41 research outputs found

    MONOCYTE LYMPHOCYTE RATIO IN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (HASIL TURNITIN)

    Get PDF

    B- Acute Lymphoblastic Leukemia L2 In Second Trimester of Pregnancy

    Get PDF
    Background: Acute lymphoblastic leukemia (ALL) in adults tends to have a poor prognosis and even more challenging to treat during pregnancy due to the mother and the fetus’s safety issue. Despite commonly found in 2nd and 3rd trimester, ALL found during 2nd trimester needs more comprehensive management on maintaining the pregnancy while chemotherapy cannot be delayed.Case Presentation: A 36-year-old woman at 27 weeks of gestation visited the hospital with multiple cervical lymphadenopathy and major weight loss for the last six months. Bicytopenia with leukocytosis is found, along with an increase in LDH, Ferritin, and low albumin level. Bone marrow biopsy had confirmed the diagnosis of ALL-L2. Positive immunophenotyping results on HLA-DR, CD10, CD19, CD20, which support the lymphoid Line-B subtype. The patient was treated with Vincristine 2 mg/IV weekly and 100 mg of oral prednisone for six weeks and maintain the pregnancy. Successful delivery was carried out at 32 weeks of gestational age by lower segment cesarean section due to premature rupture of the membrane. A baby girl was born weighed 1700 gram, APGAR Score 8/9/9, and has no disability on clinical or hematological features at the moment.Conclusion: ALL in pregnancy is very rare and extremely aggressive disease unless promptly treated. In this case report, it was a first pregnancy in advanced maternal age mother with high social value baby and can be treated succesfully using single regimen of chemoteraphy during pregnancy even though at the first time administered to hospital the mother come with critical clinical presentation. Leukemia in pregnancy is challenging and still need further study to increase the safety and better treatment outcome.Keywords: ALL in pregnancy, ALL-L2, Line-B Lymphoid, Immunophenotyping AL

    ASSOCIATION BETWEEN WORKING EXPERIENCE AND DYSLIPIDEMIA AMONG INDONESIAN SEAFARER

    Get PDF
    Seafarers were exposed to many occupational hazards, such as accidents, infectious diseases, workrelated stress, environmental stress and chronic diseases. Longer working experience  means more exposed to these occupational hazards. Morbidity and mortality rate from chronic diseases tend to increase among seafarers. Dyslipidemia is one of independent risk factor of cardiovascular disease among seafarer. The aim of this study is to determine association between working experience and dyslipidemia among Indonesian seafarer. A cross sectional study was conducted on 157 Indonesia male seafarers who came to certified health care for their annual health examination from the beginning of January 2017 until the June 2017. The health examination data encompassed seafarer‟s age, height,weight, body mass index and lipid profile were collected. Seafarers were divided into two groups based on their work experience in sea each groups, then, categorized into with and without dyslipidemia subgroup. Dyslipidemia was defined as having two or more serum lipid profile abnormalities. The prevalence of dyslipidemia was 29.9%. Statistic analysis shown that longer working experience (more than 10 years) had more risk to have dyslipidemia about 3.5 times (95% CI = 1.66-7.59). There was association between working experience and dyslipidemia. Keyword : seafarer, dyslipidemia, lipid profile, occupational healt

    DETERMINAN TERJADINYA PERSALINAN PREMATUR

    Get PDF
    Persalinan preterm adalah persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu dan merupakan penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas neonatal. Resiko terjadinya persalinan prematur  antara lain faktor pada ibu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan terjadinya persalinan prematur. Desain penelitian ini menggunakan penelitian analitik observasional dengan rancangan case control. Lokasi penelitian di RSUD Kabupaten Nganjuk pada bulan Oktober sampai  Desember 2021. Jumlah sampel 200 ibu pasca salin dipilih dengan menggunakan fixed disease sampling yang meliputi kelompok kasus  50  dengan kejadian persalinan prematur dan kelompok kontrol sebanyak 150 persalinan cukup bulan. Variabel independen penelitian ini tekanan darah, usia, dan paritas, sedangkan variabel dependen penelitian kasus persalinan prematur. Alat pengumpulan data menggunakan rekam medik dan pengolahan data menggunakan analisis regresi logistik ganda. Persalinan prematur dipengaruhi oleh tekanan darah (OR=7.55; CI 95%=1.20 hingga 2.85; p= 35 tahun, dan primigravida, Kata kunci : Persalinan Prematur, tekanan darah, usia ibu, paritas        

    EFEKTIVITAS MHEALTH DALAM PENINGKATAN MANAJEMEN KESEHATAN DIRI PASIEN DM TIPE 2: LITERATURE REVIEW

    Get PDF
    Diabetes Self Management (DSM) menjadi kunci utama yang penting dalam memperbaiki kualitas hidup dan menurunkan angka kematian pada pasien DM tipe 2. Mhealth adalah salah satu aplikasi seluler yang dipakai untuk  meningkatkan DSM. Tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan pemanfaatan mHealth untuk meningkatkan DSM pada pasien DM tipe 2. Metode penulisan ini menggunakan pencarian pada database PROQUEST, SCOPUS, SCIENCE DIRECT dan SAGE antara tahun 2017 sampai dengan 2022. Setelah disaring kembali yaitu eksklusi dari judul dan abstrak yang tidak sesuai dengan topik dan tidak berkaitan dengan lingkup penelitian (mobile health pada DM tipe 2) didapat 27 artikel yang relevan, kemudian disaring kembali dan didapatkan 10 artikel tahun 2018 sampai 2022 sesuai kajian literatur. Hasil dari penulisan ini menyatakan bahwa mHealth terbukti efektif untuk meningkatkan DSM berupa pelaporan hasil cek glukosa darah, kontrol berat badan, dan aktivitas fisik pada pasien DM tipe 2. Intervensi mHealth yang diberikan pada pasien DM tipe 2 terdiri dari pemberian pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus, pemantauan gula darah mandiri, layanan konseling diet, tips gaya hidup sehat, video, email, serta dampak  penggunaan aplikasi seluler terhadap perawatan diri, persepsi penyakit, gula darah dan   tingkat   HbA1C, berat badan, dan tekanan darah pada pasien dengan DM tipe 2. Simpulan hasil penulisan ini adalah mHealth memberikan banyak kemudahan yang dapat diakses bagi pasien dengan DM tipe 2 sehingga meningkatkan manajemen diri pasien DM tipe 2. mHealth sangat memungkinkan untuk dipakai di Indonesia sebagai salah satu cara meningkatkan pelayanan pada pasien DM tipe 2

    Pengaruh Glucomannan Hydrolysates (Gmh) Dan Bv Gel Terhadap Skor Nugent, Presentasi Sel Treg Dan Kadar Tgf-Β Pada Bakterial Vaginosis Wanita Usia Subur

    Get PDF
    Bakterial vaginosis (BV) merupakan infeksi polimikrobial, ditandai oleh berkurangnya hidrogen peroksida yang diproduksi oleh Lactobacilli dan pertumbuhan berlebihan dari organisme anaerob. Bakterial vaginosis secara umum dialami oleh wanita usia reproduktif. Alternatif terapi BV dengan menggunakan prebiotik Glucomannan Hydrolysates (GMH). GMH dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat, merangsang sistem kekebalan tubuh in vitro dan in vivo, serta mempunyai efek immunomodulator dalam imunitas humoral, seluler dan mukosa. Skor Nugent mempunyai nilai objektivitas, sensitivitas, dan spesifitas yang baik, sehingga merupakan gold standard dalam mendiagnosis bakterial vaginosis. Sel Treg berperan penting untuk pemeliharaan dan keseimbangan imunitas perifer dan jaringan mukosa. TGF-β merupakan sitokin pleiotropik yang penting bersama dengan IL-10 melawan efek dari sitokin proinflamasi dengan menghambat proliferasi sel T dan mengaktivasi makrofag. Penelitian ini untuk membuktikan pengaruh GMH dan BV Gel terhadap skor Nugent, presentasi sel Treg, dan kadar TGF β pada bakterial vaginosis wanita usia subur Jenis metode penelitian menggunakan true experiment pretest posttest group design. Sampel penelitian wanita usia subur yang didiagnosis bakterial vaginosis (skor nugent ≥ 7) sebanyak 24 responden dibagi : kelompok antibiotik oral metronidazol (500mg), kombinasi GMH (300mg) dan metronidazol, BV Gel tube 5 mL, kombinasi GMH dan BV Gel Pengukuran skor Nugent, presentasi sel Treg, dan kadar TGF β pada hari-0, hari ke 11 dan hari ke-22. Pengukuran skor Nugent dilakukan setelah pewarnaan gram staining dengan pengamatan pada mikroskop per lapang pandang gambaran bakteri (penghitungan jumlah skor sesuai dengan tabel Nugent. Pengukuran presentasi sel Treg dengan menggunakan flow citometry. Sel Treg menggunakan antibodi FITC Anti-Human CD4 antibody, PE/Cy5 anti-human CD25 Antibody dan PE anti-human FOXP3 Antibody (BioLegend). Pengukuran kadar TGF β menggunakan teknik ELISA (BioLegend). Dalam penelitian ini ditemukan adanya skor Nugent tertinggi pada H0 yaitu sebelum diberi perlakuan pada semua kelompok. Pada kelompok antibiotik didapatkan hasil skor Nugent mengalami penurunan tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna pada H0 dan H11, namun pada H11 dan H22 ada perbedaan yang bermakna. Pada kelompok pemberian BV Gel pengamatan skor Nugent ada perbedaan yang bermakna pada H0 dan H11, tetapi pada H11 dan H22 tidak ada perbedaan yang bermakna. Sedangkan kelompok GMH+antibiotik dan kombinasi GMH+BV Gel didapatkan pada H0, H11 dan H22 terdapat perbedaan yang bermakna yang berarti hasil skor Nugent mengalami penurunan yang signifikan. Hasil penelitian didapatkan presentasi sel Treg paling rendah pada pengamatan hari ke-0 sebelum perlakuan, kemudian rerata jumlah sel Treg meningkat pada pengamatan hari ke-11 dan meningkat lagi pada pengamatan hari ke-22. Penilaian presentasi sel Treg pada kelompok antibiotik dan BV Gel perbandingan H0 dan H11 didapatkan hasil presentasi sel Treg mengalami peningkatan tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna, sedangkan pada H11 dan H22 ada perbedaan yang bermakna. Pada kelompok kombinasi GMH+antibiotik dan GMH+BV Gel didapatkan hasil viii presentasi sel Treg mengalami peningkatan dan ada perbedaan yang signifikan pada H0, H11 dan H22. Tampak histogram tertinggi pada kelompok pengamatan hari ke-22. Sedangkan kadar TGF β paling rendah pada pengamatan hari ke-0 sebelum perlakuan, kemudian rerata kadar TGF-β meningkat pada pengamatan hari ke-11 dan meningkat lagi pada pengamatan hari ke-22. Tampak histogram tertinggi pada kelompok pengamatan hari ke-22 Penilaian kadar TGF-β pada kelompok antibiotik, kelompok GMH+Ab, dan kelompok BV Gel, perbandingan H0 dan H11 didapatkan hasil presentasi sel Treg mengalami peningkatan tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna, tetapi pada H22 terdapat perbedaan yang bermakna. Pada kelompok kombinasi GMH+BV Gel didapatkan kadar TGF-β mengalami peningkatan dan ada perbedaan yang signifikan pada H0, H11 dan H22. Hasil analisis pada semua kelompok setelah pengobatan pada hari ke 22 menunjukkan Glucomannan Hydrolysates dan BV Gel mampu menurunkan skor Nugent, meningkatkan presentasi sel Treg dan kadar TGF β pada bakterial vaginosis wanita usia subur. Pemberian Glucomannan Hydrolysates (GMH) dan BV Gel berpengaruh terhadap Skor Nugent, Presentasi sel Treg dan kadar TGF-β pada bakterial vaginosis wanita usia subur. Glucomannan Hydrolysates sebagai alternatif terapi pada bakterial vaginosis dibandingkan dengan pengobatan antibiotik dan dapat meningkatkan flora normal vagina dan merangsang sistem kekebalan tubuh in vitro dan in vivo secara signifikan

    PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmani) TERHADAP HITUNG JENIS LEUKOSIT DARAH TEPI : Studi eksperimental pada tikus wistar yang dipapar Staphylococcus aureus

    Get PDF
    Latar belakangCinnamomum burmanii merupakan tanaman yang diketahui memililki bermacam potensi termasuk sebagai imunostimulan. Leukosit berperan penting dalam pertahanan tubuh untuk melawan zat asing yang masuk kedalam tubuh. Pengamatan hitung jenis leukosit dapat menunjukkan respon imun tubuh saat terjadinya infeksi. Tujuanmembuktikan adanya perbedaan persentasehitung jenis darah tepi tikus wistar jantan yang diinduksi Staphylococcus aureus dengan pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamonum burmanii). Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post-test only control group design. Sejumlah 25 ekor tikus dibagi ke dalam 5 kelompok secara acak, yaitu kelompok kontrol negatif (K1) diberi diet standar, kelompok kontrol positif (K2) diberi diet standar dan obat imunostimulan (levamisol), kelompok perlakuan 1 (P1) diberi diet standar dan ekstrak C. burmanii 100 mg/kgBB, kelompok perlakuan 2 (P2) diberi diet standar dan ekstrak C. burmanii 200 mg/kgBB, dan kelompok perlakuan 3 (P3) diberi diet standar dan ekstrak C. burmanii 400 mg/kgBB selama 7 hari. Pada hari ke-8, dilakukan injeksi suspensi S. aureus 108 secara intraperitoneal sebanyak 0,2 mL/tikus. Hari ke-9 dilakukan pengambilan sample darah tepi melalui intrakardiak, dilakukan pembuatan preparat apus darah tepi, kemudian preparat dibaca dibawah mikroskop. Hasil Pemberian C. Burmanii dosis 100 mg/kgBB memiliki hitung jenis neutrofil segmen yang lebih tinggi dan hitung jenis limfosit paling rendah. Kelompok P1 pada kedua variabel menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan seluruh kelompok perlakuan dan kontrol. Pemberian C. burmaniidosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB memiliki hitung jenis limfosit yang lebih tinggi dibandingkan dengan seluruh kelompok namun tidak bermakna. Kesimpulan Terdapat perbedaan persentase hitung jenis leukosit yang bermakna pada kelompok tikus wistar yang mendapatkan pemberian ekstrak kulit kayu manis Cinnamomum burmanii. Kata Kunci: C. burmanii, hitung jenis leukosit, imunostimula

    The Immunomodulatory Effect of Cinnamon (Cinnamomum Burmanii) Bark Extract On the C-Reactive Protein (CRP) Level, Leukocyte Count and Leukocyte Type Count of Wistar Rats Exposed to Staphylococcus Aureus

    Get PDF
    Introduction: Bacterial infection induces inflammation in human body. This process produceshumoral and cellular immune responses. Cinnamomum burmaniigrows very vast in Indonesia and contains cinnamaldehyde known to have an anti-inflammatory effect.Objective: To prove the effect of C. burmanii bark extract on CRP level, leukocyte count and differential blood count.Methods: Aposttest-only controlled group design with 25 Wistar Rats divided into 5 groups was employed. The CN-G group was giventhe standard feed, the CP-G group was given the standard feed and levamisole 2.5 mg/KgBW, while the CBE-100, CBE-200, and CBE-400 groups were respectively given the standard feed and cinnamon bark extract 100 mg/kgBW, 200 mg/KgBW and 400 mg/KgBW. The treatmentswereconducted for 7 consecutive days.On day 8, all rats were injected with the suspense of S. aureus intraperitoneally. The blood wasthen drawn on day 9, followed with CRP level measurement using the ELISA method. The total leukocyte count and differential blood count weremanually measured.Results: There is no significant difference in the value of CRP level (One Way ANOVA; p = 0.749) with the total counts of leukocytes(p=0.685), monocytes (p=0.769), and eosinophil(p=0.123) between groups. The neutrophils and lymphocytes of CBE-100 group aresignificantly differentfrom the other groups.Conclusion: C. burmanii extract has a potential benefit as immunomodulator.

    Correlation between Prolactin Serum with Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) in Systemic Inflammatory Response Syndrome

    Get PDF
    Background: Systemic inflammatory response syndrome (SIRS) is a state of systemic inflammatory activation by various causes. SIRS have a high mortality rate. Prolactin is known to regulate cellular function of immune system.  Neutrophil-lymphocyte ratio (NLR) is simple, cost effective and easy parameter that currently used as inflammation marker.Objective: The aims of this study is to determine the correlation between prolactin serum with NLR in SIRS patients.Methods: A cross sectional study was conducted on 50 clinically SIRS patients. Prolactin serum was measured by enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) and NLR was calculated manually from absolute neutrophil and lymphocyte count measured by automatic hematology analyzer. Non-parametric Spearman test was used to analyze the correlation between prolactin with NLR.Results: Median value of serum prolactin level was 11.32 ng/mL (2.76-194.81), whereas the mean value NLR was 16.36 ± 11.58. The correlation between prolactin levels with NLR was r = 0.345, p = 0.014.Conclusion: There is a weak positive significant correlation between prolactin with neutrophil lymphocyte ratio in SIR
    corecore