di atas Biak dan Pangkal Pinang, terkait dengan posisi matahari. Sedangkan angin meridional tidak mempunyai pola tertentu, dan tidak terlihat pengaruh posisi matahari. Sementara untuk data real dalam variasi interannual angin zonal di Biak telah diketahui indikasi QBO-nya dengan panjang 28 bulan. Variasi musim pada angin zonal di atas Biak dan. Pangkal Pinang yang dominan adalah easterly (Januari-Pebruari dan Juli-Agustus) dengan angin semi-annual oscillation, sedangkan untuk angin meridional dengan annual oscillation. Hasil running model dan data real untuk angin zonal menunjukkan pola yang sama.Hlm. 1-
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DAN KRISTEN PADA SMA YANG BERBASIS AGAMA DI KOTA YOGYAKARTA
ADE NURZAMAN, Bimbingan dan Konseling Islam dan Kristen pada SMA Berbasis Agama di Kota Yogyakarta, Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017. Pembimbing: Dr. Casmini, M. Si. Keberadaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah tidak hanya memberikan bantuan pada individu atau kelompok yang mengalami problem kesulitan belajar atau karier, lebih dari itu bimbingan dan konseling juga memberi bantuan terkait mental spiritual dan Keagamaan peserta didik, baik itu pada Sekolah yang berbasis Agama maupun tidak. Bimbingan dan konseling Agama memandang bahwa problem hidup konseli pada hakikatnya adalah problem kepribadian yang berkaitan dengan faktor keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa. Problem demikian akan dapat diatasi dengan melalui proses pendalaman hidup keberagamaan yang intens yang bermuara pada pertolongan penyembuhan dari Tuhan yang Maha Esa yang diyakininya. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling Agama pada SMA yang berbasis Agama di Kota Yogyakarta. (2) Untuk mengetahui bagaimana pola dan bentuk pelayanan BK di sekolah berbasis Agama. (3) Untuk mengetahui hambatan dan dukungan apa saja yang ada dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling agama di SMA yang Berbasis Agama di Kota Yogyakarta. (4) Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan pelaksanaan bimbingan dan konseling Agama di SMA yang Berbasis Agama di Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Wawancara dengan pihak Sekolah berbasis Islam dan berbasis Kristen (Katolik). Dokumentasi sebagai pelengkap dari data yang diperoleh untuk kemudian di analisis. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan bimbingan dan konseling baik di SMA PIRI 1 maupun di SMA Stella Duce 2 secara umum relatif efektif dan berjalan lancar. Adapun faktor keberhasilan tersebut disebabkan atas: (1) Pelaksanaan bimbingan dan konseling Agama di SMA Stella Duce 2 cenderung hampir tidak diakui atau lebih menggunakan konsep BK pada umumnya, sedangkan di SMA PIRI 1 lebih terbuka dalam memasukkan nilai-nilai keagamaan. (2) Asesmen kebutuhan siswa SMA PIRI 1 menggunakan dua instrumen yaitu Daftar Cek Masalah (DCM) dan Inventori Tugas Perkembangan (ITP) sementara SMA Stella Duce 2 cukup dengan observasi dan wawancara. (3) Guru BK SMA PIRI 1 tidak terjadwal untuk masuk kelas dalam arti sesuai kebutuhan Siswa, sementara di SMA Stella Duce 2 Guru BK di jadwalkan untuk masuk kelas untuk kelas XI dan XII. (4) Tahap evaluasi, SMA PIRI 1 sudah secara lengkap menjalankan evaluasi tertulis baik harian maupun tahunan. Sementara SMA Stella Duce 2 melaksanakan Evaluasi hanya pada konseling pribadi secara manual. (5) Kompetensi Konselor, SMA PIRI 1 hanya memiliki satu orang Guru BK namun dengan latar belakang keagamaan yang baik, sementara SMA Stella Duce 2 meskipun latar belakang keagamaannya cukup baik tapi didukung dengan pengalaman dan kerja tim yang baik yang berjumlah tiga orang