160 research outputs found

    Eksplorasi Lichen Di Sepanjang Jalan Raya Solo Tawangmangu Dan Kawasan Hutan Sekipan Karanganyarjawa Tengah

    Get PDF
    Research on eksploration of lichen along the highway solo Tawangmangu and forest areas Sekipan Karanganyar Central Java has been carried out in January until February 2016. The research aimed to identify species of lichen in the road of Solo-Tawangmangu and Sekipan Forest. This research was using qualitative descriptive with survey techniques. This method established two stations were stations 1 (Along the Road Solo Tawangmangu) and station 2 (in the forest Sekipan). The research found 18 species of identification of lichen. Five family that Parmeliaceae (4 species), Peltigeraceae (1 species), Physciaceae (4 species), Graphidaceae (4 species), and Calicaceae (5 species). Type morphology was the dominant type of foliose as many as 8 species followed fruticose type 1 species, the type squamulose 5 species and 4 species of crustose type. The percentage of lichen on the second station obtained Physconia sp. 2 (the lowest) equal to 36% at station 1 and Peltigera colina (the highest ) species that 90% at station 2. The traffic density at station 1 was very crowded It influenced the growth of lichen. At station 2 (Sekipan forest) there was no influence of air pollution. So the growth of the lichen were very diver. The percentage of lichen coverage was the highest in Station 1 (90 %) was Peltigera colina and the lowest one was the Road of Solo – Tawangmangu (36 %) was Physconia sp 2

    Kajian Kesiap Siagaan Masyarakat Terhadap Bencana Gempa Bumi Di Kawasan Perkotaan Takengon

    Get PDF
    Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera menyebabkan Indonesia mempunyai potensi yang strategis dalam perekonomian sekaligus juga rawan dengan bencana. Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu wilayah rawan bencana gempa bumi di Provinsi Aceh. Gempa bumi yang terjadi mengakibatkan kerusakan di wilayah Aceh khususnya di Kawasan Perkotaan Takengon Gempa bumi Aceh Tengah tanggal 2 Juli 2013 menimbulkan kerusakan bangunan dan gerakan tanah yang menyebabkan 39 orang meninggal, lebih dari 400 orang luka. Dengan letak Kawasan Perkotaan Takengon yang memiliki potensi kerentanan bencana yang tinggi, maka kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi harus dikuasai oleh masyarakat yang berdiam di kawasan yang rawan bencana agar dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut dapat di minimalisir. Studi ini bertujuan memberikan arahan kesiapsiagaan masyarakat di Kawasan Perkotaan Takengon dalam menghadapi bencana gempa bumi. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana gempa bumi di Kawasan Perkotaan Takengon berdasarkan penilaian terhadap setiap indikator yang telah di tetapkan dari 2 fase kesiapsiagaan yaitu fase sebelum dan saat terjadi bencana gempa bumi, menunjukkan bahwa tingkat kesiapsiagaan pada fase sebelum bencana terjadi di Kawasan Perkotaan Takengon berada pada tingkat cukup siap di semua kecamatan. Pada fase saat bencana terjadi di Kawasan Perkotaan Takengon berada pada tingkat cukup siap di semua kecamatan. Agar masyarakat siap dalam menghadapi bencana maka disusun arahan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana gempa bumi yang menekankan pada faktor pengetahuan dan sikap, kebijakan dan panduan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, mobilisasi sumber daya dan modal sosial Kata Kunci : Gempa Bumi, Kesiapsiagaan, Masyaraka

    Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar

    Get PDF
    Latar belakang: Apabila balita terserang diare maka tindakan-tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan. Penyakit diare merupakan penyebab kedua kematian pada anak dibawah lima tahun terutama di Negara berkembang. Sebanyak 1,8 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit diare, 90% adalah anak usia di bawah lima tahun. Dalam urutan penyebab kunjungan puskesmas atau balai pengobatan, diare hampir selalu termasuk dalam kelompok tiga penyebab utama ke puskesmas. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare pada balita usia 2-5 tahun. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner pengetahuan tentang diare, analisis data menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Jumlah sampel sebanyak 100 responden. Hasil: Tingkat pengetahuan ibu dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, pengetahuan baik 53 orang (53%), pengetahuan cukup 41 orang (41%), dan pengetahuan kurang 6 orang (6%). Dari hasil penelitian, ibu dengan pengetahuan baik (53 orang) sebanyak 18 anak diare dan 35 anak tidak diare. Ibu dengan pengetahuan cukup (41 orang), didapatkan 29 anak diare dan 12 anak tidak diare. Ibu dengan pengetahuan kurang (6 orang) didapatkan 5 anak diare dan 1 anak tidak diare. Hasil analisis didapatkan nilai p = 0,001. Kesimpulan: Terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare pada balita usia 2-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar

    Atypical bifurcation without compactness

    Get PDF
    Abstract. We prove a global bifurcation result for an abstract equation of the type Lx + λh(λ, x) = 0, where L : E → F is a linear Fredholm operator of index zero between Banach spaces and h : R × E → F is a C 1 (not necessarily compact) map. We assume that L is not invertible and, under suitable conditions, we prove the existence of an unbounded connected set of nontrivial solutions of the above equation (i.e. solutions (λ, x) with λ = 0) whose closure contains a trivial solution (0,x). This result extends previous ones in which the compactness of h was required. The proof is based on a degree theory for Fredholm maps of index zero developed by the first two authors

    Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Pada Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Batang( Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku UMKM Yang Terdaftar Di KPP Batang)

    Get PDF
    Hasil penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui implementasi PP Nomor 46 Tahun 2013, menguji apakah terdapat perbedaan PPh terutang sebelum dan sesudah penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013, untuk mencari bukti empiris apakah perbedaan PPh terutang tersebut menguntungkan atau tidak, untuk mencari bukti empiris apakah terdapat perbedaan PPh terutang pada kelompok usaha toko kelontong dan toko pakaian dan untuk mencari bukti empiris apakah terdapat perbedaan PPh terutang pada kelompok usaha toko kelontong dan toko pakaian pada Wajib Pajak Orang Pribadi pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang. Sampel yang digunakan adalah pelaku atau pemilik UMKM. Kuesioner yang kembali dan dapat diolah sebanyak 100 kuisioner. Teknik analisa data yang digunakan menguji hipotesis adalah Uji beda non parametrik Wilcoxon Signed Ranks Test dan Mann-Whitney Test. Semua data yang diperoleh, diolah dengan program SPSS 17.00. yang terlebih dahulu diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas. Dalam uji asumsi klasik menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak normal Hasil data dari KPP Batang menunjukkan Penerimaan pajak penerapan PP Nomor 46 tahun 2013 dapat meningkatkan penerimaan pajak pada UMKM Orang Pribadi, karena penerimaan pajak meningkat sebesar Rp167.065.286 atau 13%. Penerapan PP 46 tahun 2013 pada WPOP pelaku UMKM di KPP Batang tidak menguntungkan bagi usaha mikro karena membayar pajak lebih besar tetapi menguntungkan bagi usaha kecil dan menengah karena mereka dikenakan pajak yang lebih ringan karena tarif final sebesar 1%. Hasil uji beda Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan PPh terutang pada Wajib Pajak Orang Pribadi pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Batang sebelum dan sesudah penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013. Hasil uji beda Mann-Whitney Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan PPh terutang pada kelompok usaha toko kelontong dan toko pakaian yang terdaftar di KPP Batang jika menerapkan PP Nomor 46 Tahun 2013. Hasil uji beda Mann-Whitney Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan PPh terutang pada kelompok usaha toko kelontong dan toko pakaian yang terdaftar di KPP Batang jika menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

    Penerapan Metode Field Trip dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi pada Siswa Tunarungu

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dalam proses pembelajaran menulis karangan deskripsi, meningkatkan kemampuan dalam menulis karangan dekripsi sesuai dengan penyusunan Subjek, Predikat, Objektif dan Keterangan  pada siswa tunarungu di SMPLB-B YPTB Malang.  Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen dengan desain penelitian one-group-pretestposttest-design. Sampel dari penelitian ini 10 siswa SMPLB-B YPTB Malang dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Analisis data menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan metode field trip dalam menulis karangan deskripsi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa secara signifikan dibandingkan dengan prnggunaan metode konvensional.

    Kajian Arahan Penanganan Sanitasi di Wilayah Bencana Banjir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung

    Get PDF
    Kecamatan Baleendah merupakan daerah rawan banjir. Menjadi suatu permasalahan ketika masyarakat adaptif untuk tetap tinggal, dan pelayanan sanitasinya rendah di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan penanganan sanitasi di Wilayah Bencana Banjir Kecamatan Baleendah. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian campuran secara kualitatif dan kuantitatif dengan cara merumuskan faktor dan sub-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat risiko sanitasi dan penilaian kondisi sanitasi eksisting dalam menghadapi bencana banjir dengan memperhatikan kebijakan terkait. Hasil penelitian ini yaitu untuk mengetahui arahan penanganan sanitasi di wilayah bencana banjir berdasarkan hasil analisis penilaian kondisi sanitasi dan analisis tingkat risiko sanitasi. Arahan penanganannya dibagi secara teknis dan non teknis pada saat kondisi normal dan kondisi banjir berlangsung. Arahan secara teknis menggunakan 3 model perencanaan. Pertama model perencanaan spasial, penanganan sanitasi dengan pendekatan kebijakan-kebijakan terkait. Kedua model perencanaan pengelolaan prasarana air limbah, menggunakan pengelolaan sistem setempat sehingga permasalahan kekurangan tangki septik dapat terpenuhi. Penyediaan jamban swadaya dan jamban darurat untuk mengatasi kekurangan jamban ketika banjir berlangsung. Ketiga model perencanaan pengelolaan sampah rumah tangga dengan pendekatan pengelolaan sampah dengan berkelanjutan dengan sistem off terpusat dari mulai pengumpulan hingga ke pemrosesan akhir. Penyediaan prasarana persampahan yang tahan terhadap banjir. Arahan non teknis berupa penguatan kapasitas masyarakat dalam upaya Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berupa edukasi, pelatihan, penguatan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan sanitasi dalam segala kondisi, sehingga dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan baik dari pola perilaku dan permasalahan ketersediaan prasarana sanitasi. Kata Kunci : Sanitasi, Bahaya Banjir Arahan Penanganan Sanitasi

    SANITASI DALAM BAHAYA BENCANA BANJIR, BAGAIMANA CARA MENANGANINYA? STUDI DI KECAMATAN BALEENDAH, KABUPATEN BANDUNG

    Get PDF
    Baleendah District is a flood-prone area. Become a problem when the adaptive community to stay, and low sanitation services in the region. This research aims to formulate direction of sanitation handling in Banjir Sub-District of Baleendah District. The method used in this research is qualitative and quantitative research method by formulating factors and sub-factors that influence the level of sanitation risk and assessment of sanitation condition in facing flood disaster by paying attention to related policy. The result of this research is to know the direction of sanitation handling in flood disaster area based on analysis result of sanitation condition and sanitation risk level analysis. Handling directions are shared technical and non technical during normal and flooded conditions. Technical referrals use 3 planning models. First spatial planning model, sanitation handling with related policy approaches. Both models of wastewater infrastructure management plan, using local system management so that the problems of septic tank deficiency can be fulfilled. Provision of self-supporting latrines and emergency latrines to cope with the lack of latrines when the floods take place. The three models of household waste management planning with a sustainable approach to waste management with a centralized off-site system from collection to final processing. Provision of flood-resistant waste infrastructure. Non-technical guidance in the form of strengthening community capacity in Clean and Healthy Lifestyles (PHBS) in the form of education, training, strengthening public awareness of the use of sanitation in all conditions, thus minimizing the impact of both behavior patterns and problems of availability of sanitation infrastructure.Kecamatan Baleendah merupakan daerah rawan banjir. Menjadi suatu permasalahan ketika masyarakat adaptif untuk tetap tinggal, dan pelayanan sanitasinya rendah di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan penanganan sanitasi di Wilayah Bencana Banjir Kecamatan Baleendah. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian campuran secara kualitatif dan kuantitatif dengan cara merumuskan faktor dan sub-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat risiko sanitasi dan penilaian kondisi sanitasi dalam menghadapi bencana banjir dengan memperhatikan kebijakan terkait. Hasil penelitian ini yaitu untuk mengetahui arahan penanganan sanitasi di wilayah bencana banjir berdasarkan hasil analisis penilaian kondisi sanitasi dan analisis tingkat risiko sanitasi. Arahan penanganan dibagi teknis dan non teknis pada saat kondisi normal dan banjir berlangsung. Arahan teknis menggunakan 3 model perencanaan. Pertama model perencanaan spasial, penanganan sanitasi dengan pendekatan kebijakan-kebijakan terkait. Kedua model perencanaan pengelolaan prasarana air limbah, menggunakan pengelolaan sistem setempat sehingga permasalahan kekurangan tangki septik dapat terpenuhi. Penyediaan jamban swadaya dan jamban darurat untuk mengatasi kekurangan jamban ketika banjir berlangsung. Ketiga model perencanaan pengelolaan sampah rumah tangga dengan pendekatan pengelolaan sampah dengan berkelanjutan dengan sistem off site terpusat mulai pengumpulan hingga ke pemrosesan akhir. Penyediaan prasarana persampahan yang tahan banjir. Arahan non-teknis berupa penguatan kapasitas masyarakat dalam Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berupa edukasi, pelatihan, penguatan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan sanitasi dalam segala kondisi, sehingga meminimalisir dampak yang ditimbulkan baik dari pola perilaku dan permasalahan ketersediaan prasarana sanitasi
    corecore