11 research outputs found

    UMUR HARAPAN HIDUP: Pidato: Diucapkan pada peresmian penerimaan jabatan Guru Besar dalam mata pelajaran IImu Faal pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Surabaya pada hari Sabtu 5 Desember 1998

    Get PDF
    Pada awal bulan Oktober yang baru lalu, Sekjen PBB Kofi Annan telah meluncurkan Tahun Internasional Lansia (International Year of Older Persons) 1999 dalam suatu acara yang diadakan sehari penuh di Markas PBB New York. Menurut PBB, kenaikan dramatis dalam usia lanjut telah menimbulkan harapan hidup global yang meningkat 20 tahun sejak 1950, yaitu dari 46 tahun menjadi 66 tahun saat ini. Dikatakan jumlah lansia di beberapa negara berkembang meningkat lebih cepat daripada negara-negara maju. Demikianlah sekilas gambaran tentang dunia orang tua pada masa yang akan datang. Pada tahun 2050, 20% penduduk dunia berumur 60 tahun atau lebih. Kira-kira 27% dari golongan lansia tersebut berumur 80 tahun atau lebih. Apakah benar demikian, sulit bagi kita untuk membuktikannya. (Tunggu tahun 2050!

    Peranan Lektin Dalam Kontraksi Otot Polos Saluran Pencernaan Kelinci

    Get PDF
    Lektitn adalah suatu protein atau glikoprotem non imunogenik yang diperoleh dari tanaman, binatang dan mikroorganisme. Lektin dapat berikatan dengan reseptor glikolipid pada sel epitel saluran pencernaan (Leathem 1998). Sejauh ini efek dari terikatnya lektin pada reseptor dalam saluran pencernaan ternyata belum dtketahut dengan jelas. Lektin mempunyal kemampuan mengenalt reseptor secara spesifik dengan mengtkat struktur karbohldrat di membran sel, inti sel dan sitoplasma (Leathem, 1998). Lektin tanaman yang dtberikan sebagal makanan tambahan dapat mempengaruhi kolonisasi mikroorganisme patogen yang potensial pada saluran pencernaan (Pusztai, 2001). Hal ini menunjukan bahwa setelah lektin terikat maka dapat terjadi berbagai perubahan pada saluaran pencernaan. Apabila efek lektm pada saluran pencernaanini diketahui maka kemungkinan lektin dikembangkan sebagat suatu vaksin terbuka sangat lebar. Lektin dan suatu bakten yang tenkat pada sel epitel saluran pencernaan akan menimbulkan kolonisasi patogen dan selanjutnya terjadi diare (Alverdy, 2000). Babt yang dunokulast dengan bakten patogen dan lektm ternyata lektin tenkat pada brush bordervilli usus dan sel goblet tanpa terjadi diare (Shon, 2000). Berkattan dengan hal tersebut tampaknya penelittan tentang lektin banyak ditujukan untuk menghambat suatu penyakit tanpa mellhat efek fistologisnya pada kontrakst otot polos dan absorpsi nutrien saluran penceranaan. Adanya kemampuan lektin mengenall reseptor secara spesifik pada set epitei usus dan permukaan membran sel, maka ada kernungkinan terjacit penurunan kontraksi otot polos dan peningkatan absorpsi nutrien dalam saturan pencernaan. Oleh karena itu perlu ditakukan peneiltian tentang peranan lektin datam kontraksi otot polos saturan pencernaan. Tujuan dari penelitian ini adatah untuk mengetahui peranan iektin dalam mempengaruhi kontaksi otot polos saiuran pencernaan dan absorbsi nutrten. Metode peneiltian yang digunakan adajah eksperimental laboratoris dengan periakuan yaitu kontroi (kelompok 1)3 pemberian iektin 0,25 mglekor (keiompok 2), pemberian lektin 0,5 mgiekor (ketompok 3) dan pemberian lektin I maiekor (kelompok 4). Rancangan pada peneiitian ini adalah rancangan acak iengkap. Data yang diperoleh dari pemeriksaan kontraksi otot polos saluran pencernaan meliputi frekuensi, ampiltudo dan tonus serta absorpsi nutrien berupa kadar glukosa darah, kadar total protein darah dan kadar totai temak darah dianalisis dengan analysis of variance (Anova), yang kemudian dilanjutkan dengan uji least significant difference (LSD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian lektin 0.25 mgiekor, 0,5 mgiekor dan 1 mglekor dapat memberikan pengaruh yang nyata (p 0105). Pemberian iektin 1 mgiekor temyata jauga dapat meningkatkan absorpsi nutrien terutama giukosa bila dibandingkan dengan kontroi (p < 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian lektin dapat meningkatkan amplitudo dan tonus kontraksi otot polos saiuran pencernaan tetapi tidak dengan frekuensinya dan ciiikuti dengan peningkatan absorpsi nutrien terutama absorpsi giukosa untuk pemberian iektin mgiekor.. Disarankan penggunaan lektin untuk penigkatan kekuatan kontrakst otot polos saluran pencernaan dan peningkatan absorpsi giukosa pada dosis 1 mgfekor

    Platinum Group Element Geochemistry of Andesite Intrusions of the Kelian Region, East Kalimantan, Indonesia: Implications of Gold Depletion in the Intrusions Associated with the Kelian Gold Deposit

    No full text
    Nineteen andesite samples from the Kelian gold mine and two adjacent prospects, Magerang-Imang and Nakan, in East Kalimantan, have been analyzed for Cu, Re, Au, and the platinum group elements (PGE). The aim of the study was to use variations in PGE concentrations to test whether the chalcophile elements became enriched or depleted with fractionation in the igneous suites associated with the Kelian deposit. When the data are plotted on mantle-normalized chalcophile element diagrams, the patterns for the Magerang-Imang and Nakan suites are subparallel over a range of PGE concentrations of about 20 times. Pd/Ir ratios for Magerang-Imang hornblende andesites and Nakan pyroxene andesites are 15 to 54 and 60 to 129, respectively. The lower Pd/Ir ratios for the Magerang-Imang suite are due to a reversal in the slope of the mantle-normalized pattern between Ir and Os that is not seen in the Nakan suite. All PGE concentrations from both the Magerang-Imang and Nakan suites decrease with increased fractionation. Furthermore, all samples, which have not been subjected to strong alteration, are strongly depleted in Au relative to adjacent elements on mantle-normalized chalcophile element plots. Crosscutting relationships show that the gold mineralization at Kelian is younger than the associated Central and Eastern andesite intrusions, so they cannot be the source of the gold in the deposit. The gold was probably derived from slightly younger intrusions, similar in age to the adjacent Magerang-Imang hornblende andesites, which appear to be coeval with the mineralization and which are also depleted in gold. The subparallel PGE patterns preclude the depletion of Cu, Au, and PGE by sulfide fractionation, which would fractionate highly chalcophile PGE from less chalcophile Cu and Re. We suggest that the parallel Cu-Au-PGE patterns are due to mixing between a relatively mafic PGE-rich magma and a more felsic magma with lower PGE concentrations

    Studi Fisiobiologi Ikatan Lektin dengan Reseptor pada Saluran Pencernaan Kelinci sebagai Dasar Pembuatan Vaksin Anti Diare

    Get PDF
    Lektin adaiah suatu protein atau glikoprotein non imunogenik yang diperoleh dari tanarnan, binatang dan mikroorganisme. Lektin dapat berikatan dengan reseptor glikolipid pada sel epitel saluran pencernaan (Leathern 1998). Sejauh ini efek dari terikatnya lektin pada reseptor dalam saluran pencernaan temyata belum diketahui dengan jelas. Lektin mempunyai kemampuan mengenali reseptor secara spesifik dengan mengikat struktur karbohidrat di membran sel, inti sel dan sitoplasma (Leathern, 1998), Lektin tanaman yang diberikan sebagai makanan tambahan dapat mempengaruhi kolonisasi mikroorganisme patogen yang potensial pada saluran pencernaan (Pusztai, 2001). Hal ini menunjukan bahwa setelah lektin terikat maka dapat terjadi berbagai perubahan pada saluaran pencernaan. Apabila efek lektin pada saluran pencernaan ini diketahui maka kemungkinan lektin dikembangkan sebagai suatu vaksin terbuka sangat lebar. Lektin dari suatu bakteri yang terikat pada sel epitel saluran pencernaan akan menimbulkan kolonisasi patogen dan selanjutnya terjadi diare (Alverdy, 2000). Babi yang diinokulasi dengan bakteri patogen dan lektin ternyata lektin terikat pada brush border villi usus dan sel goblet tanpa terjadi diare (Shon, 2000). Berkaitan dengan hal tersebut tampaknya penelitian tentang lektin banyak ditujukan untuk menghambat suatu penyakit tanpa melihat efek fisiologisnya pada kontraksi otot polos dan absorpsi.nutrien di saluran penceranaan. Adanya kemampuan lektin mengenali reseptor secara spesifik pada sel epitel usus dan perrnukaan membran set, maka ada kemungkinan terjadi penurunan kontraksi otot polos dan peningkatan absorpsi nutrien dalam saluran pencernaan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang mekanisme ikatan lektin pada reseptor dan efek yang terjadi pada saluran pencemaan secara tlsiobioiogis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme ikatan lektin dengan reseptor dan efek hsiologis yang ditimbulkan dalam saluran pencemaan yang ditinjau secara fisiobiologi Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris dengan 4 perlakuan yaitu kontrol (kelompok 1), pemberian lektin 0,25 mglekor (kelompok 2), pemberian lektin 0,5 mglekor (kelompok 3) dan pemberian lektin 1 mglekor (kelompok 4). Rancangan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap. Data basil pemeriksaan histologic reseptor lektin dengan pewamaan PAS kemudian dianalisis dengan Kruskal-Wallis Test dan dilanjutkan dengan Mann-Whitney Test. Data tentang pemeriksaan kontraksi otot polos saluran pencemaan meliputi frekuensi, amplitudo dart tonus serta absorpsi nutrien berupa kadar glukosa darah, kadar total protein darah dan kadar total lemak darah dianalisis dengan analysis of variance (Anova), yang kemudian dilanjutkan dengan uji least significant difference (LSD). Flashl penelitian menunjukkan bahwa pemberian lektin 0,25 mglekor, 0,5 mglekor dan 1 mglekor dapat memberikan pengaruh yang nyata (p 0,05). Pemberian lektin 1 mglekor temyata juga dapat meningkatkan absorpsi nutrien terutama glukosa bila dibandingkan dengan kontrol (p < 0,05). Dari hasil tersebut dapatdisimpulkan bahwa pemberian lektin dapat menurunkan jumlah reseptor lektin, meningkatkan amplitudo, tonus kontraksi otot polos saluran pencernaan dan meningkatkan absorbsi nutrien terutama glukosa. Disarankan penggunaan lektin untuk peningkatan kekuatan kontraksi otot polos saluran pencernaan dan peningkatan absorbsi glukosa pada dosis 1 mg/ekor
    corecore