17 research outputs found

    Body Dissatisfaction dan Keterkaitannya dengan Subjective Well-Being pada Perempuan Masa Emerging Adulthood

    Get PDF
    In this research, we aimed to examine the relationship between body dissatisfaction and three aspects of subjective well-being, which included life satisfaction, positive affect, and negative affect. Drawing from accidental sampling, participants were 306 women between the ages of 18 and 25 years who were in the period of emerging adulthood and domiciled in Malang, East Java. Designed as a correlational survey, results in this research revealed that high levels of body dissatisfaction corresponded with low levels of life satisfaction and positive affect. Conversely, high levels of body dissatisfaction corresponded with high levels of negative affect. We explain the theoretical implications of these empirical findings in the discussion section, which also highlights the limitations of the present work as well as recommendations for follow-up studies to overcome these limitations. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body dissatisfaction dan tiga aspek subjective well-being, yang mencakup kepuasan hidup, afek positif, dan afek negatif. Subjek penelitian adalah 306 perempuan berusia 18-25 tahun yang berada pada masa emerging adulthood dan berdomisili di Kota Malang, Jawa Timur, yang direkrut atas dasar accidental sampling. Studi korelasional dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya body dissatisfaction berkaitan dengan rendahnya kepuasaan hidup dan afek positif. Sebaliknya, tingginya body dissatisfaction berkaitan dengan tingginya afek negatif. Implikasi teoritis dari temuan-temuan empiris ini dielaborasi di bagian diskusi, yang juga membahas kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini serta rekomendasi studi lanjutan untuk menutupi kelemahan-kelamahan tersebut.

    THE CORRELATION BETWEEN LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT LEUCORRHOEA AND PREVENTION OF LEUCORRHOEA BEHAVIOR ON TEENAGE GIRLS AT SMA DHARMA PRAJA DENPASAR: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA DHARMA PRAJA DENPASAR

    Get PDF
    Keputihan atau Fluor albus adalah suatu gejala berupa cairan yang tidak berupa darah yang keluar dari organ genetalia. Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur muda berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Keputihan pada remaja dapat disebabkan karena perilaku pencegahan keputihan yang kurang baik. Pengetahuan adalah salah satu faktor terbentuknya perilaku pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku pencegahan keputihan pada remaja putri di SMA Dharma Praja Denpasar. Jenis penelitian yaitu kuantitatif dengan menggunakan metode desain korelasi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar yang berjenis kelamin perempuan kelas X di SMA Dharma Praja sebanyak 124 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 95 responden. Uji statistik menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan remaja dengan pengetahuan yang baik tentang keputihan lebih banyak memiliki perilaku yang baik dalam pencegahan keputihan (82,3%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan kekuatan kuat antara tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku pencegahan keputihan pada remaja putri di SMA Dharma Praja Denpasar, dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0,000 dengan nilai koefisien korelasi yaitu 0,722. Semakin tinggi pengetahuan remaja maka akan semakin baik perilaku remaja terhadap pencegahan keputihan. Berdasarkan penelitian ini, disarankan bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat bekerjasama dengan sekolah dalam memberikan informasi kepada siswi tentang kesehatan reproduksi khususnya keputihan.Leucorrhoea is a symptom in the form of a liquid that is not in the form of blood coming out of genetal organs. In Indonesia, about 90% of women have the potential to experience leucorrhoea because the country of Indonesia is a tropical climate, so young fungi develop which result in many cases of leucorrhoea. Leucorrhoea in teenagers can be caused by bad behavior of leucorrhoea precaution. Knowledge is a factor to build behavior in teenager. This study aims to analyze the correlation between level knowledge about leucorrhoea with prevention behavior  leucorrhoea for teenage girls at SMA Dharma Praja Denpasar. The type of research is quantitative by using descriptive correlation design method with cross sectional approach. The population in this study were female students of class X at SMA Dharma Praja Denpasar as many 124 people. The technique sampling is using simple random sampling with total sample of 95 respondents. Statistical tests using the Spearman Rank correlation test. The results showed that more teenager with good knowledge of leucorrhoea have good behavior in leucorrhoea precaution (82.3%). The results of the statistical tests show that there is a significant correlation with the strong strength between knowledge about Leucorrhoea with prevention behavior  leucorrhoea for teenage girls at Sma Dharma Praja Denpasar, with a significance value of 0,000 with a correlation coefficient of 0.722. The higher adolescent's knowledge, it will better for behavior of adolescents towards prevention of leucorrhoea. Based on this study, it is recommended that health workers be expected to work together with schools in providing information to students about reproductive health, especially leucorrhoea

    Prevalence, associated factors and outcomes of pressure injuries in adult intensive care unit patients: the DecubICUs study

    Get PDF
    Funder: European Society of Intensive Care Medicine; doi: http://dx.doi.org/10.13039/501100013347Funder: Flemish Society for Critical Care NursesAbstract: Purpose: Intensive care unit (ICU) patients are particularly susceptible to developing pressure injuries. Epidemiologic data is however unavailable. We aimed to provide an international picture of the extent of pressure injuries and factors associated with ICU-acquired pressure injuries in adult ICU patients. Methods: International 1-day point-prevalence study; follow-up for outcome assessment until hospital discharge (maximum 12 weeks). Factors associated with ICU-acquired pressure injury and hospital mortality were assessed by generalised linear mixed-effects regression analysis. Results: Data from 13,254 patients in 1117 ICUs (90 countries) revealed 6747 pressure injuries; 3997 (59.2%) were ICU-acquired. Overall prevalence was 26.6% (95% confidence interval [CI] 25.9–27.3). ICU-acquired prevalence was 16.2% (95% CI 15.6–16.8). Sacrum (37%) and heels (19.5%) were most affected. Factors independently associated with ICU-acquired pressure injuries were older age, male sex, being underweight, emergency surgery, higher Simplified Acute Physiology Score II, Braden score 3 days, comorbidities (chronic obstructive pulmonary disease, immunodeficiency), organ support (renal replacement, mechanical ventilation on ICU admission), and being in a low or lower-middle income-economy. Gradually increasing associations with mortality were identified for increasing severity of pressure injury: stage I (odds ratio [OR] 1.5; 95% CI 1.2–1.8), stage II (OR 1.6; 95% CI 1.4–1.9), and stage III or worse (OR 2.8; 95% CI 2.3–3.3). Conclusion: Pressure injuries are common in adult ICU patients. ICU-acquired pressure injuries are associated with mainly intrinsic factors and mortality. Optimal care standards, increased awareness, appropriate resource allocation, and further research into optimal prevention are pivotal to tackle this important patient safety threat

    Pengaruh aktivitas hipoglikemik ekstrak etanol daun angsana (pterocarpus indicus)terhadap histopatologi sel beta-pankreas tikus diabetes yang diinduksi aloksan

    Get PDF
    Telah dilakukan pengujian tentang uji aktivitas hipoglikemik ekstrak etanol daun angsana (Pterocarpus indicus) pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun angsana terhadap penurunan kadar glukosa darah dan terhadap perbaikan sel �-pankreas pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan. Hewan coba yang digunakan adalah 30 ekor tikus putih jantan galur Wistar dengan berat badan sekitar 151 gram dan umur 2-3 bulan. Ketigapuluh hewan coba dibagi dalam 6 kelompok, yaitu kelompok negatif (tikus normal), kelompok positif (tikus diabetes), suspensi ekstrak etanol daun Angsana dosis 250, 500, 1000 mg/kg BB dan kelompok pembanding metformin. Semua kelompok, kecuali kelompok negatif, diinduksi aloksan monohidrat 150 mg/kg BB secara intramuskular, dan dicek KGDnya hingga kondisi diabetes (KGD > 200 mg/dL), kemudian dilakukan perlakuan pada masing-masing kelompok selama 7 hari. Pada hari ke-8 semua hewan coba dikorbankan, sel �- pankreas diambil untuk uji histokimia. Hasilnya menunjukkan persentase penurunan kadar glukosa darah ekstrak etanol daun Angsana dosis 250, 500 and 1000 mg/kg BB adalah 73,12%, 72,08%, 67,77% dan kelompok pembanding metformin 67.68%. Perhitungan secara statistik dilakukan dengan uji one way anova dilanjutkan dengan LSD 5%. Sedangkan perhitungan jumlah sel beta berdasarkan area perimeter. Hasilnya menunjukkan persentase perbaikan histopatologi sel �-pankreas tikus diabetes yang diinduksi aloksan pada dosis 250, 500, 1000 mg/kg BB adalah 241,27%, 166,67%, 93,65% dan kelompok pembanding metformin 50,79%. Hasil yang didapat, disimpulkan bahwa ekstrak daun angsana (Pterocarpus indicus) dosis 250, 500 dan 1000 mg/kg BB memiliki efek terhadap penurunan kadar glukosa darah serta dapat memberikan perbaikan pada sel �-pankreas. Kata kunci: Pterocarpus indicus, ekstrak etanol, hipoglikemik, aloksan, sel �-pankrea

    Desain Pengukuran Kinerja Berdasarkan Dave Mcclure Metrics pada Bisnis Startup Agenda Kota

    Get PDF
    Kemajuan teknologi yang semakin cepat mendorong banyak masyarakat akhirnya mengandalkan teknologi untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini pun mendorong banyak orang membangun bisnis yang bertumpu pada teknologi agar mudah diakses oleh masyarakat di berbagai tempat. Bisnis yang bertumpu pada teknologi ini disebut bisnis startup yang muncul dengan berbagai jenis produk atau layanan yang diberikan. Startup harus segan dalam melakukan adaptasi perubahan kemajuan teknologi yang tidak pasti agar mereka tidak kehilangan user dan tetap bertahan dalam dunia perekonomian yang maju ini. Membangun sebuah bisnis tidak luput dari adanya pengukuran kinerja yang harus dilakukan agar kinerja bisnis bisa dikembangkan lebih baik kedepannya. Selain itu dengan adanya pengukuran kinerja, startup dapat menyusun strategi bisnis dengan lebih baik dan menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi sedini mungkin. Pengukuran kinerja non-keuangan hadir untuk melengkapi informasi yang mungkin tidak ada disediakan oleh pengukuran kinerja keuangan. Penelitian ini menggunakan metode applied research. Penelitian ini menggunakan objek perusahaan startup Agenda Kota yang bergerak dalam bidang event, vendor, dan venue. Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengetahui pengukuran kinerja yang diterapkan di startup Agenda Kota. Peneliti melakukan wawancara dan pengamatan terkait bagaimana pengukuran kinerja tersebut diterapkan serta apa kekurangan yang terdapat pada pengukuran kinerja tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi berupa rekomendasi dan langkah-langkah menggunakan Dave McClure Metrics sebagai alat pengukuran kinerja yang berguna untuk mengatasi kekurangan pengukuran kinerja yang sudah ada. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi yang tepat bagi startup Agenda Kota dalam melakukan pengukuran kinerja bisnisnya sehingga strategi yang direncanakan bisa lebih matang dan tepat sasaran. Selain itu, dengan pengukuran kinerja Dave McClure Metrics diharapkan startup Agenda Kota dapat mengambil keputusan yang bersifat jangka panjang sehingga bisa bertahan dalam dunia bisnis dan berkembang kearah yang lebih baik lagi

    Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah di Kabupaten Malang : studi pada Badan Kepegawaian Daerah di Kabupaten Malang

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah di Kabupaten Malang. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 60 pegawai Badan Kepegawaian Daerah di Kabupaten Malang dengan menggunakan teknik Random Sampling. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil bahwa variabel kompetensi memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai pada Kepegawaian Daerah di Kabupaten Malang. Atas hasil analisis Nilai korelasi Kompetensi (X1) sebesar 0,718, artinya variabel Kompetensi mempunyai hubungan yang kuat terhadap perubahan variabel Kinerja Pegawai (Y) pada Badan Kepegawaian Daerah di Kabupaten Malang. Selanjutnya dari hasil analisis regresi ganda didapatkan nilai koefisien sebesar 0,664, artinya variabel kompetensi mampu mempengaruhi perubahan kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian di Kabupaten Malang sebesar 66,4%. Berdasarkan hasil penelitian terhadap variabel Motivasi, diperoleh hasil bahwa variabel Motivasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai pada Kepegawaian Daerah di Kabupaten Malang. Dengan hasil analisis, nilai korelasi Motivasi (X2) sebesar 0,738, artinya variabel Motivasi mempunyai hubungan yang kuat terhadap perubahan variabel Kinerja Pegawai (Y) pada Kepegawaian Daerah di Kabupaten Malang. Selanjutnya dari hasil analisis regresi ganda didapatkan nilai sebesar 0,732, artinya variabel motivasi mampu mempengaruhi perubahan kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian di Kabupaten Malang sebesar 73,2%. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, diperoleh hasil bahwa variabel kompetensi dan motivasi memiliki hubungan yang positif secara bersama-sama terhadap Kinerja Pegawai pada Kepegawaian Daerah di Kabupaten Malang. Dari hasil analisis, hasil korelasi Kompetensi (X1) dan Motivasi (X2) secara bersamasama memiliki nilai sebesar 0,824, dengan demikian memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap perubahan Kinerja Pegawai (Y) pada Badan Kepegawaian Daerah di Kabupaten Malang. Selanjutnya dari hasil analisis regresi ganda didapatkan nilai kompetensi (b1) sebesar 0,408 dan nilai motivasi (b2) sebesar 0,485, artinya secara bersama-ama variabel kompetensi mampu mempengaruhi perubahan kinerja pegawai (Y) pada Badan Kepegawaian di Kabupaten Malang sebesar 40,8% dan variabel motivasi mampu mempengaruhi perubahan kinerja pegawai (Y) pada Badan Kepegawaian Kota Malang sebesar 48,5%
    corecore