72 research outputs found

    LAPORAN INDIVIDU PRAKTEK PENGALMAN LAPANGAN DI SMK N 4 SURAKARTA

    Get PDF
    Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan kegiatan terpadu dan saling mendukung satu dengan lainnya dalam rangka mengembangkan kompetensi mahasiswa sebagai calon guru atau tenaga kependidikan yang profesional. Penyelengaraan program KKN-PPL secara terpadu bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang bagus dan bermutu, memperluas wawasan, melatih dan mengembangkan kompetensi yang diperlukan dalam bidangnya, meningkatkan keterampilan, kemandirian, tanggungjawab, dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Tujuan lain adalah memberikan gambaran dan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam hal alokasi waktu, perencanaan program, pengelolaan, dan pendanaan yang efisien dan efektif. Program yang dikembangkan mahasiswa dalam praktik KKN-PPL disesuaikan dengan program sekolah sehingga dapat mendukung program-program yang ada di sekolah. KKN-PPL ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Surakartayang berlokasi di Jalan LU Adisucipto No.40. Kegiatan KKN-PPL dilaksanakan mulai tanggal 15 Maret 2014 sampai dengan 19 September 2014. Berdasarkan analisis situasi dan observasi baik sekolah maupun kelas, telah dilaksanakan berbagai program. Dalam kegiatan praktek mengajar, mahasiswa dibimbing oleh guru pembimbing mata pelajaran. Pelaksanaan praktek mengajar sesuai dengan jadwal guru pembimbing mata pelajaran. Dari program KKN-PPL ini mahasiswa telah memperolah manfaat baik dari praktek maupun kegiatan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan KKN-PPL ini. Dari kegiatan tersebut mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses kegiatan belajar disekolah

    Restructuring Of Students’ Thinking in Junior High School Through Defragmentation for Solving Mathematical Problems

    Get PDF
    Problem-solving in math is still a problem today. Studies show that students still make mistakes in answering math problems. Errors in answering the questions indicate that there is fragmentation in the thinking structure of students. This article uses a systematic review method. Researchers selected articles according to the criteria and found 9 articles with a total of 25 research subjects. Data collection was carried out in two main stages, namely the search and selection stages. The results show that students experience many obstacles at the stage of re-checking the integrity of the completion steps because of the habit of students who skip the re-examination and are sure that the answer is correct. A common type of error in the construction of a mathematical concept is a construction hole. Construction holes can be overcome by the emergence of schemes to complement the imperfections of students' thinking structures in solving mathematical problems. The type of defragmentation that is most often given is scaffolding. Scaffolding is considered the most effective for all types of mistakes made because it can be done and later reduced so that students can solve math problems independently

    Defragmentasi Lubang Konstruksi siswa Sekolah Menengah Pertama dalam menyelesaikan masalah Geometri menggunakan Scaffolding Building BLocks

    Get PDF
    ABSTRAK Masalah geometri yang juga memiliki banyak cara untuk menyelesaikannya. Terkait hal tersebut diketahui siswa memahami masalah dengan baik, namun ketika merencanakan penyelesaian dan menyelesaikan soal, ia justru tak mampu memecahkannya. Selain itu, siswa bahkan bisa salah dalam menjawab soal yang diberikan. Hal ini diakibatkan siswa tidak mampu menggunakan konsep-konsep yang ia ketahui sebelumnya dengan tepat ketika menyelesaikan masalah. Hal tersebut dapat diatasi dengan defragmentasi Proses tersebut dapat dilakukan melalui scaffolding, salah satunya seperti building blocks. Alat tersebut dipilih sebagai alat bantu defragmentasi karena benda tersebut dapat membangun visualisasi bangun ruang yang menjadi masalah. Penelitian ini berfokus pada satu kesalahan struktur berpikir siswa, yaitu lubang konstruksi. Lubang konstruksi terjadi akibat ketidaklengkapan atau ketidaksempurnaan siswa dalam proses pembentukan konsep matematika. Oleh karena itu, defragmentasi dengan pemunculan skema dilakukan untuk mengisi ketidaklengkapan tersebut menggunakan scaffolding building blocks. Subjek dalam penelitian ini sebanyak tiga belas siswa kelas VIII SMP yang tersebar di tiga sekolah, yaitu SMP Islam Sabilurrosyad, SMP Islam Terpadu Insan Permata Malang, dan MTs Daruttauhid. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat partisipan. Sumber data berasal dari 13 subjek terpilih yang diambil dari lembar jawaban siswa, hasil wawancara, dan hasil pengamatan. Pengumpulan data dari tes tulis, wawancara semi terstruktur, dan pengamatan. Teknik analisis dilakukan dengan mentranskip dan mengkodekan, mengkategorisasikan data, mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Triangulasi yang dilakukan dengan triangulasi metode. Lubang konstruksi terdiri atas 4 kelompok berdasarkan penyebab utama kesalahan struktur berpikir tersebut. Kelompok 1 disebut dengan Skipped the Step, sedangkan kelompok 2 dinamakan Incomplete the Steps. Dua kelompok teratas ini tidak menggunakan scaffolding building blocks dalam proses defragmentasinya. Sementara itu, dua kelompok lainnya yaitu kelompok 3 (Uncleared the Steps) dan kelompok 4 (Unfinished the Steps) menggunakan scaffolding building blocks memerlukan scaffolding building blocks dalam proses defragmentasi. Hal ini disebabkan ketidakmampuan dalam mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan serta memperbaiki secara mandiri. Perbedaan antara keduanya terletak pada fungsi penggunaan scaffolding building blocks serta peran pembimbing dalam membantu siswa. Siwa di tingkat ketiga hanya memerlukan building blocks untuk mengonfirmasi kebenaran penjelasan yang diterima dan bimbingan boleh diberikan oleh ahli maupun tidak. Siswa di tingkat keempat membutuhkan building blocks sebagai alat peraga selama proses bimbingan untuk mendefragmentasi kesalahan-kesalahan yang dibuat dan bimbingan harus diberikan oleh pengajar atau ahli materi terkait. ABSTRACT Geometry problems also have many ways to solve them. Regarding this, it is known that students understand the problem well, but when planning solutions and solving problems, they are not able to solve them. In addition, students can even be wrong in answering the questions given. This is because students are not able to use the concepts that they know before correctly when solving problems. This can be overcome by defragmentation. This process can be carried out through scaffolding, one of which is building blocks. The tool was chosen as a defragmentation tool because it can build a visualization of the spatial structure that is the problem. This study focuses on one error in students' thinking structures, namely construction holes. Construction holes occur due to incompleteness or imperfection of students in the process of forming mathematical concepts. Therefore, defragmentation with schema appearance is carried out to fill in the incompleteness using scaffolding building blocks. The subjects in this study were thirteen grade VIII junior high school students spread across three schools, namely Sabilurrosyad Islamic Junior High School, Insan Permata Integrated Islamic Junior High School Malang, and Daruttauhid MTs. The presence of the researcher in this study was as a participant-observer. Sources of data came from 13 selected subjects taken from student answer sheets, interviews, and observations. Collecting data from written tests, semi-structured interviews, and observations. The analysis technique is done by transcribing and coding, categorizing data, reducing data, presenting data, and drawing conclusions. Triangulation is done by the triangulation method. The construction hole consists of 4 groups based on the main cause of the thinking structure error. Group 1 is called Skipped the Step, while group 2 is called Incomplete the Steps. The top two groups do not use scaffolding building blocks in their defragmentation process. Meanwhile, two other groups, namely group 3 (Uncleared the Steps) and group 4 (Unfinished the Steps) using scaffolding building blocks require scaffolding building blocks in the defragmentation process. This is due to the inability to identify the mistakes made and correct them independently. The difference between them lies in the function of using scaffolding building blocks and the role of mentors in helping students. Students at the third level only need building blocks to confirm the correctness of the explanations received and guidance may or may not be given by experts. Students at the fourth level need building blocks as teaching aids during the guidance process to defragment the mistakes made and guidance must be given by the teacher or related material expert. مستخلص البحث وللمسائل الهندسية أيضًا طرق عديدة لحلها. فيما يتعلق بهذا ، من المعروف أن الطلاب يفهمون المشكلة جيدًا ، لكن عند التخطيط للحلول وحل المشكلات ، لا يمكنهم حلها. بالإضافة إلى ذلك ، قد يكون الطلاب مخطئين في الإجابة على الأسئلة المطروحة. هذا لأن الطلاب غير قادرين على استخدام المفاهيم التي كانوا يعرفونها من قبل بشكل صحيح عند حل المشكلات. يمكن التغلب على هذا عن طريق إلغاء التجزئة ، ويمكن تنفيذ هذه العملية من خلال السقالات ، أحدها هو اللبنات الأساسية. تم اختيار الأداة كأداة لإلغاء التجزئة لأنها يمكن أن تبني تصورًا للهيكل المكاني الذي يمثل المشكلة. تركز هذه الدراسة على خطأ واحد في هياكل تفكير الطلاب وهو الثقوب الإنشائية. تحدث ثقوب البناء بسبب عدم اكتمال أو نقص الطلاب في عملية تكوين المفاهيم الرياضية. لذلك ، يتم تنفيذ إلغاء التجزئة بمظهر المخطط لملء النقص باستخدام وحدات بناء السقالات. كانت المواد في هذه الدراسة من طلاب الصف الثالث عشر من الصف الثامن الإعدادية موزعين على ثلاث مدارس ، وهي مدرسة الإسلامية الإعدادية ، ومدرسة المتكاملة الإسلامية الإعدادية ، و حضور الباحث في هذه الدراسة كان كمراقب مشارك. جاءت مصادر البيانات من 13 موضوعًا تم اختياره مأخوذة من أوراق إجابات الطلاب والمقابلات والملاحظات. جمع البيانات من الاختبارات الكتابية والمقابلات شبه المنظمة والملاحظات. تتم تقنية التحليل عن طريق النسخ والترميز ، وتصنيف البيانات ، وتقليل البيانات ، وتقديم البيانات ، واستخلاص النتائج. يتم التثليث عن طريق طريقة التثليث. يتكون ثقب البناء من 4 مستويات بناءً على السبب الرئيسي لخطأ بنية التفكير. المجموعة 1 تسمى تخطي الخطوة ، بينما المجموعة 2 تسمى الخطوات غير مكتملة. لا تستخدم المجموعتان العلويتان اللبنات الأساسية للسقالات في عملية إلغاء التجزئة. وفي الوقت نفسه ، هناك مجموعتان أخريان ، وهما المجموعة 3 (لم يتم توضيح الخطوات) والمجموعة 4 (لم يتم الانتهاء من الخطوات) باستخدام وحدات بناء السقالات ، تتطلب سقالات بناء في عملية إلغاء التجزئة. ويرجع ذلك إلى عدم القدرة على تحديد الأخطاء المرتكبة وتصحيحها بشكل مستقل. يكمن الاختلاف بين المستويين في وظيفة استخدام اللبنات الأساسية للسقالات ودور الموجهين في مساعدة الطلاب. يحتاج الطلاب في المستوى الثالث فقط إلى اللبنات الأساسية لتأكيد صحة التفسيرات التي تم تلقيها وقد يقدم الخبراء أو لا يقدمون التوجيه. يحتاج الطلاب في المستوى الرابع إلى اللبنات الأساسية كمساعدات تعليمية أثناء عملية التوجيه لإلغاء تجزئة الأخطاء التي تم ارتكابها ويجب تقديم التوجيه من قبل المعلم أو خبير المواد ذي الصلة

    Pemeriksaan Penyakit Sifilis di Daerah Lokalisasi Bandar Baru dengan Uji VDRL dan TPHA

    Get PDF
    Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Februari sampai 15 Februari 2002 di Balai Laboratorium Kesehatan Medan Jalan Laboratorium No. 5 Medan. Metode yang digunakan untuk menganalisa data pengamatan di gunakan metode deskriptif sampel darah dibiarkan membeku lalu disentrifus dan bahan yang digunakan adalah serum. Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA (Trepunema pallidum Haemaglutinasi Assay). Dari hasil penelitian terhadap 100 (seratus) sampel darah dapat disimpulkan bahwa 32 % terinfiksi sifilis dan rata - rata umurya 22 tahun, didominasi remaja, berusia 18 tahun. Nilai korelasi antara VDRL dan TPHA cukup kuat yaitu 0,643 yang berarti bahwa tiap nilai TPHA positif berartl nilai VDRL juga positif. Dalam arti tiap sampel yang VDRL dan TPHA positif sudah pasti positif penderita sifili

    PENGARUH FAKTOR INTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI PRODUK DI CHACHA MILKTEA JL. GEJAYAN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh faktor internal secara bersama-sama terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk di ChaCha MilkTea Jl Gejayan, (2) Faktor internal yang paling mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk di ChaCha MilkTea Jl Gejayan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli minuman di ChaCha MilkTea Jl Gejayankurang lebih sebesar 500 orang per harinya. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik insidental sampling dan sampel ditentukan dengan referensi dari Riduwan dan Kuncoro dengan taraf kesalahan 5% sehingga sampel dalam penelitian ini sebanyak 83 konsumen. Uji cobapenelitian ini menggunakan angket tertutup dengan Skala Likert . Uji validitas instrumen menggunakan validitas konstruk expert judgement , validitas isi dengan korelasi Product Moment dan Uji reliabilitas menggunakan Alfa Cronbrach . Metode analisis data ini menggunakan regresi berganda dengan alat analisis uji F dan uji t pada tingkat signifikansi sebesar 5 %, sumbangan efektif (SE) dan sumbangan relatif (SR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Faktor internal yang terdiri dari motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian dan sikap secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian yang ditunjukkan dengan nilai F sebesar 8,535.(2) faktor internal belajar merupakan faktor yang paling mempengaruhi diantara keempat faktor yang lainnya (faktor internal motivasi, pengamatan, kepribadian dan sikap) dengan nilai sumbangan efektif (SE) dan sumbangan relatif (SR) masing-masing sebesar 7,9% dan 24,9% terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk di ChaCha MilkTea Jl. Gejayan. Kata kunci : Faktor Internal, Keputusan Pembelian, ChaCha MilkTe

    Pemberian Scaffolding untuk Memperbaiki Proses Berpikir Komputasional Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika

    Get PDF
    Berpikir komputasional didefinisikan sebagai proses pemecahan masalah menggunakan logika secara bertahap dan sistematis. Kemampuan berpikir ini sangat dibutuhkan untuk membantu dan memudahkan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa siswa belum mampu menggunakan abstraksi terhadap masalah matematika yang diberikan serta melakukan algoritma. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses berpikir komputasional siswa pada pemecahan masalah matematika melalui scaffolding menggunakan soal HOTS model PISA materi program linear kelas XI di MA Daruttauhid Malang. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun data penelitian terdiri atas jawaban siswa, think aloud, dan hasil wawancara semiterstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa scaffolding dapat membantu dan memperbaiki proses berpikir komputasional karena pemberian pertanyaan, petunjuk, pengingat, arahan, atau dorongan membuat berpikir komputasional siswa menjadi aktif secara optimal. Hal ini dibuktikan dari tahapan berpikir komputasional siswa yang sebelumnya hanya mampu mencapai pengenalan pola, menjadi siswa yang dapat mencapai tahap abstraksi dan berpikir algoritma dalam memecahkan masalah masalah matematika

    Efektivitas Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Akademik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.

    Get PDF
    Penggunaan informasi dalam suatu organisasi merupakan hal yang mutlak karena pada dasarnya apa yang dibutuhkan dan apa yang disampaikan oleh suatu organisasi adalah informasi. Agar informasi dapat didayagunakan secara optimal dibutuhkan suatu sistem yang akan mengoptimalkan pendayagunaan informasi. Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah suatu sistem formal tentang golongan, dan penyebaran informasi kepada orang-orang yang tepat dalam suatu organisasi. Sistem yang telah maju tidak hanya mengerjakan fungsi tata usaha akan tetapi juga memberikan bantuan pengambilan keputusan kepada manajemen. Meskipun jarang terjadi, sistem terprogramkan mampu memonitor dan mengarahkan operasi-operasi tertentu tanpa bantuan manusia.\ud Penggunaan informasi dalam suatu organisasi berfungsi sebagai suatu pertimbangan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang kemudian diterapkan dalam bentuk pelayana

    Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Abnormal Related Party Transaction (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bei Tahun 2015)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh terhadap abnormal related party transaction (ARPT). Penelitian ini menggunakan sampel 66 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2015. Sampel penelitian menggunakan tehnik purposive sampling. Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier berganda. Pada pengujian regresi didapatkan hasil bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap abnormal related party transaction (ARPT) penjualan. Kemudian pada pengujian variabel kedua hasilnya adalah bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap abnormal related party transaction (ARPT) penjualan.This study aims to examine whether institutional ownership, and managerial ownership have an effect on the abnormal associated party transaction (ARPT). This study uses a sample of 66 manufacturing companies listed on the BEI in 2015. The sample research using purposive sampling technique. The technique used in this research is multiple linear analysis. In regression testing it was found that institutional ownership had no effect on abnormal related party transaction (ARPT) sales. Then on testing the second variable the result is that managerial ownership negatively affects the abnormal related party transaction (ARPT) sales
    corecore