ENHANCED PERFORMANCE CAPACITY OF POSYANDU TODDLER CADRES ON ORAL HEALTH CARE USING KNOWLEDGE MANAGEMENT TRAINING: SECI

Puskesmas Ngagel Rejo is one of the health centers in Surabaya, has run the school dental health effort (UKGS), but has not been able to carry out oral health efforts in the community (UKGM), because puskesmas do not yet have a cadre of oral health in posyandu. The problem with research is that there is no oral health cadre at Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya that serves the community. The study aims to increase the performance capacity of cadres of toddlers concurrently becoming oral health cadres as well, using training with a knowledge management approach: SECI. The study was a quasi-experimental study with a non-randomized control group of pre-post-design tests. There were three non-randomly selected groups, then given a pre-test to find out the initial state, which is the difference between the experimental group and the control group. Data analysis uses non-parametric data because the data is not distributed normally. The population of this study is a cadre of Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya numbering 317 cadres, while the total sample is 150 cadres. As a result, there were significant differences in knowledge and skill levels between dental health training groups without SECI, dental health training groups with SECI, and control groups (p-value <0.001). This research can prove that the knowledge and skills of the SECI group are better than the other two groups. In conclusion, knowledge management-based training: SECI affects cadre behavior in oral health

PENERAPAN LOAD LEVELING UNTUK MEMINIMASI WASTE WAITING PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET)

PT Agronesia (Divisi Industri Teknik Karet) merupakan perusahaan industri manufaktur dengan merek dagang ”Inkaba” yang memproduksi jenis produk karet teknik untuk kebutuhan industri. Jenis karet yang diteliti dalam penelitian ini fokus pada jenis rubber bellow. Permasalahan yang muncul adalah ketidaktercapaian produksi dan keterlambatan pengiriman rubber bellow kepada konsumen. Dalam proses produksi rubber bellow ditemukan waste waiting time yang menyebabkan ketidaktercapaian produksi dan keterlambatan pengiriman. Berdasarkan permasalahan yang terjadi, diperlukan rancangan perbaikan untuk meminimasi waiting time dengan pendekatan lean manufacturing. Tahap penelitian diawali dengan pengumpulan data primer yang kemudian diolah sehingga mengahsilkan value stream mapping dan Process Activity Mapping (PAM) current state yang berguna untuk memetakan aliran serta waktu proses yang terjadi. Didapatkan informasi adanya lead time produksi sejumlah 14210,72 detik dengan total non value added time 3767,47 detik. Total waktu yang termasuk ke dalam waste waiting sebesar 10654,85 detik. Tahap berikutnya, dilakukan identifikasi waste waiting seperti menunggu proses pencetakan, menunggu perbaikan mesin extrude, dan menunggu setup mesin press pada hari Senin menggunakan fishbone diagram dan 5 whys. Diketahui akar penyebab masalah yang terjadi adalah karena pembagian beban kerja operator oleh perusahaan hanya memperhatikan proses tanpa memperhitungan waktu, distribusi compound dari gudang bahan baku hanya dilakukan saat compound di area produksi telah menipis, tidak adanya jadwal pemeliharaan yang rutin. Tahap penyelesaian masalah untuk setiap akar penyebab terjadinya waste waiting time dilakukan menggunakan analisis 5W1H untuk memaparkan detail masalah dan menentukan rancangan usulan perbaikan dengan metode lean manufacturing seperti load leveling dan preventive maintenance

Perancangan dan Implementasi Sistem Otentikasi pada Roaming antar Provider Wi-fi Designing and Implementing Authentication System for Roaming Between Wi-Fi Providers

ABSTRAKSI: Mobilitas dan internet merupakan tren kebutuhan komunikasi saat ini. Pengguna selalu ingin dapat terkoneksi ke internet di manapun mereka berada. Karena itulah Wi-Fi adalah teknologi yang sangat membantu, namun mayoritas provider free Wi-Fi meminta user-nya untuk mengotentikasi diri mereka di jaringan dan akan cukup merepotkan bagi user untuk selalu melakukan registrasi ke banyak penyelenggara Wi-Fi yang berbeda. Karena itulah diperlukan suatu sistem roaming agar user juga dapat terotentikasi di jaringan Wi-Fi lain selain tempatnya teregistrasi. Roaming di sini mengandung pengertian kemampuan menggunakan banyak wireless Internet Service Provider dengan hanya mendaftarkan diri di salah satunya.Dalam tugas akhir ini telah diimplementasikan sebuah sistem otentikasi yang dapat mendukung interkoneksi Home Server (HS) dan database dari dua provider Wi-Fi sehingga user yang sedang roaming juga dapat terotentikasi untuk kemudian dapat melakukan akses ke internet. Implementasi dilakukan menggunakan software FreeRADIUS dan MySQL sebagai database-nya. Implementasi berupa satu coverage area dari Provider A dan dua HS yang telah terkoneksi, yaitu HS dari Provider A dan Provider B. User yang akan menggunakan jaringan adalah user dari Provider A, user dari Provider B, dan user dari Provider “unknown”, yaitu provider yang belum melakukan kerjasama roaming.Waktu yang dibutuhkan bagi seorang user untuk menunggu dirinya diotentikasi oleh sistem yang telah dilengkapi kerjasama roaming ini tidak terlalu besar, yaitu sebesar 29.911 ms untuk user lokal yang sedang login dan sebesar 30.65 ms untuk user roaming. Selain itu, besar frame yang diperlukan untuk otentikasi juga tidak terlalu besar, yaitu sebesar 2084 Bytes untuk user lokal yang sedang login dan sebesar 2192 Bytes untuk user roaming.Kata Kunci : --ABSTRACT: Nowadays mobility and internet are the needs in commnication. Users always want to be connected to the internet anywhere they are. Because of that, Wi-Fi is a very helping technology, but almost all of free Wi-FI providers ask their users to authenticate themselves to the network and it will be quiet complicated for users to register in many different Wi-Fi providers. That’s why a roaming system is needed, so the users can be authenticated in other Wi-Fi networks beside the network where they had been registered. The definition of roaming here is the ability to use many wireless Internet Service Providers by registering only in one of them.In this final assignment an authentication system has been implemented, which supports interconnection of Home Servers (HS) and databases from two Wi-Fi providers, so that the user who is roaming can also be authenticated before they can access the internet. The implementation uses software FreeRADIUS and MySQL as the database. The implementation includes one coverage area of Provider A and two HS that have been interconnected, which are HS of Provider A and Provider B. User who uses this network will be a Provider A’s user, a Provider B’s user, and user from Provider “unknown”. Provider “unknown” is a Wi-Fi provider which doesn’t have a roaming agreement yet.When a user login, the delay time until a user is autheticated by this system is not too big, it’s about 29.911 ms for local users and about 30.65 ms for roaming users. Beside of that, the size of packets that are needed for authentication isn’t too big either, it’s about 2084 Bytes for local users and 2192 Bytes for roaming users.Keyword: -

SISTEM EVALUASI PENYELENGGARAAN PELATIHAN MENGGUNAKAN SERVQUAL

Suatu perusahaan biasanya mengadakan pelatihanuntuk meningkatkan kemampuan dan kompetensipara pegawainya. Setiap Pelatihan yang telahdiselenggarakan menghasilkan penilaian yang padaakhirnya akan dievaluasi untuk memutuskan apakahkegiatan pelatihan akan dilanjutkan atau tidak, ataubagaimana mengembangkan kegiatan pelatihan dimasa yang akan datang.Sistem evaluasi penyelenggaraan pelatihan memilikibanyak model dan metode yang digunakan, salahsatunya penilaian kualitas pelatihan berdasarkanmetode Service Quality (ServQual). MetodeServQual merupakan suatu metode yangmenganalisis kualitas suatu pelayanan berdasarkanlima dimensi yaitu bukti langsung, keandalan, dayatanggap, jaminan dan empati.Berdasarkan hasil pengujian, maka dapat diperolehkesimpulan sistem yang dibangun dapat membantupihak penyelenggara pelatihan dalam membuatlangkah-langkah perbaikan dan penentuan keputusankegiatan pelatihan yang diperlukan, dan membantumerencanakan kegiatan pelatihan selanjutnya.Kata kunci : Sistem, Evaluasi, Penilaian, Pelatihan,ServQual

Strategi Pengembangan Pariwisata Budaya yang Berkelanjutan Pada Kampung Lawas Maspati Kota Surabaya

Kampung Lawas Maspati adalah salah satu aset budaya di Kota Surabaya yang memiliki nilai historis dan beragam daya tarik budaya. Namun, potensi yang mendukung posisi kampung sebagai kampung wisata memiliki beberapa tantangan yang dihadapi yaitu lemahnya peran pemerintah dalam mengelola aset budaya di Kota Surabaya, dan kecenderungan modernisasi perkotaan yang mengancam eksistensi dari Kampung Lawas Maspati. Tujuan dalam penelitian ini adalah merumuskan strategi pengembangan pariwisata budaya yang berkelanjutan. Strategi disusun dengan mempertimbangkan prinsip pariwisata berkelanjutan yaitu terjaminnya kualitas hidup masyarakat setempat, perlindungan terhadap aset budaya, dan pengalaman wisatawan yang baik. Sasaran dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga diantaranya adalah identifikasi karakteristik kampung Lawas Maspati, identifikasi faktor pengaruh keberlanjutan pariwisata budaya pada kampung, dan penyusunan strategi pengembangan pariwisata pada kampung. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, analisis konten, IFAS EFAS dan matriks SWOT. Hasil analisis IFAS dan EFAS dalam diagram cartesius SWOT, menunjukkan kampung Lawas Maspati berada pada posisi yang menguntungkan dengan faktor kekuatan dan peluang yang dominan dan growth strategy sebagai fokus utama strategi pengembangan. Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan matriks SWOT, terdapat empat strategi utama pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yang dapat diimplementasikan pada Kampung Lawas Maspati diantaranya adalah strategi optimalisasi pengelolaan pariwisata budaya, strategi optimalisasi potensi home based enterprises pada kampung untuk mendukung kegiatan pariwisata, pemanfaatan budaya intangible pada kampung sebagai produk pariwisata budaya dan pengelolaan aset budaya tangibe pada kampung melalui peluang kerja sama. ======================================================== As a metropolitan city in Indonesia, Surabaya has numbers of urban kampung that the superiority and exsistence has been worldwide known. Kampung Lawas Maspati as one of the Surabaya’s cultural asets has numerous historical value yet various cultural attractions. However, the strengths that Kampung Lawas Maspati has as tourism kampung faced several threats and weaknesses such as the lack of stakeholders’s attention on cultural assets management, and the tendency of urbanization and urban center development that threatening the existence of the kampung. The purpose of this research is to define the development strategies of sustainable cultural tourism in Kampung Lawas Maspati. The strategies are developed by considering the principal of sustainable cultural tourism that are the guarantee of local people’s life quality, protection of cultural assets, and the quality of tourism experience. This research is divided into three parts which are the identification of kampung’s characteristics, the factors identification that influence the sustainability of Kampung Lawas Maspati’s cultural tourism, and the formulation of sustainable cultural tourism development strategies. The methods of this research are descriptive qualitative analysis, content analysis, IFAS EFAS, and SWOT analysis. The result of IFAS and EFAS shows that Kampung Lawas Maspati faces a profitable situation with the domination of sthrengths and opportunities. Growth strategy is the most suitable criteria for the kampung’s development strategies. The strategies that developed by SWOT analysis are optimalization of cultural tourism management, the optimalization of home based enterprises potential, the utilization of intangible cultural assets as the tourism product, and the management of tangible cultural asets through the cooperation opportunities

Expression of Human Erythropoietin Containing 2 Additional N-Link in CHO-K1 Cells under Different Culture Conditions

Human erythropoietin (hEPO) is a glycoprotein that regulates the formation of erythrocytes and mainly used in anemia patients. Previously, we have reported the expression of modified human EPO with 2 additional N-linked in mammalian cell CHO-K1. The aim of this current research was to study the optimum condition for modified recombinant hEPO (rhEPO) production in CHO-K1. To do this, several parameters of culture conditions were applied including antibiotic concentrations, seeding densities, time of incubations, fetal bovine serum (FBS) concentrations and cell culture media. The result showed that the presence of antibiotic G418 improved the expression level with the highest was at 1% of concentration. Meanwhile, seeding density of 2–3x105 cells/6 cm dish and seven day of incubation time were the best condition for rhEPO protein expression. From five different combination media used, F12 medium with 10% FBS gave the highest expression of rhEPO protein. From this study was also found that at passage 16 the expression level was still increasing proving that the clone expressing the protein of our interest is promisingly stable.Keywords : EPO, erythropoietin, protein expression, CHO-K1, optimatio

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa

Chronic renal failure (GGK) is a clinical symptom due to a decline in kidney function that is chronic, kidney failure also causes death if not replacement therapy, due to failure of kidney function to maintain metabolism and electrolytes. Hemodialysis is one of the therapies for the replacement of kidney function, in addition there are substitute therapies such as dialisa peritones, and kidney transplants. The purpose of this study was to determine the relationship of family support to the level of anxiety in patients with chronic renal failure who underwent hemodialysis at Dr Moewardi Hospital Surakarta. The study was conducted at Dr Moewardi Hospital Surakarta in April to May 2018 with the method of sampling using purposive sampling method with the number of samples of 93 respondents. The results of this study obtained Chi square value of 0.797 with a significance value of p value of 0.00 <0.05 so H0 rejected and H1 accepted which means there is a relationship of family support with anxiety levels in patients with chronic renal failure who underwent hemodialysis at the Hospital Moewardi Surakarta

Analisis strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan pada toko XYZ

The purpose of this study is to find out the strategy carried out by the XYZ Store in order to increase sales of its clothing products, where this is to get customer satisfaction and profit from sales that have been made, the output of the seller will get increased sales of clothing in the form of shirts, pants, and jackets which has a large size. This study qualitative research. The type of research used is the descriptive method, the object of research is one store that is in e-commerce which is a large-sized clothing store. The result showed that the 7P marketing mix became the basis for XYZ Stores to market its clothes to satisfy consumers. Based on the SWOT matrix that has been carried out, described through SO, Consumers can make clothes according to the basic materials and models they want. WO because the price of cloth is unpredictable, so sometimes the seller doesn’t get too big a profit. ST in the form of advertising prices found in e-commerce. WT, in the form of an order in a certain amount, will get an attractive discount from XYZ Store

Strategi Pengembangan Pariwisata Budaya yang Berkelanjutan Pada Kampung Lawas Maspati, Surabaya

Kampung Lawas Maspati adalah salah satu aset budaya di Kota Surabaya yang memiliki nilai historis dan beragam daya tarik budaya. Namun, potensi yang mendukung posisi kampung sebagai kampung wisata menghadapi beberapa tantangan yaitu lemahnya peran pemerintah dalam mengelola aset budaya khususnya dalam pemanfaatannya sebagai daya tarik pariwisata, dan kecenderungan modernisasi perkotaan dan pembangunan kota yang mengancam eksistensi dari Kampung Lawas Maspati. Tujuan dalam penelitian ini adalah merumuskan strategi pengembangan pariwisata budaya yang berkelanjutan. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, analisis konten, IFAS EFAS dan matriks SWOT.  Hasil analisis IFAS dan EFAS dalam diagram cartesius SWOT, menunjukkan kampung Lawas Maspati berada pada posisi yang menguntungkan dengan faktor kekuatan dan peluang yang dominan dan growth strategy sebagai fokus utama strategi pengembangan. Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan matriks SWOT, terdapat empat strategi utama pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yang dapat diimplementasikan pada Kampung Lawas Maspati diantaranya adalah strategi optimalisasi pengelolaan pariwisata budaya, strategi optimalisasi potensi home based enterprises pada kampung untuk mendukung kegiatan pariwisata, pemanfaatan budaya intangible pada kampung sebagai produk pariwisata budaya dan pengelolaan aset budaya tangibe pada kampung melalui peluang kerja sama

Socio-technical Aspects of Smallholder Beekeeping Adoption of Apis cerana in Wanagama Teaching Forest, Gunungkidul, Yogyakarta

The successful rehabilitation of Wanagama teaching forests, which began in the late of 1960s, has created a distinctive forest ecosystem. Currently the forests become the habitat of Apis cerana, enterprised by the surrounding villagers to produce natural forest honey as a non-timber forest product. This paper aims to explore the adoption of smallholder beekeeping of A. cerana, the beekeepers’ socio-economic characteristics, the potential and value of forest honey production, the distribution of bee-boxes inside the forests and potential tree sources of nectar and pollen. Data collection was carried out in July - September 2019 with in-depth interview techniques to 38 beekeepers. Field observations and ground checks were carried out on the sites where beekeepers were placing the bee-boxes in the forest. In addition, an analysis of aerial photograph images taken with drone was also carried out to identify the area of trees as sources of nectar and pollen. The results show that between 1982 and 2019 the development of the adoption of the A. cerana beekeeping increased significantly. The total production of honey from 506 bee-boxes reached 658 liters or 894.9 kg in year of 2018/2019. The number of bee-boxes placed in Wanagama was mainly distributed inside Compartment of 13, 17, 14, 16, 5, and 18. Acacia mangium, eucalyptus, cajuput and mahogany were the main types of nectar-producing trees, in addition to the abundance of flowering undergrowth plants. Many of the challenges faced by honey beekeepers included climate change, the shortage of nectar and pollen sources, pests and diseases and human disturbances. This research suggests the need for a social, institutional and technical approaches to increase the forest productivity as sources of nectar and pollen. It is suggested encouraging the smallholders to adopt beekeeping as the main livelihood alternatives in future and planting more trees in Wanagama forests