17 research outputs found

    PROBLEMA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM FULL DAY SCHOOL PADA SEKOLAH-SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PEDESAAN

    Get PDF
    Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Gorontalo, sebagai salah satu daerah yang telah mengimplementasikan kebijakan program full day school (FDS). Penelitian bertujuan mengetahui problema implementasi kebijakan program FDS di sekolah dasar wilayah pedesaan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus di sekolah dasar di kecamatan Biluhu dan kecamatan Pulubala. Penelitian menemukan bahwa terdapat empat problema utama dalam implementasi kebijakan FDS di sekolah dasar di pedesaan, pertama adalah aspek kultural. Program FDS telah menimbulkan cultural shock baik pada peserta didik, guru maupun kalangan orangtua. Aspek  kedua ketersediaan sarana pendidikan yang apa adanya, baik sarana perpustakaan, musholla dan sarana olahraga. Ketiga adalah ketidaksiapan para guru dalam menerapkan kurikulum FDS baik dari segi kualitas maupun kuantitas, keempat, kurikulum FDS yang belum terurai secara rinci sehingga tidak berjalan efektif di lapangan. Dengan demikian, program FDS sedang membudayakan kebiasaan baru dalam membentuk karakter anak-anak bangsa, namun masih terkendala tenaga profesional dan sarana pendidikan yang tidak tersedia di sekolah dasar wilayah  pedesaan

    KONSEP FULL DAY SCHOOL DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN

    Get PDF
    Full day school bukanlah isu terbaru.Amerika sudah lama mengenal dan menerapkannya dalam dunia persekolahan. Isu ini menghangat di Indonesia sebagai konsekuensi logis dari dua hal; di satu sisi semakin tidak nyamannya lingkungan sosial bagi perkembangan anak, sementara pada sisi yang lain para orangtua sudah jarang membersamai anak-anak di rumah karena bekerja seharian penuh. Lalu, masih adakah lingkungan yang nyaman bagi anak-anak kita?Tulisan ini mengkaji FDS dalam perspektif sosiologi pendidikan.Bahwa sekolah sebagai learning organization ternyata menjadi lembaga terbaik dalam membentengi anak-anak dari pengaruh negatif lingkungan sosial yang semakin tidak ramah anak itu

    KONSEP FULL DAY SCHOOL DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN

    Get PDF
    Full day school bukanlah isu terbaru.Amerika sudah lama mengenal dan menerapkannya dalam dunia persekolahan. Isu ini menghangat di Indonesia sebagai konsekuensi logis dari dua hal; di satu sisi semakin tidak nyamannya lingkungan sosial bagi perkembangan anak, sementara pada sisi yang lain para orangtua sudah jarang membersamai anak-anak di rumah karena bekerja seharian penuh. Lalu, masih adakah lingkungan yang nyaman bagi anak-anak kita?Tulisan ini mengkaji FDS dalam perspektif sosiologi pendidikan.Bahwa sekolah sebagai learning organization ternyata menjadi lembaga terbaik dalam membentengi anak-anak dari pengaruh negatif lingkungan sosial yang semakin tidak ramah anak itu

    PROBLEMA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM FULL DAY SCHOOL PADA SEKOLAH-SEKOLAH DASAR DI WILAYAH PEDESAAN

    Get PDF
    Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Gorontalo, sebagai salah satu daerah yang telah mengimplementasikan kebijakan program full day school (FDS). Penelitian bertujuan mengetahui problema implementasi kebijakan program FDS di sekolah dasar wilayah pedesaan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus di sekolah dasar di kecamatan Biluhu dan kecamatan Pulubala. Penelitian menemukan bahwa terdapat empat problema utama dalam implementasi kebijakan FDS di sekolah dasar di pedesaan, pertama adalah aspek kultural. Program FDS telah menimbulkan cultural shock baik pada peserta didik, guru maupun kalangan orangtua. Aspek  kedua ketersediaan sarana pendidikan yang apa adanya, baik sarana perpustakaan, musholla dan sarana olahraga. Ketiga adalah ketidaksiapan para guru dalam menerapkan kurikulum FDS baik dari segi kualitas maupun kuantitas, keempat, kurikulum FDS yang belum terurai secara rinci sehingga tidak berjalan efektif di lapangan. Dengan demikian, program FDS sedang membudayakan kebiasaan baru dalam membentuk karakter anak-anak bangsa, namun masih terkendala tenaga profesional dan sarana pendidikan yang tidak tersedia di sekolah dasar wilayah  pedesaan

    MENCIPTAKAN BUDAYA RELIGIUS DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN MELALUI PEMBOBOTAN PERAN PENDIDIK SEBAGAI MAKELAR BUDAYA

    Get PDF
    There are three educational environments namely family, school and community environment. They can create a good generation or a bad generation. It depends on the role of educators. They can create a religious or non-religious environment. The educators are parents, teachers and community leaders. They can act as cultural brokers to protect the generation from the impact of globalization by means of creating religious culture.There are three educational environments namely family, school and community environment. They can create a good generation or a bad generation. It depends on the role of educators. They can create a religious or non-religious environment. The educators are parents, teachers and community leaders. They can act as cultural brokers to protect the generation from the impact of globalization by means of creating religious culture

    Pesona Sufistik di Perkotaan: Studi Perguruan Tenaga Dalam Prana Sakti Gorontalo

    Get PDF
    This study focuses on the activities of the Prana Sakti inner strenght training center in Gorontalo City. The presence of the Prana Sakti in the middle of the city becomes a choice for city residents, especially for those who are tired of the hustle of modernization. This study aims to uncover the attraction of the Prana Sakti inner strenght training center, how to practice its sufism and as a training center, what are the competencies gained by members of the the Prana Sakti. From the results of the study it was found that one of the main attraction of the the Prana Sakti with the characteristics of amaly sufism is to get inner strenght. To achieve this, members must carry out the practice of sufism, which is a martial sport that is combined with regular dhikr. It takes several years. As a training center, the competence gained by the member is closeness to the God, so that it has implications for religious observance and good morals towards other

    Pesona Sufistik di Perkotaan: Studi Perguruan Tenaga Dalam Prana Sakti Gorontalo

    Get PDF
    This study focuses on the activities of the Prana Sakti inner strenght training center in Gorontalo City. The presence of the Prana Sakti in the middle of the city becomes a choice for city residents, especially for those who are tired of the hustle of modernization. This study aims to uncover the attraction of the Prana Sakti inner strenght training center, how to practice its sufism and as a training center, what are the competencies gained by members of the the Prana Sakti. From the results of the study it was found that one of the main attraction of the the Prana Sakti with the characteristics of amaly sufism is to get inner strenght. To achieve this, members must carry out the practice of sufism, which is a martial sport that is combined with regular dhikr. It takes several years. As a training center, the competence gained by the member is closeness to the God, so that it has implications for religious observance and good morals towards other

    Modernization and Shifting Practices of Local Wisdom on Corn Farming in Gorontalo Province

    Get PDF
    Modernisasi teknologi pertanian telah mendominasi aktivitas pertanian di Gorontalo. Tulisan ini mendeskripsikan perubahan praktik pertanian jagung dari berbasis kearifan lokal dan solidaritas sosial menjadi berbasis teknologi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menjadikan 25 petani sebagai partisipan untuk didalami pengetahuannya dan diamati aktivitas pertaniannya. Penelitian ini menemukan bahwa praktik pertanian berbasis kearifan lokal sudah tidak ditemukan lagi. Kearifan lokal ini terdiri dari tradisi mopo’a huta dan panggoba sebagai sistem pertanian yang berbasis solidaritas sosial dan ramah lingkungan. Tradisi ini berganti dengan sistem pertanian modern yang dianggap lebih efektif dengan hasil produksi yang melimpah. Modernisasi di dalam sistem pertanian selain memberikan efek yang baik juga telah mengakibatkan banyak perubahan, baik secara ekonomi, sosial budaya dan ekologi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagai akibat dari modernisasi pertanian jagung: 1) telah terjadi pergeseran tenaga kerja dan modal, 2) terjadi pergeseran kearifan lokal, dan 3) terjadi degradasi lingkungan dan ketimpangan sosial.Modernization of agricultural technology has dominated farming activities in Gorontalo. This paper describes the change of farming practices from local wisdom and social solidarity to modern technology. The research used a qualitative approach with 25 farmers as participants with the aim to explore their knowledge and observe their farming activities. This study found that local farming practices are no longer in existence. This local wisdom consists of the traditions of mopo'a huta and panggoba as farming systems which are based on social solidarity and are environmentally friendly. This has been replaced by a modern farming system that is considered more effective with abundant production. Modernization in the farming system, apart from having a good effect, has also resulted in many changes, both economically, socially, culturally and ecologically. This research concludes that as the results of corn farming modernization: 1) there has been a shift in labor and capital, 2) there has also been a shift in local wisdom, and 3) there are environmental degradation and social inequality

    Praktik Ritual Mopo’a Huta (Memberi Makan pada Tanah) pada Masyarakat Gorontalo di Desa Molamahu

    Get PDF
    The mopo’a huta ritual is a ritual practiced by Gorontalo people when the dry season arrives. By carrying out this ritual, people believe that rain will fall and fertility and prosperity will come. This ritual has been carried out since hundreds of years ago, but nowadays it has begun to be opposed by several groups. This study aims to find out how the practice of the mopo'a Huta ritual, how the public view of the mopo'a huta ritual using Geertz's perspective. The study used a qualitative approach with case studies, conducted interviews with the organizers, made observations during the procession, and explored the results of previous research. The study found that the mopo'a huta ritual in practice held a dance (dayango) accompanied by the wasps of towohu (drums) for several nights. At the peak of the ritual, offerings were made consisting of certain ingredients to be presented to supernatural beings as the rulers of nature. For this practice, there are 3 community groups 1) the abangan group, namely the traditional farmers who still hold the tradition, 2) the santri group, namely the educated community as a group of modern farmers, some of whom still believe and some do not believe because there is already technology that can solve problems, 3) priyai groups, namely village heads. In the past, the village head was the main supporter of the mopo'a huta ritual, while at present, the village head secures himself in the middle position.  ABSTRAK Ritual mopo’a huta adalah ritual yang dipraktikkan masyarakat Gorontalo ketika musim kemarau tiba. Dengan melaksanakan ritual ini, masyarakat meyakini hujan akan turun serta kesuburan dan kemakmuran akan datang. Ritual ini dilaksanakan sejak ratusan tahun silam, namun dewasa ini mulai ditentang oleh beberapa kalangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik ritual mopo’a Huta, bagaimana pandangan masyarakat tentang ritual mopo’a huta dengan menggunakan perspektif Geertz. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus, melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh penyelenggara, melakukan pengamatan selama prosesi itu dilaksanakan, serta menggali hasil-hasil penelitian terdahulu. Penelitian menemukan bahwa ritual mopo’a huta dalam praktiknya menggelar tarian (dayango) diiringi tabuhan towohu (gendang) selama beberapa malam. Pada puncak ritual digelar sesajian yang terdiri dari bahan-bahan tertentu untuk dipersembahkan kepada mahluk gaib sebagai penguasa alam. Terhadap praktik ini, terdapat 3 kelompok masyarakat 1) kelompok abangan, yaitu kalangan petani tradisional yang masih erat memegang tradisi, 2) kelompok santri, yaitu kalangan masyarakat terdidik sebagai kelompok petani modern, kalangan ini sebagian masih percaya dan sebagian lagi tidak percaya karena sudah ada teknologi yang dapat menyelseaikan masalah, 3) kelompok priyai, yaitu kepala desa. Pada masa lalu, kepala desa sebagai pendukung utama ritual mopo’a huta, sementara pada masa kini, kepala desa berada dipersimpangan. &nbsp

    Digitalisation of Shamanic Practice in Serving Remote Patients

    Get PDF
    Shamanic belief systems do not want to be out of date. Shamanic practices continue to adapt to technological advances. Through the use of information and communication technology, the shaman can treat patients remotely. This study aims to determine how the use of digital technology in the practice of shamanism. How is the effectiveness of treatment through digital technology in shamanic practice. This qualitative research was conducted in Gorontalo and surrounding areas. Data was collected using observation techniques, in-depth interviews and online data. Data analysis was carried out through 3 stages, namely data reduction, data display and conclusion drawing. The results of the study found that the practice of shamanism is still a solution for social and cultural problems, especially in the aspect of medicine. The adherents of this shamanic system come from all social classes in both rural and urban areas. For the effectiveness of patient care from various regions, the shaman has utilized digital technology. Through the digital technology of shamanic practice, the shaman performs healing services for patients remotely. The use of digital media in the practice of shamanism has increased the number of patients seeking help. Treatment through digital media is proven to be effective in curing mild to acute illnesses, including to cure COVID-19 patients. The patient feels comfortable, not have to travel far to meet the shaman. The conclusion of this study is that the use of digital technology in healing patients is increasingly widespread and its effectiveness is felt by users of shaman services from a distance
    corecore