129 research outputs found
ANALYSIS OF THE SUITABILITY AND CARRYING CAPACITY OF TOURISM AREA NGURSARNADAN BEACH AND SOUTHEAST MALUKU DISTRICT
Ngursarnadan Beach as a tourism icon in Southeast Maluku needs to be managed and developed strategically because of the large number of visitors. The research objective is to analyze the suitability and carrying capacity of coastal ecotourism activities, as well as the role of stakeholders in their development. Area suitability analysis uses the formula IKW = ∑ [Ni / Nmax] x 100 % and carrying capacity analysis uses the formula DDK = K x Lp / Lt x Wt / Wp. Stakeholder role analysis uses a two by two matrix (grid model). The results showed that the first and second stations were in the very appropriate category with IKW values of 3.0 and 2.52, while the third station was included in the category according to IKW values of 2.3. The carrying capacity of the Ngursarnadan Beach area is 168 people/day with a length of beach that can be utilized is 780 m and an area of 13,280 m2. Activities or sports that can be done at Ngursarnadan beach are beach recreation and swimming. In the development of tourism objects, the role of stakeholders is very important in formulating, stipulating and implementing tourism object development policies.Pantai Ngursarnadan sebagai salah satu icon pariwisata di Maluku Tenggara perlu dikelola dan dikembangkan dengan strategis karena jumlah pengunjung yang cukup banyak. Tujuan penelitian adalah menganalisis kesesuaian dan daya dukung untuk kegiatan ekowisata pantai, serta bagaimana peran stakeholder dalam pengembangannya. Analisis kesesuaian kawasan menggunakan rumus IKW= ∑ [Ni / Nmaks] x 100 % dan analisis daya dukung menggunakan rumus DDK = K x Lp / Lt x Wt / Wp. Analisis peran stakeholder menggunakan mastriks dua kali dua (model grid). Hasil penelitian menunjukkan stasiun pertama dan kedua termasuk kategori sangat sesuai dengan nilai IKW 3,0 dan 2,52, sedangkan stasiun ketiga termasuk kategori sesuai dengan nilai IKW 2,3. Daya dukung kawasan Pantai Ngursarnadan adalah 168 orang/hari dengan panjang pantai yang dapat dimanfaatkan adalah 780 m dan luas area adalah 13.280 m2. Aktivitas atau olahragaga yang dapat dilakukan di pantai Ngursarnadan adalah rekreasi pantai dan berenang. Dalam pengembangan objek wisata, peran stekholder sangat penting dalam merumuskan, menetapan dan melaksanakan kebijakan pengembangan objek wisata
PERAN GENDER DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN RUMAH TANGGA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN MALUKU TENGAH
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta menganalisis peran gender dan pengambilan keputusan dalam RTP purse seine di Kabupaten Maluku Tengah. Penelitian adalah studi kasus dan dilaksanakan di Negeri Waai yang berlokasi di Pulau Ambon pada bulan Mei – September 2019. Metode Penelitian adalah studi kasus. Metode pengumpulan data primer yaitu dengan wawancara, observasi, serta catatan harian sedangkan data sekunder melalui studi kepustakaan, pengumpulan dokumentasi dan jurnal on line. Responden dipilih dengan metode purposive sampling sedangkan analisis data secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden tergolong dalam usia produktif baik laki-laki maupun perempuan. Mayoritas responden telah mengikuti pendidikan dasar dan menengah serta memiliki pengalaman usaha lebih dari lima tahun. Peran domestik laki-laki rata-rata 6,2 jam/hari sedangkan perempuan rata-rata 6.3 jam/hari. Peran publik laki-laki rata-rata 9 jam/hari sedangkan perempuan rata-rata 10 jam/hari. Waktu istirahat laki-laki rata-rata 8,8 jam/hari sedangkan perempuan rata-rata 7,7 jam/hari. Pengambilan keputusan dalam RTP terkait usaha keluarga, pengelolaan keuangan keluarga, pendidikan anak didominasi oleh perempuan sedangkan pekerjaan anak dilakukan secara bersama-sama. Saran bagi pemerintah Kabupaten Maluku Tengah untuk peningkatan pembinaan dan pendampingan serta pemberdayaan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perikanan di Maluku.
Kata kunci: Maluku Tengah, pengambilan keputusan, peran gender, RTP, purse sein
PENINGKATAN GERAK DASAR LOKOMOTOR LARI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI MELALUI PERMAINAN KECIL TANPA ALAT DI KELAS II SDN PASAR MANGGIS 02 PETANG SETIABUDI JAKARTA SELATAN
Penelitian ini bertujuan untuk menigkatkan gerak dasar lokomotor lari melalui
permainan kecil tanpa alat di kelas II SDN Pasar Manggis 02 Petang
Setiabudi Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaiman peningkatan gerak dasar lokomotor lari melalui perminan kecil
tanpa alat. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pasar Manggis 02 Petang
Setiabudi Jakarta Selatan, dengan subjek penelitian siswa kelas II yang
berjumlah 29 siswa pada semester II pada bulan april sampai dengan juni
tahun pelajaran 2014/2015. Pada penelitian ini dilakukan dengan dua siklus.
Dalam siklusnya menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan
model Kemmis dan Taggart. Maksudnya adalah pada model ini terdapat
tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),
dan refleksi (reflecting). Hasil penelitian menunjukan presentase perolehan
data pada siklus I kemampuan gerak dasar lokomotor lari 58,63%. Siklus II
menunjukkan kenaikan yaitu 76,44%. Sedangkan data untuk pemantau
tindakan pembelajaran pada siklus I presentase 62,5%. dan pada siklus II
terjadi peningkatan hingga 80%. Dari hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa
dengan menggunakan permainan kecil tanpa alat dapat meningkatkan gerak
dasar lokomotor lari dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Berdasarkan
hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa: melalui
permainan kecil tanpa alat dapat meningkatkan gerak dasar lokomotor lari
siswa kelas II SDN Pasar Manggis 02 Petang Setiabudi Jakarta Selatan.
*This study aims to boost basic locomotor movements run through the small
game without a tool in class II SDN Pasar Manggis 02 Petang Setiabudi,
South Jakarta. This study aims to determine how the increase in basic
locomotor movements ran through a small perminan without tools. This study
was conducted in SDN Pasar Manggis 02 Petang Setiabudi, South Jakarta,
with grade II research subjects totaling 29 students in the second semester in
April to June school year 2014/2015. In this study conducted in two cycles. In
the cycle using classroom action research with the model Kemmis and
Taggart. The point is that in this model there is a planning phase (planning),
action (acting), observation (observing), and reflection (reflecting). The results
showed the percentage of data acquisition in the first cycle basic locomotor
movement to run 58.63%. Cycle II shows the increase is 76.44%. While the
data for monitoring action on the first cycle of learning a percentage of 62.5%.
and the second cycle increased to 80%. From the research it can be stated
that by using a small game without tools can enhance the basic locomotor
movements running in physical education teaching. Based on the results of
this classroom action research can be concluded that: through a small game
without tools can enhance the basic locomotor movements run second grade
students of SDN Pasar Manggis 02 Petang Setiabudi, South Jakarta
Kajian Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana ITE Yang memiliki Muatan Perjudian (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 794/Pid. Sus/2018/PN. Mdn)
110 HalamanKejahatan yang berkaitan dengan informasi teknologi dapat dibagi
menjadi 2 (dua) bagian besar. Pertama, kejahatan yang bertujuan merusak atau
menyerang sistem atau jaringan komputer. Kedua, kejahatan yang menggunakan
komputer atau internet sebagai alat bantu dalam melancarkan kejahatan. Tindak
pidana ITE yang memiliki muatan perjudian dalam penelitian ini masuk dalam
kategori kejahatan kedua tersebut sebab dilakukan dengan menggunakan
komputer atau internet sebagai alat bantu dalam melancarkan tindak pidana.
Berdasarkan hal tersebut adapun yang menjadi perumusan masalah dalam
penulisan tesis ini adalah bagaimana aturan hukum tindak pidana perjudian,
analisis hukum Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 794/Pid.
Sus/2018/PN.Mdn. terhadap pelaku tindak pidana ITE yang memiliki muatan
perjudian serta hambatan dan upaya penegakan hukum terhadap tindak pidana
ITE yang memiliki muatan perjudian.
Penelitian dalam penulisan tesis ini adalah penelitian hukum normatif
dengan menggunakan data sekunder meliputi bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier dan menggunakan analisis data kualitatif yaitu
memberikan deskripsi atas temuan terkait perumasan masalah yang diteliti.
Kesimpulan dalam penulisan tesis ini adalah Aturan hukum tindak pidana
perjudian di Indonesia diatur dalam ketentuan Pasal 303 dan 303 bis KUH Pidana,
Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian, Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1981 Tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian dan
ketentuan Pasal 27 ayat 2 Jo. Pasal 45 ayat 1 Undang-Undang No. 19 Tahun 2016
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Berdasarkan sistem pembuktian yang berlaku di
Indonesia dapat dilakukan analisis bahwa hakim Pengadilan Negeri Medan dalam
putusan No. 794/Pid.Sus/2018/ PN.Mdn. telah mempertimbangkan validitas fakta
dan validitas norma dengan melihat fakta yang terungkap dipersidangan yang
diperoleh melalui keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa serta barang
bukti dan keyakinan hakim. Hambatan penegakan hukum pelaku tindak pidana
perjudian yang dilakukan secara online yaitu kurangnya penguasaan dan
pemahaman menguasai teknologi informasi, sarana dan fasilitas untuk
menemukan alat bukti, upaya penanggulangan tindak pidana perjudian dapat
dilakukan baik melalui upaya penal (penegakan hukum pidana) dan upaya non
penal (upaya pencegahan tindak pidana perjudian). Crimes related to information technology can be divided into 2 (two)
major parts. First, a crime that aims to damage or attack a computer system or
network. Second, crimes that use computers or the internet as a tool to launch
crimes. The ITE criminal offense which has gambling contents in this study is
included in the second crime category because it is done by using a computer or
the internet as a tool to launch gambling crimes.
Based on this matter, as for the formulation of the problem in writing this
thesis is how the legal rules of gambling crime, legal analysis of the decision of
the Medan District Court No. 794/Pid.Sus/2018/PN.Mdn. against the perpetrators
of criminal acts of ITE that have gambling content and obstacles and law
enforcement efforts against ITE criminal acts that have gambling charges.
The research in writing this thesis is normative legal research using
secondary data including primary legal materials, secondary legal materials and
tertiary legal materials and uses qualitative data analysis that is to provide a
description of the findings related to the formulation of the problem under study.
The conclusion in the writing of this thesis is that the legal rules of
criminal gambling in Indonesia are regulated in the provisions of Article 303 and
303 of the Criminal Code Criminal Code, Law No. 7 of 1974 concerning the
Control of Gambling, Government Regulation No. 9 of 1981 concerning the
Implementation of Control of Gambling and the provisions of Article 27
paragraph 2 Jo. Article 45 paragraph 1 of Law No. 19 of 2016 concerning
Amendments to Law No. 11 of 2008 concerning Information and Electronic
Transactions. Based on the evidentiary system in force in Indonesia, an analysis
can be made that the Medan District Court judge in decision No. 794 / Pid.Sus /
2018 / PN.Mdn. has considered the validity of the facts and the validity of the
norm by looking at the facts revealed in the trial obtained through the testimonies
of the witnesses and the testimony of the defendant and the evidence and beliefs
of the judge. Barriers to law enforcement for gambling perpetrators committed
online, namely lack of mastery and understanding of mastering information
technology, facilities and facilities to find evidence, efforts to combat gambling
can be done either through reasoning efforts (criminal law enforcement) and nonreasoning
efforts (efforts prevention of gambling crime)
PEMBERDAYAAN PENGRAJIN TEMPE DUSUN CLANGAP MOJOKERTO MENUJU UMKM PANGAN BERDAYASAING MELALUI PEMBUATAN RAK TEMPE DAN PELATIHAN PENYUSUNAN SOP
ABSTRAKTempe merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang memiliki nilai gizi yang tinggi. Pembuatan tempe pada umumnya dilakukan oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), termasuk UMKM tempe di dusun Clangap Mojokerto. Produksi yang dilakukan masih sederhana, kurang higienis dan mempunyai kualitas produk yang tidak konsisten. Rak tempe terbuat dari bambu dan diletakkan di luar ruangan, sedangkan proses produksi tidak konsisten. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kebersihan melalui pembuatan rak tempe dan menjaga kualitas produk dengan pelatihan penyusunan SOP. Hasil pengabdian masyarakat menunjukkan pembuatan rak tempe untuk mitra menjadi lebih tertata, dan lebih terjaga kebersihannya. Pelatihan Penyusunan SOP Produksi Tempe telah menghasilkan satu dokumen SOP dalam bentuk tabel yang membuat proses produksinya selalu konsisten Kata kunci: rak tempe; SOP; kebersihan; kualitas produk ABSTRACTTempe is a traditional Indonesian food that has high nutritional value. Tempe production is generally carried out by Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs), including tempeh MSMEs in the village of Clangap, Mojokerto. Production is still simple, less hygienic and has inconsistent product quality. The tempe rack is made of bamboo and placed outdoors, while the production process is inconsistent. This activity aims to improve cleanliness through making tempeh racks and maintaining product quality with training in preparing SOPs. The results of community service show that the making of tempeh racks for partners is more orderly and more hygienic. Tempe Production SOP Preparation Training has produced an SOP document in tabular form which keeps the production process consistent Keywords: tray tempe; SOP; hygienitas; product qualit
Olahan Rambutan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Di Desa Bilaporah, Kabupaten Bangkalan, Madura
Buah yang cocok tumbuh di iklim tropis seperti di Indonesia adalah buah rambutan. Tiga wilayah penghasil buah rambutan terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Salah satu penghasil buah rambutan di Jawa Timur adalah Kecamatan Socah. Kecamatan Socah terdiri dari 11 desa, salah satunya adalah desa Bilaporah. Pohon rambutan sangat mudah ditemui di Desa Bilaporah. Hampir disetiap pekarangan rumah warga terdapat pohon rambutan. Melimpahnya buah rambutan menyebabkan rambutan tidak dapat terkonsumsi seluruhnya sehingga warga terkadang membiarkan rambutan membusuk tidak termanfaatkan. Atas permasalahan tersebut perlu dilakukan inovasi terhadap buah rambutan hasil panen warga desa Bilaporah. Inovasi tersebut berupa produk camilan dari buah rambutan yaitu dodol rambutan. Kegiatan pengabdian berupa diskusi dengan ibu-ibu PKK, uji coba produkis dodol rambutan, dan edukasi pemasaran online. Kegiatan berjalan lancar dan diikuti secara antusias oleh ibu-ibu PKK. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah tidak seluruh ibu-ibu PKK hadir dalam kegiatan pengabdian
Peninjauan Sni 1726:2012 Pasal 7.2.5.1 Mengenai Distribusi Gaya Lateral Pada Penggunaan Sistem Ganda Dengan Rangka Pemikul Momen Khusus Dan Rangka Baja Dengan Bresing Konsentris Khusus
Gempa merupakan bencana alam yang tidak dapat dihindari dan dapat menyebabkan kerusakan pada struktur bangunan. Oleh karena itu, struktur bangunan harus didesain agar mampu menahan gaya gempa yang terjadi. Salah satu sistem yang dapat digunakan adalah sistem ganda. Untuk sistem ganda, SNI 1726:2012 pasal 7.2.5.1 mengharuskan SRPM menerima minimal 25% gaya lateral yang proporsional kekakuannya terhadap Sistem Rangka Bresing atau Shear Wall. Penelitian ini akan meninjau performa bangunan dengan SRPM yang memikul 25% base shear dan bangunan dengan SRPM yang memikul <25% base shear yang diperbesar dengan suatu faktor. Bangunan yang digunakan merupakan sistem ganda yaitu Sistem Rangka Penahan Momen Khusus (SRPMK) dan Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus (SRBKK) pada empat bangunan yang direncanakan dengan beban respon spektrum kota Surabaya dan Jayapura menurut SNI 1726:2012. Kinerja struktur akan diuji menggunakan nonlinear time history analysis. Hasil penelitian menunjukkan sistem ganda yang memenuhi syarat 25% memiliki performa yang baik
A comparison of two tests for filarial antigenemia in areas in Sri Lanka and Indonesia with low-level persistence of lymphatic filariasis following mass drug administration
BACKGROUND: Filarial antigen tests are key tools for mapping the distribution of bancroftian filariasis and for detecting areas with persistent infections following mass drug administration (MDA). A recent study showed that the new Alere Filariasis Test Strip (FTS) has better analytical sensitivity than the BinaxNOW Filariasis card test (Card Test) for detecting circulating filarial antigen, and the FTS detected more positive results than the Card Test in a field study performed in a highly endemic area in Liberia. METHODS: The present study compared the performance of the FTS and the Card Test in community surveys that were conducted in southern Sri Lanka and in Indonesia (Central Java) in areas with low-level persistence of LF following multiple rounds of MDA with diethylcarbamazine plus albendazole. The studies were performed in densely populated semi-urban areas where Wuchereria bancrofti is transmitted by Culex quinquefasciatus. RESULTS: Antigenemia rates by FTS were 138 % higher in the Sri Lanka study (43/852 vs. 18/852) and 21 % higher in the Indonesia study (50/778 vs. 41/778) than antigenemia rates by Card Test. Antigenemia rates were significantly higher in males than in females and higher in adults than in children in both study sites. Although overall antigenemia rates and test scores were significantly higher by FTS than by Card Test in both study areas, rates in young children were similar with both tests in both areas. CONCLUSIONS: These results extend the previously reported superior sensitivity of the FTS to areas with low residual infection rates following MDA, and this could affect mapping and post-MDA survey results in adults. However, our findings suggest that results of transmission assessment surveys (TAS) performed in school-aged children are likely to be similar with both tests
- …