11 research outputs found

    Perbandingan Aktivitas Linimentum Ekstrak Koral Kelimutu Dan Linimentum Ekstrak Daun Lamtoro (Leucaena Leucochepala) Terhadap Penyembuhan Scabies Pada Kelinci (Oryctolagus Cuniculus)

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan aktivitas linimentum ekstrak koral kelimutu dan ekstrak daun lamtoro (Leucaena leucochepala) sebagai terapi penyembuhan scabies pada kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jenis penelitian ini eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel hewan yang digunakan adalah kelinci jantan umur 4-6 minggu sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif /normal, tanpa diobati (P0), kontrol positif : diobati linimentum sulfur ppt (P1), diobati linimentum ektrak daun lamtoro (P2), diobati linimentum ekstrak coralkelimutu (P3). Semua bulu kelinci dicukur pada daerah punggung anterior sepanjang 3x3 cm dan diinfestasikan parasit Sarcoptes scabiei. Semua kelinci dibiarkan selama 7 hari agar parasit dapat tumbuh dan berkembang biak tersebar merata ke seluruh permukaan kulit. Setiap hari kulit kelinci yang terkena scabies diolesi dua kali dengan linimentum yang diuji dengan dosis 25%. Pengamatan makroskopis dilakukan pada hari ke- 3, 5, 7, dan pengamatan mikroskopis dilakukan pada hari ke- 3 setelah dilakukan masa pengobatan selama 7 hari. Semuadata kuantitatif diuji secara statistik menggunakan Analisa Sidik Ragam (ANOVA) dengan uji post hoc metode Turkey dan metode LSD dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelinci yang diobati dengan linimentum ekstrak coral kelimutu (P3) memberikan hasil yang lebih baik daripada kelompok P0, P1 dan P2. Berdasarkan analisis statistik uji Post hoc metode Turkey dan metode LSD menunjukkan p = 0,000 ; R squared = 0,88 dan hitung (7,11) > F tabel (1,74), maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok P3 dengan P0, P1 dan P2 terhadap perlekatan penutupan luka, pengurangan keropeng dan peningkatan jumlah kematian Sarcoptes scabiei. Hal ini menunjukkan aktivitaslinimentum ekstrak koral kelimutu paling baik dan efektif digunakan untuk terapi penyembuhan scabies pada kelinci

    Perbandingan Aktivitas Linimentum Ekstrak Koral Kelimutu dan Linimentum Ekstrak Daun Lamtoro (Leucaena leucochepala) Terhadap Penyembuhan Scabies Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus)

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan aktivitas linimentum ekstrak koral kelimutu dan ekstrak daun lamtoro (Leucaena leucochepala) sebagai terapi penyembuhan scabies pada kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jenis penelitian ini eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel hewan yang digunakan adalah kelinci jantan umur 4-6 minggu sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif /normal, tanpa diobati (P0), kontrol positif : diobati linimentum sulfur ppt (P1), diobati linimentum ektrak daun lamtoro (P2), diobati linimentum ekstrak coralkelimutu (P3). Semua bulu kelinci dicukur pada daerah punggung anterior sepanjang 3x3 cm dan diinfestasikan parasit Sarcoptes scabiei. Semua kelinci dibiarkan selama 7 hari agar parasit dapat tumbuh dan berkembang biak tersebar merata ke seluruh permukaan kulit. Setiap hari kulit kelinci yang terkena scabies diolesi dua kali dengan linimentum yang diuji dengan dosis 25%. Pengamatan makroskopis dilakukan pada hari ke- 3, 5, 7, dan pengamatan mikroskopis dilakukan pada hari ke- 3 setelah dilakukan masa pengobatan selama 7 hari. Semuadata kuantitatif diuji secara statistik menggunakan Analisa Sidik Ragam (ANOVA) dengan uji post hoc metode Turkey dan metode LSD dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelinci yang diobati dengan linimentum ekstrak coral kelimutu (P3) memberikan hasil yang lebih baik daripada kelompok P0, P1 dan P2. Berdasarkan analisis statistik uji Post hoc metode Turkey dan metode LSD menunjukkan p = 0,000 ; R squared = 0,88 dan hitung (7,11) > F tabel (1,74), maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok P3 dengan P0, P1 dan P2 terhadap perlekatan penutupan luka, pengurangan keropeng dan peningkatan jumlah kematian Sarcoptes scabiei. Hal ini menunjukkan aktivitaslinimentum ekstrak koral kelimutu paling baik dan efektif digunakan untuk terapi penyembuhan scabies pada kelinci

    Aktivitas Ekstrak Kulit Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Sebagai Teraupetik Diabetes Mellitus Terhadap Glukosa Darah, Leukosit Dan Hemoglobin Pada Tikus Yang Diinduksi Aloksan

    Get PDF
    Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas ekstrak kulit mahkota dewa sebagai terapeutikadiabetes mellitus tipe 1 terhadap profil leukosit dan hemoglobin pada tikus yang diinduksi aloksan. jenis penelitian ini eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel Hewan yang digunakan adalah tikus jantan umur 5-6 minggu sebanyak 24 ekor. Kelompok tikus dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (diinduksi aloksan 0,2 ml/ip tanpa diobati/P0), kontrol positif: diinduksi aloksan 0,2 ml/ip dan diobati syrupus ekstrak kulit buah mahkota dewa 50% diberikan 1 kali sehari (P1), diinduksi aloksan 0,2 ml/ip dan diobati syrupus ekstrak kulit buah mahkota dewa 50% sebanyak 2 kali sehari (P2). Semua tikus diberikan perlakuan pengobatan kulit buah mahkota dewa 50% selama 10 hari. Pengamatan dilakukan pada hari ke-0, 5, 10. Parameter pengamatan adalah kandungan senyawa aktif tanaman, kadar glukosa darah, profil leukosit (neutrofil, basofil dan eusinofil) dan hemoglobin. Semua data yang diperoleh, dilakukan analisis statistik dengan menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% (=0,05). Hasil statistik menunjukkan bahwa pada tikus yang diobati syrupus kulit buah mahkota dewa 50% 2 kali sehari (P2) menunjukan hasil yang paling baik daripada kelompok P0 dan P1.Analisis statistik menunjukkan Fhitung > F tabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok P2 dengan P0 dan P1 terhadap penurunan glukosa, peningkatan profil leukosit, dan nilai hemoglobin yang normal. Hasil  penelitian ini menunjukan bahwa aktifitas  syrupus kulit buah mahkota dewa50% yang diberikan dua kali sehari paling efektif digunakan sebagai terapeutika diabetes mellitus tipe-1 pada tikus putih yang diinduksi aloksan

    WAAC-5 Flushing Aquaria with Hibiscus sabdariffa Extract on TNFα Expression in Fish Due To Mercury Intoxication

    Get PDF
    The purpose of this study was to determine the expression of TNFα in the gills and liver tissue and the fish acute intoxication due to mercury, post-treatment using Rosella extract and flushing aquaria. It was an experimental study with a posttest only control group design consisting of 30 adult male fishes. There are 5 groups treatment including: P0 (healthy); P1 (mercury without Rosella extract and flushing; P2 (given mercury and Rosella extract of 5 ppm and flushing); P3 (given mercury and Rosella extract of 10 ppm and flushing); P4 (given mercury and Rosella extract of 20 ppm and flushing). Each group performed necropsy and examination immunohistochemical in the fish’s gills and liver on the 7th day after induction with mercury and on the 15th day of post-therapy using Rosella extract with flushing Aquaria. The results showed TNFα expression in the gills was different significantly and the the number was increasing compared to TNFα in the liver. The decrease of TNFα expression in the gills and liver were significantly different in the P4 group when compared to the other groups. In conclusion, Flushing aquaria and Rosella extract can reduce the TNFα expression in the fish’s gills and liver which experiencing mercury intoxication. Flushing Aquaria technology is a very appropriate method used for therapeutic in aquatic animals

    Pengaruh Infeksi Trypanosoma evansi terhadap Kadar TNF-α dan Perubahan Histopatologi Hepar pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kadar Tumor necrosis Factor ɑ(TNF-α) dan derajat kerusakan hepar pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinfeksi isolat Trypanosoma evansi. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel Hewan adalah tikus jantan umur 6 minggu sebanyak 30 ekor dan dibagi dalam 5 kelompok dengan pemberian infeksi secara subcutan (sc), yaitu Po: kelompok tikus kontrol diinjeksi NaCl fisiologis dosis 0,3 ml, pengambilan sampel darah dan organ hepar pada hari ke 7 pasca injeksi NaCl fisiologis. P1: kelompok tikus diinfeksi Trypanosoma evansi dosis 0,3 ml/sc, pengambilan sampel darah dan organ hepar pada hari pertama pasca infeksi Trypanosoma evansi. P2: kelompok tikus diinfeksi Trypanosoma evansi dosis 0,3 ml/sc, pengambilan sampel darah dan organ hepar pada hari ke 3 pasca infeksi Trypanosoma evansi. P3: kelompok tikus diinfeksi Trypanosoma evansi dosis: 0,3 ml/sc, pengambilan sampel darah dan organ hepar pada hari ke 5 pasca infeksi Trypanosoma evansi. P4: kelompok tikus putih diinfeksi Trypanosoma evansi dosis 0,3 ml/sc, pengambilan sampel darah dan organ hepar pada hari ke 7 pasca infeksi Trypanosoma evansi. Nilai Optical Density (OD) atau kadarTNF-αmenunjukkan p=0,0624 (p>0,05), mengalami penurunan dan tidak berbeda, dan tidak terdapat hubungan bermakna antara kelompok pada tikus putih yang diinfeksi Trypanosoma evansi isolat Sumbawa. Pemberian infeksi secara subkutan dapat menyebabkan kerusakan hepar berupa lesi degenerasi, nekrosis, dan portal inflamasi pada tikus putih yang diinfeksi Trypanosoma evansi isolat Sumbawa. Kesimpulan adalah kadar TNF-α menurun, mengakibatkan kerusakan hepar dan tingkat keganasan parasit Trypanosoma evansi isolat Sumbawa meningkat

    Mechanism of anti-toxoplasmosis ethanol extract of mangosteen peel (Garcinia mangostana Linn) on the expression of IFNγ, interleukin 12, matrix metallopeptidase 9, and histopathological of mice kidney

    Get PDF
    Aim: Toxoplasmosis is a dangerous infectious disease caused by Toxoplasma gondii in the blood or tissue. This disease is zoonotic which is source of transmission from animals to humans. Therapy herbal medicine for toxoplasmosis can be determined by looking at IFNγ, interleukin 12 (IL-12), and matrix metallopeptidase 9 (MMP-9) expression, and seeing the level of organ damage. This study is to prove the mechanism of anti-toxoplasmosis of mangosteen peel extract against T. gondii. Materials and Methods: The study was divided into two stages: Stage I: Determination of the effective dose 50% of mangosteen peel extract against T. gondii and Stage II: Mechanism of anti-toxoplasmosis of mangosteen peel extract against T. gondii. This study used 50 mice divided into five groups: Healthy control group (P0) given 0.5% CMC-Na, P1 group without treatment, P2 group given Cotrimoxazole 60 mg/kgB, and P3 and P4 groups given mangosteen peel extract 200 and 400 mg/kgBW (orally twice a day). Results: After injection of T. gondii 102 intraperitoneally and given treatment for 5 days then blood samples taken for measurement of blood urea nitrogen (BUN) and creatinine; kidney organ samples to determine organ damage, IFNγ, IL-12, and MMP-9 expression. The effective dose 50% (ED 50%) of Mangosteen peel extract was at a dose of 60 mg/kgBW. Mangosteen peel extract 200 mg/kgBW (P3) and 400 mg/kgBB (P4) with significance (P > 0.05) can reduce the number of parasites, levels of BUN and creatinine, reduce kidney damage, increases IFNγ and IL-12, and decreases MMP-9 expression. Mangosteen peel extract 200 mg/kgBW (P3) was proven as anti-toxoplasmosis in mice. Conclusion: This research is: ED 50% at a dose of 60 mg/kgBW. Mangosteen peel extract 200 mg/kgBW (P3) and 400 mg/kgBB (P4) with significance (P > 0.05) can reduce the number of parasites, levels of BUN and creatinine, reduce kidney damage, increases IFNγ and IL-12, and decreases MMP-9 expression. KEY WORDS: Anti-toxoplasmosis, Ethanol extract of mangosteen peel, Toxoplasma gondi

    KOMPARASI EFEKTIVITAS UNGUENTUM KORAL KELIMUTU,KENCANA WUNGU DAN JAHE MERAH SEBAGAI TERAUPETIKA SCABIES PADA KAMBING PE

    Get PDF
    Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui komparasi efektivitas antaraunguentum coral kelimutu, infusum kencana wungu dan ekstrak jahe merah sebagaiteraupetika scabiosis pada kambing peranakan etawa. Jenis penelitian kualitatifeksperimental dengan rancangan acak lengkap.Metode penelitian: Pembuatan bahan darikoral kelimutu dan jahe merah dengan maserasi. Kencana wungu dibuat dengan metodeinfusum. Koral kelimutu, jahe merah, dan infusum kencana wungu ditimbang masingmasing sebanyak 50mg kemudian ditambahkan 50mg vaselin untuk membuat sedianunguentum. Kambing PE sebanyak 4 ekor pada bagian yang ditemukan investasiSarcoptes scabiei dibagian leher dan tengkuk. kambing yang tidak diberikan pengobatan(P0) diberi pengobatan unguentum koral kelimutu (P1), unguentum Jahe merah (P2) danunguentum infusum kencana wungu (P3) yang masing masing diberikan 2kali seharidalam 15 hari pemberian. Parameter yangdiamati adalah tingkat kesembuhan, inflamasi,penutupan luka/pertumbuhan bulu dan kematian parasit. Hasil penelitian menunjukan : P1menunjukan hasil yang berbeda nyata memiliki tingkat kesembuhan inflamasi,pertumbuhan bulu dan kematian parasit dibanding P0, P2 dan P3. Kesimpulan :unguentum ektrak koral kelimutu sangat efektif digunakan sebagai terapi scabiosis padahewan

    PENGARUH PERBEDAAN SELANG WAKTU PEMBERIAN EKSTRAK DAUN API-API (Avicennia marina) TERHADAP FERTILITAS MENCIT JANTAN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan selang waktu pemberian ekstrak daun Api-api (Avicennia marina) terhadap fertilitas mencit jantan. Pengukuran berdasarkan angka kebuntingan dan jumlah fetus yang dikandung mencit betina nonnal (tanpa perlakuan) selama satu periode kebuntingan (19-20 bari) setelah dikawirikan dengan mendt jantan . Penetitian ini menggunakan 25 ekor mencit jantan varietas albino Iennan yang berumur 14 minggu dalam keadaan sehat dengan berat badan antara 20 -30 gram. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima kelompok perlakuan dan lima ·ulangan. Analisis data dengan menggunakan sidik ragam yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Ekstrak daun Api-api diberikan secara per oral dengan dosis 0,3 g I kg berat barutn setiap kali selama 36 hari. Kelompok Po sebagai kelompok kontrot, kelompok P1pemberian ekstrak daun Api-api sembilan hari sekali, kelompok P2 setiap enam hari sekali, kelompok P3 setiap tiga hari sekali dan P4 setiap hari. Kemudian mendt jantan perJakuan dikawinkan dengan mencit betina nonnal (tanpa perlakuan) dengan metode monogami (Monogamous pair mating) untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun Api-api dengan selang waktu tertentu terhadap fertilitas mencit jantan. Hasil penelitian menimjukkan bahwa pemberian ekstrak daun Api-api dengan selang waktu tertentu pada mencit jantan menyebabkan penurunan angka kebuntingan mencit betina normal ( p < 0,05 ) dari 100 % ( kelompok po. PI dan P2) menjadi 20 % ( kelompok P3 ) dan 0 % ( kelompok P4 ). Sedangkan hasil jumlah fetus terdapat perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01) yaitu: 2,94 (kontrol), 2,526 (PI), 2,335 (P2), 0,942 (P3) dan 0,710 (P4). Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun Api api dengan selang waktu tiga hari sekali sudah berpengaruh terhadap fertiIitas mencit jantan sehingga menyebabkan penurunan angka kebuntingan dan rata-rata jumlah fetus yang dikandung mendt betina

    MEKANISME ANTI TOXOPLASMOSIS EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostanaLinn) PADA MENCIT YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

    Get PDF
    Background:Toxoplasmosis is a dangerous infectious disease caused by Toxoplasma gondii in the blood or tissue. This disease is zoonotic which is a source of transmission from animals to humans. Therapy of herbal medicine for Toxoplasmosis can be determined by looking at IFN, IL-12 and MMP- 9expression, and seeing the level of organ damage. Purpose: to prove the mechanism of antitoxoplasmosis of mangosteen peel extract against Toxoplasma gondii. Methods: The study was divided into two stages. Stage I: determination of the effective dose 50% of mangosteen peel extract against Toxoplasma.gondii. Stage II: mechanism of antitoxoplasmosis of mangosteen peel extract against Toxoplasma gondii. This study used 50 mice divided into five groups: healthy control group (P0) given 0.5% CMC-Na, P1 group without treatment, P2 group given Cotrimoxazole 60mg/kgB, P3 and P4 groups given mangosteen peel extract 200 and 400 mg/kgBW (orally twice a day). After injection of Toxoplasmagondii 102 intraperitonially and given treatment for 5 days then blood samples taken for measurement of SGPT, SGOT, BUN and creatinine; liver and kidney organ samples to determine organ damage, IFN, IL-12 and MMP-9expression. Results: ED 50% at dose of 60mg/kgBW. Mangosteen peel extract 200mg/kgBW (P3) and 400mg/kgBB (P4) with significance (p<0.05) can reduce the number of parasites, levels of SGPT, SGOT, BUN and creatinine, reduce liver and kidney damage, increases IFN and IL-12 and decreases MMP-9 expression. Conclusion: Mangosteen peel extract 200mg/kgBW (P3) was proven as antitoxoplasmosis in mice can reduce the number of parasites, levels of SGPT, SGOT, BUN and creatinine, reduce liver and kidney damage, increases IFN and IL-12 and decreases MMP-9 expression
    corecore