10 research outputs found

    Pertumbuhan Varietas Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) Pada Generasi M2 Dengan Teknik Mutasi

    Get PDF
    Kedelai merupakan salah satu komoditas nasional handal untuk memenuhi pangan dan industri yang saat ini menjadi tanaman nomor satu untuk tanaman kekacangan. Untuk itu produksi kedelai dalam negeri harus ditingkatkan produksinya, antara lain melalui teknik mutasi radiasi. Telah dilakukan penelitian tanaman kedelai varietas Denna 1 diiradiasi dengan sinar gamma 60Co dosis 0, 300 dan 400 Gy (Laju dosis 404,5 Gy/jam). Setelah tanaman mencapai M2 yang ditanam pada musim kemarau pertumbuhan tanaman iradiasi diamati. Kemampuan persentase benih berkecambah umur satu minggu hasil yang tertinggi diperoleh pada dosis 0 Gy sebesar 100 %, sedangkan yang terendah pada dosis 400 Gy sebesar 97,78 %. Tinggi tanaman pada minggu ke 2 yang tertinggi pada dosis 0 Gy yaitu 19,86 cm, yang terendah pada dosis 400 Gy yaitu 11,28 cm. Kemampuan pertumbuhan tanaman kedelai yang nantinya untuk mendapatkan galur galur mutan kedelai yang terbaik

    Pengaruh iradiasi gama terhadap perubahan bentuk, mortilitas dan ketahanan hidup Trypanosoma evansi

    Get PDF
    Pengaruh iradiasi gama terhadap perubahan bentuk, motilitas dan ketahanan hidup Trypanosoma evansi. Telah dilakukan percobaan iradiasi terhadap parasit T. evansi. Iradiasi parasit dengan menggunakan sinar gama (Co-60) dengan dosis 300 Gy. Pengamatan dilakukan 1,24 dan 48 jam se telah iradiasi, dan parameter yang diamati adalah bentuk, motilitas dan jumlah parasit. Pengamatan serupa dilakukan terhadap T. evansi tanpa iradiasi sebagai pembanding. Hasil percobaan menunjukkan bahwa iradiasi dapat menurunkan jumlah dan mobilitas serta menyebabkan terjadinya perubahan bentuk tubuh parasit. Kematian yang terjadi selain disebabkan oleh iradiasi, juga akibat pengaruh lingkungan yang tidak sesuai

    Uji Adaptasi Galur Mutan Harapan Kedelai Hitam DT17 G1 dan DT19 G1-2

    Get PDF
    Upaya peningkatan produksi kedelai hitam (Glycine max L. Merr.) di dalam negeri untuk ketersediaan bahan baku industri pangan adalah penyediaan varietas unggul kedelai produksi tinggi, berumur genjah, tahan hama dan penyakit utama. Varietas unggul kedelai hitam sebagai bahan baku kecap masih sangat sedikit, untuk itu BATAN ikut berkontribusi untuk merakit, meneliti dan mengembangkan varietas unggul kedelai hitam. Metode untuk meningkatkan variasi genetik dalam mendapatkan varietas unggul diantaranya adalah dengan teknik nuklir menggunakan sinar gamma sehingga terjadi mutasi. Varietas Cikuray telah diiradiasi sinar γ Co-60 dengan dosis 200 Gy pada tahun 2008 dan terpilih 5 galur mutan harapan kedelai hitam. Uji adaptasi sudah dilakukan di 10 lokasi melalui Konsorsium Kedelai Nasional, dengan tambahan 5 galur dari Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (BALITKABI) Malang, 5 galur dari Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan 2 varietas kontrol (Cikuray dan Detam 1). Dari analisis keragaman menunjukkan seluruh komponen genotip menunjukan beda nyata pada taraf uji F 5%. Interaksi genotip dengan lingkungan (linier) yang nyata menunjukkan bahwa peningkatan hasil galur sejalan dengan meningkatnya produktivitas lingkungan. Berdasarkan uji F pada simpangan gabungan menunjukkan beda nyata pada  taraf 5%. Galur DT 17 G1 dan DT 19 G1-2 memiliki daya stabilitas dan adaptabilitas. Genotip yang dinilai stabil sekaligus memiliki rata-rata hasil biji lebih tinggi di 10 lokasi adalah galur DT 17 G1 dan mampu berproduksi optimal pada rentang lingkungan yang relatif luas dibandingkan dengan galur lainnya, termasuk galur DT 19 G1-2 meskipun yang tidak dinilai stabil. Galur DT 19 G1-2 mencapai hasil biji tertinggi, juga memiliki nilai koefisien regresi tertinggi dan positif, artinya galur tersebut beradaptasi khusus untuk dikembangkan pada daerah yang memiliki tingkat produktivitas lahan yang subur. Produktivitas galur DT 19 G1-2 rata-rata 2,42 t/ha dengan potensi 3,17 t/ha dan galur DT 17 G1 2,32 t/ha dengan potensi 3,04 t/ha. Ukuran biji kedua galur lebih besar dari pada induknya Cikuray. Berdasarkan data dan hasil pengujian tersebut, maka galur DT17 G1 dan DT19 G1-2 dapat diajukan untuk dievaluasi dan diusulkan menjadi varietas unggul baru kedelai hitam

    PERTUMBUHAN VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) PADA GENERASI M2 DENGAN TEKNIK MUTASI

    Get PDF
    Kedelai merupakan salah satu komoditas nasional handal  untuk memenuhi pangan dan industri yang saat ini menjadi tanaman nomor satu untuk tanaman kekacangan. Untuk itu produksi kedelai dalam negeri harus ditingkatkan produksinya, antara lain melalui teknik mutasi radiasi.  Telah dilakukan penelitian tanaman kedelai varietas Denna 1 diiradiasi dengan sinar gamma 60Co dosis 0, 300 dan 400 Gy (Laju dosis 404,5 Gy/jam). Setelah tanaman mencapai M2 yang ditanam pada musim kemarau pertumbuhan tanaman iradiasi diamati. Kemampuan persentase benih berkecambah umur satu minggu hasil yang tertinggi diperoleh pada dosis 0 Gy sebesar 100 %, sedangkan yang terendah pada dosis 400 Gy sebesar 97,78 %. Tinggi tanaman pada minggu ke 2 yang tertinggi pada dosis 0 Gy yaitu 19,86 cm, yang terendah pada dosis 400 Gy yaitu 11,28 cm. Kemampuan pertumbuhan tanaman kedelai yang nantinya untuk  mendapatkan galur galur mutan kedelai yang terbaik

    UJI KETAHANAN BEBERAPA GALUR KAPAS (Gossypium hirsutum ) HASIL RADIASI TERHADAP SERANGGA HAMA PENGGEREK BUAH Helicoverpa armigera(Hǖbner)

    Get PDF
    Uji  ketahanan beberapa galur kapas (Gossypium hirsutum) terhadap  penggerek buah Helicoverpa armigera (Hǖbner) dilaksanakan di laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Malang pada bulan Januari sampai dengan Mei 2011. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi ketahanan beberapa galur kapas hasil radiasi terhadap penggerek buah H. armigera.  Perlakuan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas empat galur hasil radiasi yaitu galur IA, 2A, 4A, dan 2C, dua varietas hasil radiasi yaitu Karisma, NIAB, dan dua varietas hasil pemuliaan konvensional yaitu Kanesia 10 dan Kanesia 15.  Setiap perlakuan diulang 3 kali.  Pengujian dilakukan dengan cara uji pakan (feeding assay) daun, kuncup daun, dan buah muda sesuai dengan perkembangan larva H. armigera.  Larva instar I, instar II-III, dan instar IV-V berturut-turut diberikan daun muda, kuncup bunga, dan buah muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur kapas nomor 1A, 2A, 4A, dan 4C merupakan galur yang toleran terhadap H. armigera.  Kata kunci : Gossypium hirsutum, Helicoverpa armigera,   ketahanan  varietas

    PERBAIKAN PADI VARIETAS CISANTANA DENGAN MUTASI INDUKSI

    Get PDF
    Pemuliaan tanaman padi perlu terus dilakukan untuk mendapatkanvarietas padi yang lebih ungul dari segi kuantitas dan kualitas. Varietas Cisantana yang ujung gabahnya berbulu diperbaiki melalui pemuliaan mutasi. Benih padi varietas Cisantana diradiasi dengan sinar gamma 60Co dengan dosis 0,10, 0,20 dan 0,30 kGy di Pusat Aplikasi Teknologi Isotosp dan Radiasi-BATAN, Jakarta. Setelah diradiasi benih ditanam sebagai tanaman M1 di Kebun Percobaan PATIR Pasar Jumat pada musim tanam MK 2000. Seleksi dilakukan pada generasi M2 di Pusaka negara, Subang dan lebih ditekankan pada bentuk ujung gabah yang tidak berbulu danberumur genjah. Dari populasi tersebut telah diseleksi sebanyak 19 mutan tanaman yang berumur genjah dengan sifat ujung gabah tidak berbulu. Pemurnian pada generasi berikutnya diperoleh 10 galur mutan tanaman yang telah homogen dantidak lagi bersegregasi. Ternyata pada pengujian daya hasil dan pengujian adaptasi di beberapa lokasi galur mutan Obs-1688/PsJ dan Obs-1692/PsJ mempunyai produksi tinggi dan daya adaptasi sangat baik di beberapa lokasi pengujian. Pada pengujianterhadap ketahanan hama wereng coklat dan penyakit hawar daun di rumah kaca, galur Obs-1688/PsJ dan Obs-1692/PsJ tahan terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 2 dan agak tahan biotipe 3 serta tahan terhadap penyakit hawar daun strain III danagak tahan terhadap strain IV. Kedua galur tersebut mempunyai mutu dan kualitas beras baik dengan rasa nasi pulen. Galur Obs-1688/PsJ dan Obs-1692/PsJ telah dilepas sebagai varietas baru oleh Menteri Pertanian masing masing dengan namaMira-1 pada tahun 2006 dan Bestari pada tahun 2008

    Perbaikan Produksi Kapas (Gossypium hirsutum) Varietas Niab 999 dengan Teknik Mutasi Radiasi

    Get PDF
    Pemuliaan tanaman kapas perlu terus dilakukan untuk mendapatkan varietas kapas yang lebih unggul dari segi kuantitas dan kualitas. Kapas varietas NIAB 999 hasil pemuliaan yang berasal dari kultur jaringan embrio aksis kapas varietas NIAB-999 yang diradiasi dengan sinar gamma 60Co dengan dosis 20 gray. Benih kapas yang dihasilkan dari kultur jaringan Kj 1 dan Kj 2 dengan hasil yaitu percobaan dengan menggunakan rancangan Acak Kelompok dengan ulangan 4 kali luas plot yang berukuran 8 x 7 M2  dengan jarak tanam 10 x 100 cm dan menggunakan varietas Kanesia 2, Kanesia 8 dan Kanesia 9 sebagai pembanding. Pengujian jumlah buah yang terbanyak UDHP Kanesia 2 (91) dan UDHL Kanesia 2 (77). Produksi kg/ha yang tertinggi dari 6 uji multi lokasi di NTB1 Kj 2 (3740,00), Lamongan Kanesia 2 (829,20), Banyuwangi Kanesia 9 (982,4), NTB 2 Kanesia 9 (1470), Bulukumba Kanesia 9 (1565,4), Cinangka Kanesia 9 (1959,2) hasilnya tidak berbeda nyata, artinya sama antara kontrol nasional dan galur mutan. Penggunaan insektisida pada tanaman menyebabkan penurunan produksi kapas berbiji yaitu galur mutan Kj 1 dan Kj 2 sehingga galur ini lebih tinggi produktivitasnya Kj 2 (857 kg/ha) dari pada yang disemprot pembasmi hama, dari tanaman kapas tidak berbeda nyata antara galur dan varietas pembanding. Galur Kj 2 dilepas sebagai varietas baru oleh Menteri Pertanian masing masing dengan nama Karisma-1 pada tahun 2009

    PERBAIKAN PEMULIAAN MUTASI PADA TANAMAN KAPAS (Gossypium hirsutum.L)

    No full text
    PERBAIKAN PADA TANAMAN KAPAS DENGAN PEMULIAAN MUTASI (Gossypium hirsutum.L). Kapas  memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan dan dikembangkan di Indonesia karena memiliki daya adaptasi yang luas, produktivitas tinggi, efisien dalam penggunaan input perkebunan, relatif tahan terhadap hama dan penyakit tanaman. Secara umum tanaman kapas merupakan tanaman industri penghasil serat yang penting dalam industri bahan pakaian. Sentra penanaman kapas telah lama dikenal dan ditanam oleh petani khususnya  di Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Sulawesi selatan dan sulawesi  tenggara biasanya ditanam setelah pemanenan padi sawah. Galur-galur mutan yang berasal dari kultur jaringan embrio aksis kapas varietas NIAB-999 yang diiradiasi gamma 60 Co, dengan dosis 20 gray digunakan dalam percobaan ini. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Citayam menggunakan rancangan Acak Kelompok dengan ulangan 5 kali.Kedua galur ditanam pada plot yang berukuran 8 x 7 M2  dengan jarak tanam 10 x 100 cm dan menggunakan varietas: Kanesia 15, Karisma sebagai pembanding. Parameter yang diamati adalah umur tanaman, tinggi tanaman, jumlah cabang generatif, jumlah boll perpohon dan berat kapas per biji perpetak/produksi . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman galur mutan CN 2A merupakan hasil terbesar hasil berat kapas per biji perpetak perkilogram yaitu 6,300 kg jika dibandingkan dengan kontrol nasional (Kanesia 15 dan varietas Karisma) serta kontrol induk NIAB 999. Pengujian Mutu Serat di Balai Besar Tekstil Bandung Sedangkan untuk kekuatan serat  CN4A (29,7 (g/tex) masih tinggi hasilnya dibandingkan dengan Karisma (29,7 g/tex) dan Kanesia 15 (29,00 g/tex). Untuk kehalusan serat  CN4A (5,3 micron) dan yang terendah NIAB 999 (4,9 micron) masih unggul dari kontrol nasional Kanesia 15 (5,2 micron). Demikian juga dengan keseragaman serat yang tertinggi CN2A (8,6 %) sedang kontrol nasional Kanesia 15 (83,7%) keseragaman serat dari keempat jenis kapas yang diuji cukup baik yaitu di atas 80 %. Pengujian Penyakit di Hama Penyakit di BALITTAS Malang dengan uji hasil utk mortalitas larva Helicoverpa amigera setelah mengkonsumsi daun kuncup bunga dan daun buah muda yang Pada hari ketiga umumnya larva masih hidup100%, kecuali pada varietas Kanesia 15 terjadi kematian larva 8%. Pada hari ketujuh kematian larva 15-37% dan hari kesebelas kematian larva mencapai 39-57%.  Mortalitas larva hari ketujuh dan kesebelas,  tidak berbeda nyata pada semua galur harapan dan varietas kontrol nasional kanesia 15, Kanesia 10 dan Karisma

    Kombinasi Teknologi Kemasan dan Bahan Tambahan Untuk Mempertahankan Mutu Kolang Kaling

    No full text
    Abstract Gumoti palm is one of health food with minimal post-harvest treatment that caused damage and limited range of distribution. The damage that Occurs in gumoti palm is brown discoloration caused by oxidation of the enzyme polyphenoloxidase (PPO). Prevention of the damage can be done by reducing the oxygen as a source of oxidation reactions. The use of packaging, soaked water and substance a citric acid can reduce enzymatic browning reactions that lead to color deterioration of gumoti palm. The purpose of this study is to examine the influence of the ratio of water, the concentration of citric acid from lime and packaging technology to discoloration on the surface of gumoti palm during storage. The first stage is the determination of the ratio of water gumoti palm and citric acid concentration of lime was best to maintain the quality. Water ratio studied were 1:1; 1:2 and 1:3 being the concentration of citric acid were 0.1%, 0.5% and 1%. Storage was at room temperature to accelerate change in the quality as a result of this preliminary study are used in the research stage into two. The second stage was to determine the packaging technology combined with materials. The variations of packaging techology by vacuum and non vacuum. Gumoti palm stored at 5OC until the sample was broken. Quality parameters measured include, color, galactomannan content, texture (hardness). The best results was gumoti palm with addition of citric acid 0.1% of lime is able to maintain color preference level is still acceptable to consumers up to 9 days of storage However the effect on the change in taste with consumer acceptanceondy until 6 days after storage at 5OC. Packaging pouch made from PE + nylon combined with water (ratio 1: 3) and citric acid 0.1% were able to retain their galactomanan of 40.18 % to 31.48%. Abstrak Kolang kaling merupakan sumber pangan kesehatan yang masih minim perlakuan pascapanennya sehingga cepat rusak dan terbatas jangkauan pemasarannya. Kerusakan yang terjadi pada kolang kaling adalah perubahaan warna akibat reaksi oksidasi enzymatic browning. Penggunaan kemasan, perendaman air dan pemberian larutan jeruk nipis sebagai sumber asam sitrat alami dapat mengurangi enzymatic browning dan mempertahankan mutu kolang kaling. Tujuan penelitian mengkaji pengaruh rasio air dan konsentrasi asam sitrat dari jeruk nipis dan teknologi kemasan untuk mempertahankan mutu kolang kaling selama penyimpanan. Tahap pertama penelitian adalah penentuan rasio air dan konsentrasi asam sitrat dari jeruk nipis yang terbaik dalam mempertahankan mutu. Rasio air yang dikaji adalah 1:1,1:2 dan 1:3 sedangkan konsentrasi asam sitrat adalah 0.1%, 0.5% dan 1%, yang disimpan pada suhu ruang untuk mengetahui penurunan mutu selama penyimpanan. Hasil dari penelitian pendahuluan, kemudian digunakan pada tahap ke dua penelitian. Penelitian tahap ke dua adalah menentukan teknologi kemasan yang dikombinasikan dengan bahan tambahan untuk mempertahankan mutu selama penyimpanan. Teknologi kemasan yang digunakan adalah teknologi vakum dan non vakum. Kolang kaling disimpan pada suhu 5OC hingga sampel mengalami kerusakan. Parameter mutu yang di amati adalah warna, kadar galaktomanan, dan kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio air dengan kolang kaling yang terbaik adalah 1:3 dan konsentrasi larutan jeruk nipis yang terbaik adalah 0.1%. Teknologi pengemasan tidak berpengaruh terhadap perubahan, warna dan kekerasan kolang kaling dalam penyimpanan suhu 5oC sedang yang berpengaruh adalah jenis kemasan PE dan PE+nylon dengan hasil terbaik adalah kemasan PE+nylon. Kemasan pouch berbahan PE+nylon yang dikombinasikan dengan air dan asam sitrat 0.1% mampu mempertahankan kandungan galaktomanan dari 40.18% menjadi 31.48%
    corecore