91 research outputs found

    Randomized, double-blind comparison of once-weekly dalbavancin versus twice-daily linezolid therapy for the treatment of complicated skin and skin structure infections

    Get PDF
    Background. Dalbavancin, a novel lipoglycopeptide with a pharmacokinetic profile that allows weekly dosing, is active against gram-positive bacteria, including methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). The efficacy of dalbavancin for treatment of skin and skin structure infections (SSSIs) was demonstrated in a phase 2 study. Methods. In a phase 3 noninferiority study, patients with complicated SSSIs, including infections known or suspected to involve MRSA, were randomized (ratio, 2:1) in a double-blind manner to receive dalbavancin (1000 mg given intravenously on day 1 and 500 mg given intravenously on day 8) or linezolid (600 mg given intravenously or intravenously/orally every 12 h for 14 days). Efficacy was assessed by determining clinical and microbiological responses at the end of therapy and at the test-of-cure visit. Relapses were identified by additional follow-up ~1 month later. Results. MRSA was identified in 51% of patients from whom a pathogen was isolated at baseline. Dalbavancin and linezolid demonstrated comparable clinical efficacy in the clinically evaluable population at the test-of-cure visit (88.9% and 91.2% success, respectively). The rate of clinical success at the end of therapy was >90% in both arms. Less than 1.0% of patients in either treatment arm experienced relapse after the test-of-cure visit. Both treatments yielded successful microbiological response in excess of 85% among microbiologically evaluable patients at end of therapy and at the test-of-cure visit for all pathogens combined, for all S. aureus strains, and for MRSA. Gastrointestinal symptoms were among the most common adverse events in both arms. A higher proportion of patients in the linezolid arm reported adverse events that were judged by the investigator to be probably/possibly related to treatment (dalbavancin arm, 25.4% of subjects; linezolid arm, 32.2% of subjects). Conclusions. Two doses of dalbavancin (1000 mg given on day 1 followed by 500 mg given on day 8) were as well tolerated and as effective as linezolid given twice daily for 14 days for the treatment of patients with complicated SSSI, including those infected with MRSA.Peer reviewe

    The influence of semantic and phonological factors on syntactic decisions: An event-related brain potential study

    Get PDF
    During language production and comprehension, information about a word's syntactic properties is sometimes needed. While the decision about the grammatical gender of a word requires access to syntactic knowledge, it has also been hypothesized that semantic (i.e., biological gender) or phonological information (i.e., sound regularities) may influence this decision. Event-related potentials (ERPs) were measured while native speakers of German processed written words that were or were not semantically and/or phonologically marked for gender. Behavioral and ERP results showed that participants were faster in making a gender decision when words were semantically and/or phonologically gender marked than when this was not the case, although the phonological effects were less clear. In conclusion, our data provide evidence that even though participants performed a grammatical gender decision, this task can be influenced by semantic and phonological factors

    Excess-entropy scaling in supercooled binary mixtures

    Get PDF
    Supercooled liquids near the glass transition show remarkable non-Arrhenius transport phenomena, whose origin is yet to be clarified. Here, the authors use GPU molecular dynamics simulations for various binary mixtures in the supercooled regime to show the validity of a quasiuniversal excess-entropy scaling relation for viscosity and diffusion

    Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Tanaman Jengkol Pithecellobium Jiringa terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus dan Pseudomonas Aeruginosa

    Full text link
    Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat adalah jengkol (Pithecellobium jiringa) yang sudah ada sejak lama di Indonesia dan biasanya ditanam di kebun atau pekarangan. Kandungan kimia yang terdapat pada jengkol dapat berkhasiat sebagai obat luka, bisul, kudis dan eksim. Adanya senyawa-senyawa seperti tanin, saponin, flavonoid dan minyak atsiri pada kandungan kimia jengkol, diduga dapat berkhasiat sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan Mengetahui daya hambat dan bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi dari ekstrak kulit buah jengkol terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Metode Penelitian Pengujian antibakteri dilakukan dengan tekhnik Difusi Agar menggunakan cara Kirby-Bauer yang dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ekstrak kulit buah tanaman jengkol berpengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, serta Peningkatan konsentrasi yang diberikan (5 sampai 80%) dari ekstrak kulit buah tanaman jengkol terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa memiliki pengaruh yang cukup jelas terlihat (adanya zona Bening), hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat konsentrasi maka semakin besar daya hambat yang terjadi

    Identifikasi Boraks pada Mie Basah yang Beredar di Supermarket dan Pasar Tradisional di Kota Bitung

    Full text link
    Boraks merupakan salah satu zat pengawet berbahaya yang sering digunakan sebagai bahantambahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi melalui identifikasi adatidaknya kandungan zat pengawet boraks pada mie basah yang beredar di Supermarket dan PasarTradisional di Kota Bitung. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil 2 sampel disupermarket dan 4 sampel diambil di tiap-tiap pasar tradisional. Identifikasi sampel dilakukandengan metode uji kualitatif yaitu metode uji warna menggunakan kertas tumerik dan metode tes kitboraks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel mie basah yang dijual di supermarketdan pasar tradisional di Kota Bitung tidak mengandung zat pengawet berbahaya boraks

    Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Apotek Telemedika Farma 14 Manado

    Full text link
    Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh bagaimana sistem pelayanan kefarmasian di Apotek Telemedika Farma 14 Manado. Responden dalam penelitian ini adalah Apoteker Pengelolah Apotek (APA), Tenaga Teknis Kefarmasian. Berdasarkan hasil penelitian maka di dapatkan hasil bahwa standar pelayanan kefarmasian yang ada di Apotek Telemedika Farma 14 Manado belum sepenuhnya menerapkan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan. Standar pelayanan kefarmasian pada pelayanan informasi obat tidak dilakukan informasi kepada konsumen terkait farmakokinetik. Pada saat konseling tidak dilakukan konseling yang terdokumentasi. Pelayanan kefarmasian dirumah belum sepenuhnya dilaksanakan. Pemantauan terapi obat tidak melakukan pemilihan pasien sesuai kriteria, dan tidak melakukan dokumentasi pelaksanaa pemantauan terapi obat. Pelayanan Kefarmasian Di Rumah dan Monitoring Efek Samping obat belum dilakukan sepenuhnya

    Aktivitas Anti-Inflamasi Ekstrak Etanol Daun Pakoba Merah Syzygium SP. pada Edema Telapak Kaki Tikus Putih Rattus Norvegicus yang Diinduksi Formalin

    Full text link
    Salah satu Tumbuhan khas Sulawesi utara yang banyak dijumpai yaitu tumbuhan Pakoba merah Syzygium Sp., Genus Syzygium mengandung flavonoid yang cukup besar. Flavonoid dapat berperan sebagai agen antiinflamasi. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun Pakoba merah Syzygium Sp. sebagai antiinflamasi pada edema kaki tikus putih yang diinduksi formalin. Motode Penelitian ini yaitu uji eksperimental dengan menggunakan hewan uji tikus putih sebanyak 15 belas ekor. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yang terdiri dari 3 ekor sesuai berat badan mendekati dengan berat sekitar 180-350 gram sebanyak 15 ekor yang diinduksi formalin 1%. Dengan varian dosis yang berbeda-beda yaitu larutan uji 1 dengan dosis 75 mg/kgBB, larutan uji 2 dengan dosis 150 mg/kgBB, larutan uji 3 dengan dosis 300 mg/kgBB, Kontrol positif cataflam dengan dosis 50 mg dan kontrol negatif aquadest pemberian secara ad libitum. Hasil yang diperoleh persen penghambatan perlakuan ekstrak etanol daun Pakoba merah dosis 75mg/KgBB, 150mg/KgBB, 300mg/KgBB masing-masing sebesar 46,24%, 53,75%, dan 80,92%. Peneltian ini menunjukan bahwa ekstrak etanol daun Pakoba merah yang di berikan secara oral dengan tiga perlakuan yakni 75 mg/Kg BB, 150 mg/Kg BB dan 300 mg/Kg BB memiliki aktivitas sebagai antiinflamas
    corecore