9 research outputs found

    Utilization Of Rhizophora Stylosa Bark For Natural Dyeing On Cotton Batik Fabric

    Get PDF
    The Rhizophora stylosa mangrove or commonly known as Red Mangrove grows in coastal areas with a saltwater and muddy environment. Natural dyes are extracted from such plant parts as roots, leaves, flowers, stems, and fruits. Natural dyes have distinctive colors and are environmentally friendly compared to synthetic dyes. The use of such natural dyes as mangroves can contribute to the green movement by minimizing the number of pollutants. The objective of this study was to analyze the result of Rhizophora stylosa mangrove stem bark color and its quality in cotton batik fabric. The mangrove stem bark is applied as the raw material for natural dyes. The bark is extracted by boiling it to obtain a natural dye solvent. The dye is tested on cotton-based fabrics by mordanting or fixation using alum (KAI(SO4)21∙2H2O), calcium oxide (Ca(OH)2), and ferrous sulfate (FeSO4). Red mangrove bark (Rhizophora stylosa) can produce natural colors of grey, brown, and peach on fabrics made of natural fibers (cotton fabrics) in batik. The hue and color depend on the type of the applied fixative material and the temperature in the process of boiling the fabric to release the wax on the batik (lorod). This research highlight that the red mangrove (Rhizophora stylosa) can be used as a dye in batik-making

    Menjaga Sejarah, Mengelola Ingatan Tradisi Ritus Haul Cuci Pusaka di Keramat Tajug Kota Tangerang Selatan

    Get PDF
    Tradisi ritus haul cuci pusaka di Keramat Tajug Kota Tangerang Selatan hadir di tengah masyarakat Cilenggang sebagai identitas yang dibentuk oleh keluarga keturunan Tubagus Muhammad Atif. Pelaksanaannya yang telah berlangsung sejak abad ke-17 mengalami berbagai rekonstruksi dan pengelolaannya hingga bertahan di tengah kota yang pesat akan pembangunan dan modernisasi. Hal tersebut tentunya menarik perhatian dan memunculkan pertanyaan bagaimana tradisi ritus tersebut dapat bertahan dan menjadi identitas masyarakat Cilenggang, khususnya bagi keluarga keturunan Tubagus Muhammad Atif. Untuk menemukan dan mendeskripsikan pembentukan identitas dalam pengelolaan tradisi ritus haul cuci pusaka di Keramat Tajug Kota Tangerang Selatan, maka teori yang digunakan yaitu teori pembentukan identitas, pengelolaan identitas budaya dan kebijakan dalam konsep mempertahankan budaya. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara langsung di lapangan bagaimana pelaksanaan tradisi haul cuci pusaka sebagai milik masyarakat Cilenggang. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa identitas terbentuk dimulai sejak Tubagus Muhammad Atif mendapatkan warisan pusaka berupa tutup pusar yang kemudian dirawat melalui ritual pencucian. Meskipun berbagai permasalahan terjadi yang menghambat pelaksanaan tradisi dilakukan karena kondisi di tengah penyebaran agama Islam dan konflik masa kolonial, tradisi tetap dilakukan secara sembunyi hingga berani untuk dilakukan secara terbuka ketika undang-undang tentang pelestarian cagar budaya diberlakukan. Konsep tradisi menjadi sebuah konservasi pusaka agar tetap terjaga. Unsur yang ada dalam tradisi sebagai ritual yaitu tempat pelaksanaan, waktu pelaksanaan yang telah ditentukan, benda pusaka dan pelengkap ritual seperti sesajen, tokoh yang dianggap pantas untuk memimpin jalannya pelaksaan ritual serta kesenian Islam yaitu musik hadrah dan unsur verbal berupa doa-doa dan shalawat Nabi. Pembentukan identitas terjadi melalui hibriditas dan memunculkan konsep sinkretisme antara budaya masyarakat lokal dengan budaya agama Islam. Hegemoni yang terjadi dalam tradisi mengakibatkan terjadi mimikri pada masyarakat Cilenggang yang terbiasa dengan adanya tradisi tersebut sehingga menjadi identitas yang melekat dalam kehidupan mereka

    Pengelolaan Koleksi Museum Wayang Kekayon Sebagai Ruang Pelestarian Seni Budaya

    Get PDF
    Museum Wayang Kekayon merupakan salah satu museum yang berperan penting dalam pelestarian kesennian wayang. Sebagai ruang publik yang menyimpan wayang-wayang dari berbagai daerah khususnya dari jawa, Museum Wayang Kekayon mengelola koleksinya sebagai bagian dari perawatan dan pengarsipan karya. Pengelolaan terhadap koleksi karya seni sangat penting dilakukan untuk menjaga kualitas karya yang dipamerkan dalam museum. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana Museum Wayang Kekayon sebagai museum pelestarian budaya mengelola koleksi kesenian wayang mereka dan menjadi warisan budaya. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur dan observasi lapangan untuk mendapatkan data secara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koleksi yang dimiliki oleh Museum Wayang Kekayon beragam yang berasal dari 90% koleksi pribadi dan sebagian lainnya berasal dari hibah dan titipan. Perawatan dilakukan secara tradisional tanpa perawatan dengan bahan-bahan khusus dan menggunakan proses Mutrani apabila koleksi wayang sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki. Kemudian pengelolaan lainnya dilakukan pencatatan dan pendokumentasian bahan, ukuran dan keterangan lainnya secara jelas. Sehingga data tersebut dapat digunakan di berbagai aspek seperti arsip pribadi, sarana informasi, edukasi, penelitian dan lain-lain

    The application of natural dyes from rambutan skin for eco-printing on tanned leather

    Get PDF
    The use of natural materials is a creative and innovative process to increase the potential of the surrounding environment, such as the use of natural dyes. As rambutan skin has been rarely used and reported as a natural dye, this study explores its usage on leather. In this study, we applied rambutan skin as a natural dye to tanned leather from goat crust skin using the creative eco-printing method. We used an experimental method with a pre-experiment one-shot case study design. Each sample was dyed at different times using distinct solutions during the mordant process. The solution was made from rambutan skin and different solvents, such as alum (AI2(SO4)3), calcium oxide (Ca(OH)2), and ferrous sulfate (FeSO4). The results show that crust-tanned leather from goat skin can be successfully colored with natural dye from rambutan skin. The more amount of dyes used results in a darker color. In addition, the type of mordant used produces a different color. In the eco-printing process, the background color is influenced by the type of mordant used on the blanket, which serves as a cover for the eco-print process. Meanwhile,  the leaves stop the mordant from penetrating the leather and become the source of the motive.Keywords: natural dyes; rambutan skin; eco-printing; tanned leatherPenerapan pewarna alami dari kulit rambutan dalam kreasi eco printing pada kulit tersamakMemanfaatkan bahan alam sebagai proses berkreasi adalah salah satu upaya dalam mela­kukan inovasi untuk meningkatkan potensi lingkungan sekitar, salah satunya melalui penggunaan pewarna alami. Pemanfaatan kulit rambutan sebagai pewarna alami masih terbatas pada media yang digunakan sehingga perlu adanya eksplorasi terhadap bahan lain seperti bahan kulit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan kulit rambutan sebagai pewarna alami yang diterapkan pada bahan kulit kambing tersamak jenis crust dan penerapan pada proses berkreasi eco printing. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan bentuk pre-eksperimen jenis one-shot case study. Setiap sampel dicelup dengan jumlah pencelupan yang berbeda lalu dilakukan proses mordant dengan larutan yang berbeda yaitu tawas (AI2(SO4)3), kapur (Ca(OH)2), dan tunjung (FeSO4). Hasil menunjukkan bahwa kulit kambing tersamak jenis crust dapat diberi warna dengan larutan pewarna alami kulit rambutan. Semakin banyak jumlah pence­lupan, maka warna yang dihasilkan semakin pekat dan jenis mordant yang digunakan menghasilkan warna yang berbeda. Dalam proses eco printing, warna pada latar di­penga­ruhi oleh jenis mordant yang digunakan pada blanket sebagai penutup proses eco­print dan motif yang dihasilkan berasal dari daun yang merintangi zat mordant masuk ke dalam kulit.Kata kunci: pewarna alami; kulit rambutan; eco printing; kulit tersama

    Motivasi Relawan dalam Acara Seni Budaya (Studi Kasus Festival Banjar di Jakarta)

    Get PDF
    ABSTRAKKualitas suatu acara festival dapat dikatakan baik apabila dapat melibatkan masyarakat. Salah satu festival yang mempromosikan seni budaya dan pariwisata yaitu Festival Banjar, di mana festival tersebut sudah dilaksanakan dalam bentuk acara tahunan sejak tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) Jabodetabek. Festival Banjar melibatkan masyarakat lokal, khususnya anak muda sebagai Relawan untuk membantu proses keberlangsungan acara. Dengan adanya peluang keterlibatan dalam acara yang kemudian menjadi daya tarik sebagian masyarakat untuk berpartisipasi dan ikut serta sebagai relawan dalam Festival Banjar. Hal tersebut tentunya didasari dari sebuah motivasi dan dorongan baik dari individu maupun dari lingkungan sekitar. Tujuan dalam penelitian yaitu meninjau terkait motivasi relawan untuk terlibat mengikuti kegiatan kerelawanan melalui enam dimensi Volunteer Fungction Inventory (VFI) dan tiga teori kebutuhan McClelland. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur. Hasil menunjukkan bahwa motivasi berperan penting dalam memengaruhi relawan yang terlibat dalam acara seni budaya. Nilai menjadi dasar dalam keterlibatan relawan melalui rasa memiliki terhadap kebudayaan yang dipertunjukkan. Selain itu, kebutuhan akan pemahaman, sosial, pencapaian, karir, dan perlindungan juga mendorong keikutsertaan relawan dalam membantu acara seni budaya. Volunteer Motivation in Cultural Arts Events(Case Study of Banjar Festival in Jakarta)ABSTRACTThe quality of a festival event can be said to be good if it can involve the community. One of the festivals that promote arts, culture and tourism is the Banjar Festival, where the festival has been held in the form of an annual event since 2017 organized by the Jabodetabek Bubuhan Harmony (KBB). The Banjar Festival involves local people, especially young people, as volunteers to help the process of the event's sustainability. With the opportunity to be involved in the event which later became an attraction for some people to participate and participate as volunteers in the Banjar Festival. This is certainly based on motivation and encouragement from both the individual and the surrounding environment. The purpose of this research is to review the motivation of volunteers to be involved in volunteer activities through 6 dimensions of the Volunteer Function Inventory (VFI) and 3 McClelland's theory of needs. This research uses a descriptive qualitative method with a case study approach. Data collection techniques in this study used semi-structured interviews. The results show that motivation plays an important role in influencing volunteers who are involved in cultural arts events. Values are the basis for volunteer involvement through a sense of belonging to the culture shown. In addition, the need for understanding, social, achievement, career and protection also encourages the participation of volunteers in assisting cultural arts events

    Rancang Bangun Sistem Manajemen Proyek dan Kolaborasi Tim Developer

    Full text link
    Mobilitas  yang  tinggi  dan  kurangnya  kolaborasi  antar  anggota  tim  pengembang  perangkat lunak  mempengaruhi  tingginya  persentase  kegagalan  pengerjaan  proyek.  Komunikasi  yang  intensif merupakan  salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi  keberhasilan  pada  kolaborasi  tim  pengembangan perangkat lunak karena tanpa komunikasi yang intensif sering timbul kesalahan pada pengerjaan tugas yang  telah  ditetapkan  oleh  manajer  proyek  dan  pengerjaan  tidak  sesuai  rencana.  Untuk  mengatasi permasalahan-permasalahan  tersebut  dibuatlah  sistem  manajemen  proyek  dan  kolaborasi  tim developer yang  diintegrasikan  dengan chat.  Sistem  tersebut  memudahkah  manajer  proyek  untuk mengelola  proyek, mengatur  penjadwalan  proyek,  mengatur  tim  yang  terkait  pengerjaan  proyek, mengatur pembagian tugas pengerjaan proyek, mendokumentasikan aktifitas anggota tim, menganalisa aktifitas yang dicapai tiap anggota tim sepanjang hari selama pengerjaan proyek berlangsung. Sistem dibuat berbasis web, menggunakan teknologi WebSocket, bahasa pemrograman NodeJS dan basisdata MongoDB. Hasil akhir sistem berupa aplikasi web sistem manajemen proyek yang telah diintegrasikan dengan sistem chat. Berdasarkan hasil ujicoba yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem ini  membantu  pengelolaan  proyek  dan  memudahkan  komunikasi  yang  intensif  dalam  berkolaborasi antar tim, sehingga proyek yang dikerjakan maupun tugas yang diberikan kepada anggota tim dapat diselesaikan  tepat waktu,  hasil  produk  yang  dikerjakan  sesuai  dengan  yang  diharapkan  dan  waktu pengerjaan proyek lebih efisien tanpa mengganggu kolaborasi tim saat pengerjaan proyek

    Strategi Pengembangan Organisasi Pertunjukan Musik Klasik Jakarta City Philharmonic (JCP) Menggunakan Analisis SWOT

    Get PDF
    Pertunjukan musik klasik saat ini menjadi salah satu pertunjukan musik yang mulai berkembang di lingkungan masyarakat modern seperti Jakarta. Dalam kualitas pertunjukan, peran organisasi menjadi penting untuk dapat terus berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. Jakarta City Philharmonic (JCP) merupakan salah satu organisasi musik di Jakarta yang menampilkan pertunjukan musik klasik sebagai sarana hiburan. Strategi pengembangan organisasi Jakarta City Philharmonic (JCP) perlu dilakukan agar organisasi dan pertunjukannya dapat terus eksis di masyarakat sebagai kelompok pertunjukan musik klasik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi pengembangan dari organisasi Jakarta City Philharmonic (JCP) melalui analisis SWOT. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan studi kasus deskriptif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan kuesioner. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi yang dapat digunakan oleh JCP yaitu strategi generik jenis kombinasi dan variasi strategi yaitu diversifikasi konsentrik, penetrasi pasar, memanfaatkan sponsor dari pihak Dewan Kesenian Jakarta dan Bekraf sebagai networking kerja sama serta integrasi ke depan. Development Strategy of The Classical Music Performances in Jakarta City Philharmonic Using SWOT Analysis ABSTRACT Classical music performances are now one of the musical performances that are starting to develop in modern society such as in Jakarta. In terms of performance quality, the role of the organization becomes important to be able to continue to develop following the changing times and community needs. Jakarta City Philharmonic (JCP) is a music organization in Jakarta that presents classical music performances as a means of entertainment. The strategy for developing the Jakarta City Philharmonic (JCP) organization needs to be done so that the organization and its performances can continue to exist in society as a classical music performance group. The purpose of this study was to analyze the development strategy of the Jakarta City Philharmonic (JCP) organization through SWOT analysis. The research method used is qualitative with a descriptive case study approach with interview, observation and questionnaire data collection techniques. The results of the SWOT analysis show that the strategies that can be used by JCP are generic strategies of combination types and variations of strategies, namely concentric diversification, market penetration, utilizing sponsors from the Jakarta Arts Council and Bekraf as a networking collaboration and future integration

    Penerapan Zat Pewarna Alami Limbah Organik Kulit Rambutan (Nephelium Lappaceum) Pada Bahan Katun Dengan Teknik Shibori (Tie Dyes) Dan Batik

    Get PDF
    Kulit Rambutan merupakan salah satu limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dalam permasalahan lingkungan, sampah organik juga menjadi permasalahan saat ini. Meskipun sampah organik merupakan limbah yang dapat terurai, akan tetapi limbah organik juga perlu dikelola agar penumpukannya dapat terkendali dan tidak mencemari lingkungan. Tujuan Penlitian yaitu untuk menganalisis hasil formula zat warna alami yang dihasilkan dari limbah kulit rambutan terhadap penerapannya pada kain dengan teknik Shibori (Tie dye) dan Batik. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan mengeksplorasi warna yang dihasilkan oleh larutan limbah organik kulit rambutan pada karya tekstil, dengan melakukan uji coba tehadap bahan kain katun dan berbagai larutan fiksasi yang digunakan, seperti larutan tawas (KAI(SO4)212H2O), kapur (Ca(OH)2) dan Tunjung (FeSO4). Uji coba juga dilakukan terhadap teknik dalam membuat motif, seperti shibori (tie dye) dan batik. Hasil menunjukan bahwa limbah kulit rambutan menghasilkan larutan yang dapat digunanan sebagai pewarna alami dan dapat diaplikasikan kedalam beragam teknik shibori (tie dye)  dan batik dengan fiksasi tawas yang memiliki nilai kualitas lebih baik dibanding menggunakan fiksasi tunjung dan kapur, sehingga dapat menjadi sebuah media  dalam berkreasi seni khususnya pada bidang tekstil

    Persepsi Partisipan Terhadap Kualitas Pameran Seni Rupa Secara Virtual dalam Situasi Pandemi Covid-19

    Get PDF
    ABSTRAK Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) yang terjadi belakangan ini menyebabkan perubahan dalam beberapa tatanan kehidupan masyarakat dan bentuk kegiatan publik, salah satunya adalah pameran seni rupa. Peralihan konsep dan cara pameran yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka kemudian menjadi virtual/daring tentunya hal ini dapat memengaruhi kualitas sebuah pameran, baik dari segi pelayanannya, konsep display maupun sistem informasi yang digunakan, sehingga pemangku kepentingan dalam pameran memiliki peran dan tanggung jawab untuk membuat suatu pameran tersebut tetap berkualitas dan memberikan pengalaman serta kepuasan kepada pengguna jasa meskipun pameran tersebut berbasis virtual. Pengujian kualitas pameran dilakukan dengan melakukan wawancara semi terstruktur kepada tujuh orang narasumber pengguna jasa pameran virtual/daring dan diukur melalui lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu Tangible, Reliability, Responsiveness, Empathy, dan Assurance. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pameran secara virtual/daring memberikan pengalaman yang baru bagi para pengguna jasa yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Meskipun mengalami situasi perubahan dari pameran secara tatap muka ke pameran secara virtual/daring, kualitas pameran masih sangat baik karena pemangku kepentingan memperhatikan tiap karya yang dipamerkan dari partisipan sebagai pengguna jasa. Hal tersebut menunjukkan bahwa dimensi tangible (bukti fisik), reliabilitiy (kehandalan), responsiveness (cepat tanggap), dan empati dalam pameran virtual memiliki kualitas yang baik dan secara positif memberikan dampak kepuasan terhadap pengguna jasa. Sedangkan pada dimensi assurance (jaminan), pemangku kepentingan tidak memengaruhi kepuasan terhadap pengguna jasa, karena kualitas assurance (jaminan) berasal dari kesadaran pengguna jasa dalam berkarya yang harus tetap mengikuti pameran walaupun dengan situasi yang berbeda. Participants’ Perceptions of the Virtual Agency of Art Exhibition Quality in the Covid-19 Pandemic Situation ABSTRACT The Corona Virus Disease Pandemic (Covid-19) that has occurred recently has caused changes in various structures of community life and forms of community activities, one of which is an art exhibition. The transfer of the concept and mode of the exhibition that was previously carried out face-to-face to virtual/daring, of course, can affect the quality of an exhibition, both in terms of service, display concept and information system used, so that stakeholders in the exhibition have roles and responsibilities. responsible for realizing exhibitions that remain of high quality and provide experience and satisfaction to service users even though the exhibition is virtually based. Exhibition quality testing is carried out by conducting semi-structured interviews with seven speakers using virtual/daring exhibition services and measured through five dimensions of service quality, namely Tangible, Reliability, Responsiveness, Empathy, and Assurance. Based on the results of the research conducted, virtual/daring exhibitions provide new experiences for service users that they have never experienced before. Although the situation has changed from face-to-face exhibition to virtual/daring exhibition, the quality of the exhibition is still very good because stakeholders pay attention to every work on display from participants as service users. This shows that the dimensions of tangible, reliability, responsiveness, and empathy in virtual exhibitions have good quality and have a positive effect on service user satisfaction. Whereas in the dimension of assurance, stakeholders do not affect service user satisfaction, because quality assurance comes from the awareness of service users in their work who must continue to participate in exhibitions even in different situations
    corecore