35 research outputs found

    THE STRATEGY OF ONLINE START-UP BUSINESS EXPANSION THROUGH POP-UP STORES INNOVATION

    Get PDF
    Entrepreneurial Marketing is a marketing activity conducted by small and medium-sized enterprises with an entrepreneurial approach. The Businessmen who able to respond market conditions quickly and anticipate market changes can be called an entrepreneurial marketer. It is very necessary, especially for start-up business that must keep innovates in order to develop brand and boost demand. Generally, start-up businesses are still not trusted by the market because of their new brand, especially for online start-up businesses which market trust is still not obtained yet. The people still not believe in it, because online start-up business doesn’t have a physical store, so they can’t see, touch or feel the product directly. These obstacles can be overcome through a pop-up store so that prospective customers can be sure before buying the product. Based on this phenomenon, researcher want to identify what is the barriers to business start-ups in developing markets. This research conducted with qualitative method by interviewing 8 project group business students at Ciputra University, Surabaya. This research has provided an entrepreneurial marketing strategy through the development of pop-up stores that fits with the needs of Ciputra University students’ business projects. Hopefully, it can be applied for business start-up to strengthen brand and increase consumer demand

    PEMBELAJARAN ENTREPRENEUSHIP DENGAN METODE DESIGN THINKING PADA SISWA SISWI SMAK FRATERAN SURABAYA

    Get PDF
    Entrepreneurship education must be carried out from an early age. The imbalance in the number of productive labor forces with the availability of jobs will cause unemployment. One way to reduce unemployment is to create entrepreneurs through entrepreneurship education from an early age. SMAK Frateran is a school that strives to create graduates who are able to answer the challenges of the future. SMA Frateran specifically makes entrepreneurship education taught from an early age through learning with gradual materials, especially with the design thinking method. The design thinking method starts with redefining the problem and creating innovative solutions for prototyping and testing. It is hoped that the design thinking method will provide entrepreneurship education learning by looking at environmental problems and solutions by making a business project as an output of learning. Keywords: entrepreneurship, entrepreneurship education, design thinkin

    ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI BUSINESS BRAND LINTAS GENERASI PADA ANGKATAN VIII “FAMILY BUSINESS UNIVERSITAS CIPUTRA”

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk menganalisis perbedaan persepsi tiga dimensi family business brand (family firm identity, family firm image, dan family firm reputation) antara incumbent-keluarga, incumbent-non-keluarga, dan generasi penerus. Penelitian berikut diharapkan dapat memberikan pemahaman terkait bagaimana tiga subsistem yang berbeda dalam suatu bisnis keluarga memiliki pemahaman terhadap family business brand. Apabila terdapat peredaan persepsi maka akan diusulkan strategi yang tepat agar operasional perusahaan dapat lancer dan terjadi peningkatan nilai merek perusahaan tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemilik bisnis keluarga dari kelompok Family Business Universitas Ciputra angkatan VIII, penentuan sampel dilakukan berdasarkan purposive random sampling dengan kriteria tertentu.Metode penelitian yang digunakan adalah uji beda nyata One Way ANOVA yang dioperasikan menggunakan program IBM SPSS Statistics 23. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di antara ketiga kategori responden pada dimensi family firm identity dan family firm reputation. Sedangkan pada family firm image tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara ketiga kategori responden

    Resilience of Family Firms Amid Disruption: A Model from a Marketing Perspective

    Get PDF
    Perusahaan keluarga memiliki peran penting dalam perekonomian di dunia. Indonesia mencatat bahwa 95% dari perusahaan yang ada merupakan perusahaan yang diawali dari perusahaan keluarga. Oleh karena itu, perhatian terhadap keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis keluarga menjadi sangat penting. Anggota keluarga lintas generasi yang kemudian bertanggung jawab dalam memiliki dan mengelola bisnis keluarga. Perusahaan keluarga berdasarkan penelusuran literatur dianggap lebih dapat bertahan daripada perusahaan nirkeluarga di tengah krisis yang terjadi. Perusahaan keluarga dianggap lebih dapat bertahan dalam ketidakpastian melalui kemampuan untuk mempertahankan bisnis mereka lintas generasi ketimbang perusahaan nirkeluarga. Perusahaan keluarga pada dasarnya tangguh, baik yang baru berdiri maupun yang sudah lama berdiri. Perusahaan keluarga dapat mencapai kinerja yang lebih baik memiliki kemampuan yang lebih besar untuk memobilisasi sumber daya mereka dan lebih mampu menyesuaikan perilaku perusahaan di saat krisis daripada perusahaan nirkeluarga. Kemampuan perusahaan keluarga untuk bertahan di masa krisis menimbulkan minat untuk mempelajari faktor-faktor yang memengaruhi perusahaan tersebut bertahan dan dapat tetap eksis di tengah gempuran disrupsi. Perusahaan keluarga mengalami disrupsi karena faktor eksternal, misalnya karena pandemi COVID-19 dan jugab perkembangan teknologi yang dikenal dengan “double disruption”. Selain itu, perusahaan keluarga pun menghadapi tantangan dari faktor internal yaitu kompleksitas pengelolaan bisnis keluarga dan isu suksesi bisnis. Goncangan eksternal dan internal tersebutlah yang menyebabkan munculnya “multiple disruption” yang dialami oleh perusahaan keluarga. Tinjauan iteratur menunjukkan bahwa belum ada penelitian yang fokus pada faktor-faktor yang menentukan ketangguhan perusahaan keluarga dalam menghadapi persaingan pasar di masa-masa sulit, meskipun beberapa penelitian sebelumnya telah mengonfirmasi bahwa perusahaan keluarga mampu bertahan di masa-masa sulit. Studi sebelumnya belum membahas perusahaan keluarga yang bertahan dari berbagai disrupsi (internal dan eksternal) karena studi sebelumnya lebih fokus pada disrupsi internal, misalnya akibat suksesi bisnis. Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan model ketangguhan perusahaan keluarga dari perspektif pemasaran. Perspektif pemasaran digunakan untuk memahami lanskap bisnis selama perubahan. Perspektif pemasaran meliputi proses pemetaan bisnis dengan analisis 4C, terdiri dari change (perubahan), competitor (pesaing), customer (pelanggan), dan company (perusahaan) yang membantu bisnis untuk memahami strategi pemasaran yang dibutuhkan sehingga bisnis dapat mempertahankan pangsa pasar mereka saat ini dan merebut pasar masa depan. Penelitian ini terpumpun pada Teori Sistem, yang menyatakan bahwa perusahaan keluarga terdiri dari ownership system, family system, dan business atau management system. Ketiganya saling terkait dan membentuk three circle model yang mengilustrasikan keseimbangan dalam bisnis keluarga (Tagiuri & Davis, 1982). Resource Advantage Theory (Teori R-A) yang diusulkan oleh Hunt & Morgan (1995, 1996) turut memberikan pemahaman dasar bahwa sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan memengaruhi posisi pasar baik berupa keunggulan kompetitif, rata-rata kompetitif maupun ketidakunggulan kompetitif. Sebagai suatu teori utama (grand theory) yang digunakan dalam membangun model pada penelitian ini, Teori R-A memberikan perspektif bahwa permintaan bersifat heterogen dan dinamis, karakteristik sumber daya perusahaan dianggap hal yang heterogen antar perusahaan yang dapat menjadi keunggulan bersaingnya. Sintesis dari Teori R-A, Teori Sistem, RbV dan Kemampuan Dinamis, serta Teori Penatalayanan yang menghasilkan celah teori, didukung dengan celah fenomena dan celah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya; maka peneliti mengusulkan sebuah masalah penelitian “Ketangguhan perusahaan keluarga untuk bertahan di tengah disrupsi berganda ditinjau dari perspektif pemasaran”. Unit analisis dan objek pengamatan dalam penelitian ini adalah pemilik perusahaan keluarga. Ruang lingkup penelitian untuk memudahkan pelaksanaan teknis dibatasi dalam lingkup komunitas bisnis keluarga Universitas Ciputra berjumlah 598 perusahaan keluarga, yang pemiliknya telah secara rutin mengikuti pertemuan di forum diskusi antar anggota komunitas, sehingga diharapkan karakter para pemilik tersebut cenderung lebih homogen ketimbang mereka yang tidak tergabung dalam komunitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan pendekatan non-probability sampling dengan jenis purposive sampling menggunakan teknik judgement sampling. Kriteria sampel penelitian ini dibatasi pada pemilik perusahaan keluarga tipe family business enterprise (FBE), alih-alih family owned business (FOB) karena pada FBE anggota keluarga juga berperan sebagai pihak manajemen bisnis sehingga diharapkan lebih memahami keterkaitan antara subsistem keluarga dan manajemen secara keseluruhan dalam bisnisnya. Selain itu, perusahaan keluarga dibatasi pada skala kecil dan menengah (UKM), karena perusahaan tersebut yang menjadi tulang punggung dalam cetak biru MEA 2025. Sampel yang diambil adalah dari incumbent yang aktif dalam berbisnis, apabila ditelusuri dari tiap perusahaan keluarga dalam komunitas bisnis keluarga Universitas Ciputra, maka calon responden yang sesuai kriteria sampel tersebut adalah orang tua mahasiswa maupun kakak dari mahasiswa yang sudah aktif mengelola bisnis keluarga. Secara umum, berdasarkan temuan dari analisis data hasil penelitian dapat menjawab semua rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, dengan sebagian besar keterhubungan antar peubah tersebut positif signifikan. Total terdapat tiga belas hipotesis, hanya dua hipotesis yang ditolak. Kemampuan dinamis berorientasi pelanggan memengaruhi ketangkasan kemampuan pemasaran (H1 signifikan). Kemampuan dinamis berorientasi pelanggan pada perusahaan keluarga ternyata tidak memengaruhi ketangguhan perusahaan keluarga secara langsung (H2 tidak signifikan). Kemampuan dinamis berorientasi pelanggan dapat memengaruhi ketangguhan perusahaan keluarga melalui ketangkasan kemampuan pemasaran sebagai pemediasi (H3 signifikan). Ketangkasan kemampuan pemasaran memengaruhi ketangguhan perusahaan keluarga (H4 signifikan). Pemoderasi keharmonisan keluarga pada pengaruh kemampuan dinamis berorientasi pelanggan terhadap ketangguhan perusahaan keluarga tidak dilanjutkan pengujian karena H2 tidak signifikan. Keharmonisan keluarga akan memperkuat pengaruh kemampuan dinamis berorientasi pelanggan terhadap ketangguhan perusahaan keluarga (H6 signifikan, positif). Kecerdasan teritualisasi memengaruhi pengamanan komitmen keluarga (H7 signifikan). Kecerdasan teritualisasi juga memengaruhi kesiapan generasi penerus (H11 signifikan). Seiring dengan meningkatnya kecerdasan teritualisasi yang dalam penelitian ini pumpun pada dimensi kemampuan berimprovisasi, maka kesiapan generasi penerus pada bisnis keluarga tersebut akan semakin meningkat. Kecerdasan teritualisasi tidak memengaruhi ketangguhan perusahaan keluarga secara langsung (H8 tidak signifikan). Namun, apabila melalui pemediasi pengamanan komitmen keluarga atau kesiapan generasi penerus, kecerdasan teritualisasi secara tidak langsung memengaruhi ketagguhan perusahaan keluarga (H9 dan H12 signifikan). Pengamanan komitmen keluarga dan kesiapan generasi penerus dapat meningkatkan ketangguhan perusahaan keluarga (H10 dan H13 signifikan). Implikasi praktis penelitian ini adalah perusahaan keluarga harus cepat menanggapi jika terjadi sesuatu yang penting pada pelanggan, mampu mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan terkait pelanggan dengan cepat, dan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan baru dengan cepat untuk dapat tetap tangguh. Perusahaan keluarga juga perlu menyadari bahwa tidak cukup hanya memiliki kebiasaan untuk berimprovisasi turun temurun, karena kecerdasan teritualisasi tersebut tidak serta merta membentuk ketangguhan perusahaan. Perusahaan keluarga perlu mengamankan komitmen di antara anggota keluarganya yang didasarkan pada nilai-nilai keluarga, terdapatnya persetujuan dan dukungan terhadap kebijakan bisnis, kepedulian bersama terhadap nasib bisnis keluarga yang dapat menjadi dukungan bagi masa depan bisnis keluarga. Selain daripada itu, kesiapan generasi penerus juga diperlukan bila perusahaan keluarga ingin tangguh menghadapi guncangan. Petahana harus mempersiapkan transisi manajemen bisnisnya, menyadari bahwa terdapat tantangan dalam mempersiapkan anggota keluarga selanjutnya untuk menjadi pewaris, serta harus mengenali siklus hidup perusahaan keluarga karena dapat memengaruhi keberlanjutan bisnis keluarganya. Hal yang tak dapat diabaikan adalah diperlukannya sistem untuk mendukung pengalaman karier anggota keluarga yang bermakna

    POLA PIKIR DESIGN THINKING DALAM MEMBENTUK PELAJAR MENJADI SOCIOPRENEUR PADA SISWA-SISWI SMAK FRATERAN SURABAYA

    Get PDF
    ABSTRAK                                                                                     Sociopreneurship atau kewirausahaan sosial mengacu pada usaha bisnis yang berfokus pada menciptakan perubahan sosial yang positif. Bagi para pelajar, karakter sociopreneurship tersebut sangat penting karena dapat membantu pencapaian potensi penuh diri mereka serta menghasilkan perubahan sosial yang positif bagi masyarakat. Namun karakter sociopreneur sulit untuk dikembangkan karena keterbatasan yang dimiliki oleh para pelajar terutama dalam melihat masalah yang ada disekitar, merumuskan ide, memberikan solusi, dan mengemukakan gagasan dari solusi kedalam bentuk rancangan visual. Universitas Ciputra telah berkomitmen turut serta dalam memupuk karakter entrepreneur sejak dini. SMAK Frateran sebagai mitra secara khusus menjadikan pendidikan entrepreneurship diajarkan sejak dini melalui pembelajaran dengan materi bertahap khususnya dengan metode design thinking. Pada program pelatihan ini dengan menggunakan metode lokakarya dan demonstrasi secara berkelanjutan yang diterapkan di SMAK Frateran, melatih pelajar menjadi seorang sociopreneur dikembangkan melalui pola pikir design thinking. Metode design thinking yang disampaikan dalam lokakarya memberikan hasil dimana peserta didik mampu memecahkan masalah-masalah sosial di masyarakat yang langsung dapat memberikan solusi berdasarkan project based learning serta mampu merumuskan ide-idenya ke dalam bentuk visual agar mudah dipahami. Kata kunci: sociopreneurship; design thinking; project based learning.  ABSTRACTSociopreneurship, or social entrepreneurship, refers to business ventures that focus on creating positive social change. For students, the character of sociopreneurship is very important because it can help them achieve their full potential and produce positive social change for society. However, the sociopreneur character is difficult to develop because of the limitations that students have, especially in seeing problems around them, formulating ideas, providing solutions, and presenting ideas from solutions in the form of visual designs. Ciputra University has committed to participating in fostering entrepreneurial character from an early age. SMAK Frateran as a partner specifically makes entrepreneurship education taught from an early age through learning with gradual material, especially with the design thinking method. In this training programme, which uses the workshop and demonstration method on an ongoing basis and is applied at SMAK Frateran, training students to become sociopreneurs is developed through a design-thinking mindset. The design thinking method presented in the workshop produced results in which students were able to solve social problems in society that could immediately provide solutions based on project-based learning and were able to formulate their ideas in a visual form so that they were easy to understand. Keywords: sociopreneurship; design thinking; project based learning

    PENGARUH PRICE PERCEPTION, SALES PROMOTION DAN PRODUCT QUALITY TERHADAP IMPULSE BUYING SKINCARE PRODUCT KONSUMEN PENGGUNA E - COMMERCE SHOPEE GENERASI Z DENGAN SHOPPING LIFESTYLE SEBAGAI MEDIASI

    Get PDF
    Sales promotion on impulsive buying, product quality on impulsive buying, sales promotion on shopping lifestyle, shopping lifestyle on impulsive buying, and sales promotion on impulsive buying mediated by shopping lifestyle are the subjects of this study. As independent variables, perceived price, sales promotion and product quality are used to determine variable (X). The dependent variable (Y) is impulse buying, and the intermediary variable (M) is shopping lifestyle. Quantitative research methods were used in this study, and Partial Least Square (PLS) – Structural Equation Modeling (SEM) was used to process the data. The examination was completed by a comfort check with a survey instrument using a Likert scale. By using Google form media, questionnaires were distributed online. Populace In this review, the client of skincare products from Shopee. Samples from In this study, 220 Generation Z people who live in Surabaya and are close to it who have bought skin care products at Shopee at least once participated. This study found that price perception has a positive and significant effect on impulsive purchases, sales promotion has a positive and significant impact on shopping lifestyle, product quality has a positive and significant effect on impulsive purchases, shopping lifestyle has a positive and significant impact on impulsive purchases, that sales promotion positive and significant effect on shopping lifestyle, and that shopping lifestyle mediates the impact of sales promotion on impulse buying

    NIAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA DAN KETERHUBUNGANNYA DENGAN KECERDASAN-HADAPI-RINTANGAN

    Get PDF
    Entrepreneurial Intention can be influenced by demographic factors (gender, age, work experience) and external factors, such as family background. One characteristic of an entrepreneur looked when he faces obstacles in managing the business, he is likely to survive and find a way out and not stop halfway. Individual ability to transform obstacles into opportunities is known as the Adversity Quotient (AQ/ adversity intelligence). Connectedness between adversity intelligence with the intention of entrepreneurship, as well as differences in the intentions of entrepreneurship by differences in gender, work experience and family background (family business and non-family business) are described in this study. Sampling technique used is purposive sampling of 126 students of the Ciputra University. Results showed the Sig. coefficient of Spearman’s rank correlationis 0.000 and the correlation coefficient is0.502; which means that there are significant linkages between adversity intelligence with the entrepreneurial intention. Independent sample test results show that the intention of entrepreneurship do not differ between male student with the girls. However, the intention of entrepreneurship students who have not experienced lower job than work experience. In addition, students who have a background in family business have higher entrepreneurial intention than students of non-family business.Keywords: entrepreneurial intention, adversity intelligence, family busines

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI ENTREPRENEURIAL PADA SISWA DAN MAHASISWA DI SURABAYA

    Get PDF
    This study aims to look at the early stages of the birth of a business or at the stage of conception and preparation. Specifically, the purpose of this study is to develop and test empirically the determinants of entrepreneurial intentions using entrepreneur characteristic variables such as age, education, competence, gender, job status, parental background, ability to see persuasion and persistence as a predicting factor. The sample of this research is students and students who get formal education about entrepreneurship in Surabaya city. The analysis is based on a binary logistic regression model that estimates the effect of a set of predictor variables on entrepreneurship intentions. Logistic regression results show that only the age, competence, network relations, and ability to see the opportunities that affect the intention of entrepreneurship. Out-of-the-box results are the background of the parents not impacting the entrepreneurship intentions.Penelitian ini bertujuan untuk melihat pada tahap awal lahirnya sebuah bisnis atau pada tahapan konsepsi dan persiapan. Secara lebih spesifik, tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan dan menguji secara empiris determinan intensi kewirausahaan menggunakan variabel karakteristik entrepreneur seperti umur, pendidikan, kompetensi, jenis kelamin, status pekerjaan, background orang tua, kemampuan melihat peluah dan kegigihan sebagai faktor yang memprediksi. Sampel penelitian ini adalah siswa dan mahasiwa yang mendapatkan pendidikan tentang kewirausahaan secara formal di kota Surabaya. Analisis dilakukan berdasarkan model regresi logistik biner yang memperkirakan pengaruh dari serangkaian variabel prediktor pada intensi berwirausaha. Hasil regresi logistik menunjukkan hanya variabel usia, kompetensi, relasi network, dan kemampuan melihat peluang yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Hasil yang diluar perkiraan adalah background orang tua tidak berdampak pada intensi berwirausaha

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Entrepreneurial pada Siswa dan Mahasiswa di Surabaya

    Get PDF
    This study aims to look at the early stages of the birth of a business or at the stage of conception and preparation. Specifically, the purpose of this study is to develop and test empirically the determinants of entrepreneurial intentions using entrepreneur characteristic variables such as age, education, competence, gender, job status, parental background, ability to see persuasion and persistence as a predicting factor. The sample of this research is students and students who get formal education about entrepreneurship in Surabaya city. The analysis is based on a binary logistic regression model that estimates the effect of a set of predictor variables on entrepreneurship intentions. Logistic regression results show that only the age, competence, network relations, and ability to see the opportunities that affect the intention of entrepreneurship. Out-of-the-box results are the background of the parents not impacting the entrepreneurship intentions.Penelitian ini bertujuan untuk melihat pada tahap awal lahirnya sebuah bisnis atau pada tahapan konsepsi dan persiapan. Secara lebih spesifik, tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan dan menguji secara empiris determinan intensi kewirausahaan menggunakan variabel karakteristik entrepreneur seperti umur, pendidikan, kompetensi, jenis kelamin, status pekerjaan, background orang tua, kemampuan melihat peluah dan kegigihan sebagai faktor yang memprediksi. Sampel penelitian ini adalah siswa dan mahasiwa yang mendapatkan pendidikan tentang kewirausahaan secara formal di kota Surabaya. Analisis dilakukan berdasarkan model regresi logistik biner yang memperkirakan pengaruh dari serangkaian variabel prediktor pada intensi berwirausaha. Hasil regresi logistik menunjukkan hanya variabel usia, kompetensi, relasi network, dan kemampuan melihat peluang yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Hasil yang diluar perkiraan adalah background orang tua tidak berdampak pada intensi berwirausaha

    Desain Triangulasi Konkuren dalam Menganalisis Model 3I Marketing 3.0 sebagai Entrepreneurial Marketing Usaha Mikro Kecil Menengah Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

    Get PDF
    Entrepreneurial Marketing is a marketing activity by small and medium enterprises (SMEs) that uses an entrepreneurial approach. Currently, government still pays less attention to the implementation of SMEs’ entrepreneurial marketing.  Yet, as the backbone of Indonesian economy, SMEs can play an important role when ASEAN Economic Community (AEC) begins to implement. With respect to these issues, we aim to identify the government’s role in advocating SMEs’ interests, especially in the Marketing 3.0. era. In the Marketing 3.0. era, marketing is translated into brand triangle through 3i Model. We use a mixed method with a concurrent triangulation design. The first part of this study interviewed five SME owners who receive assistance from Diskoperindag of Magelang City regarding the following issues: implementation of 3i Model, the role of Diskoperindag in assisting businesses, and their understanding of MEA. Basically, this part explore the conditions of SMEs concerning the issues being questioned. Meanwhile, the second part is a quantitative analysis that involve 40 customers who bought SMEs who receive assistance from Diskoperindag. Using multiple regression analysis, we find that only brand and brand identity parts of 3i Model have significantly positive effect on decisions to buy SMEs’ products.Abstrak Entrepreneurial Marketing adalah kegiatan pemasaran oleh usaha dengan skala kecil menengah (UMKM) menggunakan pendekatan kewirausahaan. Perhatian pemerintah masih kurang optimal terhadap penerapan entrepreneurial marketing dari UMKM, padahal sebagai fondasi perekonomian negara, UMKM memegang peranan penting ketika dimulainya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Melihat fenomena tersebut, peneliti ingin mengidentifikasi bagaimana peran serta yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam membina UMKM, terutama dalam era Marketing 3.0. Pada era Marketing 3.0, pemasaran diterjemahkan sebagai segitiga merek melalui Model 3i. Penelitian yang dikembangkan adalah penelitian kombinasi dengan desain triangulasi konkuren. Bagian pertama penelitian ini melibatkan 5 orang pemilik UMKM binaan Diskoperindag kota Magelang yang diwawancarai terkait penerapan Model 3i, peran serta Diskoperindag, dan pemahamannya terhadap MEA. Hasil dari bagian pertama berupa eksplorasi kondisi UMKM terkait aspek-aspek yang ditanyakan. Bagian kedua penelitian melibatkan 40 orang konsumen yang telah membeli produk UMKM binaan. Pengujian data kuantitatif pada bagian kedua dilakukan dengan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bagian dari Model 3i hanya identitas merek dan integritas merek saja yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk UMKM
    corecore